Download App

Chapter 2: Kena hukuman

"Pak, tolong jangan ditutup dulu." Mohonku pada pak satpam. Beliau sedang mendorong gerbang sekolah dan hampir mau ditutup. Namanya pak Kusno yang bertugas sebagai penjaga sekolah dan petugas kebersihan juga.

"Ayo, cepat neng. Ini sudah terlambat. Nanti bapak yang kena marah sama kepala sekolah."

"Iya ya pak. Makasih."

Waktu jam pelajaran pertama akan segera dimulai. Hari ini jam pertama dikelas adalah pelajaran kimia dan pak Hardi selalu masuk lebih awal. Aku bergegas menuju ke kelas, dengan berlari kecil menyusuri koridor sekolah. Kelas demi kelas kulewati. Nampak dari kejauhan pak Hardi sudah berdiri di muka pintu kelas menanti para siswa masuk ke kelasnya. Langkahku hampir mendekati kelas. Dan pada saat ingin melangkah...

Bruk...

Aku merasakan kalau tubuh ini menabrak sesuatu yang keras, sehingga kehilangan keseimbangan. Lalu tubuh ini bersamaan dengan buku yang kupegang jatuh kelantai yang dingin. Rok sekolah yang jadi berdebu dan tangan pun sedikit lecet karena kena gesekan lantai yang kasar. Buku yang kupegang berserakan dilantai membuat suasana menjadi gaduh. Mana jam pelajaran mau dimulai lagi. Pakai acara tabrak segala. Jatuh pula. Membuat emosiku seketika memuncak.

"Hei, jalan pake mata dong. Kamu sengaja menabrak atau apa sih."

"Kamu tuh yang jalan gak pake mata. Makanya nabrak orang. Kamu kan murid baru, kenapa terlambat. Apa kamu tidak tau peraturan disekolah ini ya?" Tanya cowok yang kutabrak tadi dengan wajah garang.

"Atau kamu sengaja cari perhatian? Merasa paling cantik disekolah. Jadi bisa seenak perut masuk ke sekolah. Gak bisa, dek. Sekolah ini ada peraturannya dan sangat ketat. Biarpun kamu paling cantik dan pintar atau anak orang terkaya sekalipun tetap peraturan harus kamu patuhi." Cerocosnya panjang lebar membuat dadaku naik turun menahan emosi yang semakin menggebu-gebu.

"Hei, Siapa pula yang sengaja terlambat, emang gak ada kerjaan apa cari perhatian. Lagian aku mau cari perhatian sama siapa? Sama kamu? Eh sorry ya. Kamu itu bukan levelku." Jawabku sedikit sombong. Habisnya kesal banget sama cowok satu ini. Baru aja jumpa udah dibilang cari perhatian.

"Alah bilang ajalah. Jangan berpura-pura."

"Hei, biarpun kamu ganteng sedikitpun aku tidak tertarik sama kamu ya." Menyebalkan banget nih cowok. Kepedean pula tuh.

"Kalian ini kenapa ribut-ribut didepan kelas. Kawan-kawan kalian pada belajar sedang kalian malah bising-bising disini." Tiba-tiba pak Anto datang mendekati kami yang sedang ribut, dengan wajah garang sambil berkacak pinggang. Mata melotot sungguh sangat seram. Membuat siapapun yang melihat jadi ciut nyalinya.

"Ini pak, anak kelas sepuluh, sudah tau siswa baru masih terlambat lagi. Saya tanya apa dia tidak tau peraturan disekolah. Eh malah dia marah-marah." Adu Reno. Belakangan baru ku ketahui kalo cowok super nyebelin itu bernama Reno."

"Siapa namamu. Tanya pak Anto sambil menunjukkan jarinya ke arahku.

"Nama saya Clara pak. Clara putri bestari."

"Kenapa kamu terlambat." Tanya pak Anto lagi.

"Nampaknya cewek ini pemalas pak. Malas bangun pagi." Sergah Reno.

"Enak aja bilang orang pemalas." Jawabku membela diri.

"Kalau bukan karena pemalas karena apa coba. Dasar anak pemalas ya pemalas. Jangan mengelak deh." Cerocosnya semakin membuat aku naik pitam aja.

"Hei, jangan mentang-mentang kamu kakak kelas jadi sok berkuasa ya. Kamu bisa seenaknya aja menuduh orang pemalas. Yang pemalas itu kamu kali ya." Jawabku membela diri. Kutinggikan suara delapan oktaf.

"Kamu ya, sudah terlambat, melawan dan banyak alasan lagi. Apa kamu tidak tau peraturan sekolah disini ya? Dan kamu Reno kamu ketua OSIS kenapa masih berkeliaran di luaran sementara jam pelajaran sudah dimulai." Ujar pak Anto dengan tatapan sungguh tidak bisa digambarkan membuat aku semakin ketakutan dan terpojokkan.

"Maaf pak, saya bukan berkeliaran disaat jam pelajaran sekolah pak. Saya mau menjumpai guru olahraga tapi tiba-tiba ditabrak sama nenek ini, pak." Tunjuk Reno dengan mulut dimonyongin ke arahku. Enak aja aku dibilang nenek.

"Siapa pula yang menabrak kamu, geer banget jadi orang. Dia duluan pak yang menabrak saya. Tadi karena sudah terlambat makanya saya jalan terburu-buru, tiba-tiba saja ditabrak sama dia, pak." Ujar ku membela diri. Iya dong aku harus membela diri. Kenapa lah cowok itu gak mengaku kesalahannya. Sudah jelas-jelas salah masih aja menuduh orang.

"Sudah...sudah." bentak pak Anto dengan sangat marah terlihat dari raut wajahnya memerah karena marah sambil berkacak pinggang.

"Kamu Clara saya hukum lari keliling lapangan lima kali. Dan kamu Reno, tolong kamu pantau jangan sampai dia gak melaksanakan hukumannya." Titah pak Anto.

"Siap, pak." Jawab Reno penuh kemenangan.

"Pak, tolong dikurangi hukumannya. Lima kali putaran terlalu berat, pak." Aku berusaha meminta keringanan hukuman sama pak Anto.

"Jadi mau kamu berapa kali putaran?" Tanya pak Anto dengan menatap kearah ku membuat aku bergidik ketakutan serasa berjumpa dedemit.

"Sepuluh kali saja, pak." Sergah Reno tiba-tiba tanpa ada yang minta pendapatnya. "Dasar kunyuk." Gumamku kesal.

" Kamu saja yang lari sepuluh putaran. Gak ada yang minta saran sama dia pun main ikut nimbrung aja." Jawabku malas sambil memutar bola mata.

"Udah sana laksanakan hukumanmu, nanti kepanasan. Kan kasian tuan putri pemalas menjadi hitam dan kusam." Seloroh Reno semakin kesal dan menyebalkan sekali.

'Gak lucu.' batinku kesal.

Bagus aku diam sajalah, gak sanggup berdebat dengan cowok yang mulutnya lemes melebihi wanita. 'Makan apalah emaknya waktu hamil dia dulu.' hati ini bertanya-tanya sambil tersenyum sendiri, memikirkan dia dalam kandungan dulu. Pasti bawel banget. Apalagi pas brojol kurasa bisingnya terdengar sekampung, cerewet amat pastinya.

"Hei, kamu kok senyum-senyum sendiri. Kamu belum gila, kan." Teriak Reno dengan suara melengking sedang duduk manis dibawah pohon mahoni dekat lapangan bola.

'Kenapa gak pakai payung aja ya.' Batinku mulai nakal untuk.menggoda dia lagi. Kali ini pikiran ku betul-betul membuat aku tertawa lepas dan cekikikan sendiri.

Sambil berlari menikmati matahari pagi, aku laksanakan hukuman ini dengan lapang dada. Pokoknya aku berjanji tidak akan terlambat lagi ke sekolah sampai kapanpun. Malas banget tiap hari harus jumpa cowok yang konon katanya ketua OSIS tapi bawel, jutek dan sok ganteng banget. Emang sih Reno termasuk dalam kategori cowok ganteng dan idaman para wanita. Punya wajah tampan, tinggi sekitar 170 meter, kulit sawo matang, pintar dan selalu berprestasi. Tapi dengan segudang kelebihan dia itu tidak ada sedikitpun aku terpikir untuk menjadi pacarnya. Dia bukan tipe ku.

Badanku terasa sangat lelah, lima kali putaran sudah aku berlari mengitari lapangan bola. Dua puluh menit sudah aku melaksanakan hukuman ini. Sekujur tubuh sudah basah dengan keringat yang mengucur begitu deras membasahi seluruh tubuh. Dan baju sampai basah dan kucel karena keringat .Kulihat cowok jutek itu sudah tidak ada lagi di bawah pohon mahoni. Ku berjalan mencari tempat berteduh. Dibawah pohon mahoni ini kuhempaskan pantatku di rumput yang tumbuh rapi sambil menyilangkan kaki dan mengibaskan tangan untuk mendinginkan badan tapi tidak mendinginkan badan ini sedikitpun. Rasa haus dan capek mendera tubuh ini. Ingin rasanya minum teh dingin dan tidur di kamarku yang empuk.

Semua ini gara-gara si kunyuk itu. Tapi kemana dia, cowok jutek yang super menyebalkan itu. Kenapa dari tadi tidak nampak batang hidungnya? 'Hmm...mungkin dia lagi luluran, karena kan dari tadi kulitnya yang halus mulus kena sinar matahari.' Batinku bermonolog.

Sambil senyum-senyum sendiri kubayangkan dia pake lulur. Hahaha. Lama-lama bisa dikira gak waras sama orang melihat tingkah ku yang sering senyum sendiri. Habis aneh banget sih cowok kok mulutnya bawel banget.

"Capek? Makanya berangkat lebih pagi." Entah dari mana datangnya kutu kupret itu, tiba-tiba dia menyodorkan botol minuman dingin. Kudongakkan kepala dan aku begitu kesal melihat mukanya yang selalu mau benar sendiri tiba-tiba berdiri di hadapanku. Sebenarnya aku tidak mau mengambil minuman itu tapi tenggorokan ini sangat kering dan kepingin dialiri dengan air dingin yang segar. Terpaksa deh tawarannya kuambil juga walaupun dengan berat hati.

"Kamu kenapa sih sangat menyebalkan."

"Menyebalkan gimana? Sekarang yang jadi pertanyaan kenapa sih kamu sering terlambat kesekolah. Seperti gak ada niat buat belajar nampaknya. Lagian masak sih anak perempuan selalu kesiangan. Apa kamu gak pernah solat subuh? Atau jangan-jangan sengaja terlambat supaya bisa berjumpa dengan ku."

"Wait...kamu ngomong apa barusan. Apa aku gak salah dengar ya. Pede amat jadi orang. Siapa pula yang mau jumpa sama kamu? Amit-amit deh. Yang ada malah musibah buat aku. Mimpi apa lah aku semalam kok sial banget hari ini."

"Padahal dalam hati seneng banget tuh. Secara seorang cewek temperamental,cerewet, garang kayak singa gitu bisa dekat-dekat dengan aku. Sudah baik, berprestasi, keren ganteng lagi, dan di idolakan banyak cewek lagi." Ucapnya penuh dengan kepedean tingkat tinggi.

"Huek." Aku menanggapinya dengan gaya seperti orang mau muntah. Disambut derai tawa Reno. Duh, betul-betul tak tau diri nih kunyuk ya. "Amit-amit jabang bayi deh. Jauh-jauh lah aku dari cowok seperti itu." gumamku.

Seketika aku bangun dari tempat duduk dan bersiap-siap menuju ke kamar mandi untuk mencuci muka dan tidak mau lagi menanggapi makhluk astral seperti Reno. Lebih bagus lagi kalau aku ke kantin untuk mengisi perut ku yang sudah keroncongan dari tadi.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login