Download App
8.57% Me & My Ex

Chapter 3: Peringatan Pertama

"Pagi, Alena."

Nama wanita itu langsung menjadi buah bibir di kantor. Kecantikan juga penampilan yang cukup glamor membuat banyak laki-laki tergoda. Apalagi dengan status janda kembang yang melekat pada dirinya.

"Pagi," jawabnya ramah.

Bisik-bisik akan kembali terdengar. Sebagian wanita penghuni gedung itu ada yang merasa iri, tetapi juga ada yang mendekati karena ingin berteman. Respons yang diberikan Alena? Cuek. Dia masih beradaptasi dan memantau, siapa yang benar-benar pantas dijadikan teman atau sekadar sapa.

"Hai, Len."

Alena menoleh dan mendapati Adam sedang berdiri di belakangnya, sama-sama mengantre di depan mesin absen.

"Pagi."

"Beruntung banget aku hari ini, bisa menyaksikan pemandangan indah dari belakang."

Kata-kata Adam membuat telinga Alena menjadi panas. Hari ini dia memang memakai rok selutut yang pas di badan, sehingga bagian belakang tubuhnya yang seksi tercetak jelas.

Alena mengabaikan ucapan laki-laki itu, hingga bunyi siulan terdengar nyaring. Ketika dia menoleh, Adam kedapatan sedang berkeliaran menatapnya.

"Apa, sih, mau kamu?" Dia bertanya sambil menahan emosi.

"Sensi banget, Non. PMS?"

"Jangan bicara sembarangan!" katanya sedikit mengancam.

Adam terbelalak mendengar itu. Tak hanya tubuhnya yang semakin berisi, ternyata Alena juga semakin galak. Beberapa pasang mata menatap mereka dengan heran. Baru kali ini ada karyawan baru yang berani membentak manajer personalia.

"Kamu mau saya kasih surat peringatan karena attitude yang kurang baik?" ancam Adam balik, yang membuat Alena semakin geram.

"Bapak mau saya laporkan ke komnas perempuan karena pelecehan?" ucap Alena tak mau kalah sembari meletakkan telunjuk dengan cepat di finger print.

Bruk!

Alena sengaja menyenggol bahu Adam dengan keras saat hendak pergi. Ingin rasanya menjambak rambut laki-laki itu atau meremas mulutnya yang kurang sopan santun.

"Wow. Singa betina." Laki-laki itu benar-benar kaget mengusap bahunya yang terasa sedikit ngilu.

Ada beberapa orang yang tertawa melihat kejadian itu. Ketika Adam menatap satu per satu pelakunya, mereka berpura-pura menoleh ke arah lain.

"Yang ngetawain saya nanti dapat SP satu," katanya sambil melotot ke arah yang lain.

Adam berjalan menuju lift sambil mengentakkan kaki. Dobel kesal setelah disemprot oleh Alena dan ditertawai sebagian karyawan. Dia bahkan tak menjawab sapaan saat bertemu beberapa orang.

"Kamu digombalin Pak Adam, ya, Len?" tanya salah satu karyawan saat Alena meletakkan tas di meja duduk di tempatnya.

"Iya. Kok, tahu?" tanya Alena sedikit kaget.

"Ada yang cerita tadi."

"Oh." Hanya itu jawabnya.

"Pak Adam memang begitu. Suka iseng kalau ada karyawan cantik. Kali ini kamu yang kena."

"Masa?" Dahi Alena berkerut mendengarnya.

Selama mereka menikah dulu, Adam termasuk suami yang alim dan jarang melirik wanita lain. Laki-laki itu tipe setia, hanya saja suka mengatur. Itu yang dia tidak suka.

"Iya. Maklum aja, sih, ganteng terus tajir. Duda lagi."

What? Alena semakin tak percaya mendengarnya. Kalau begini dia harus hati-hati berbicara. Ada banyak biang gosip di kantor ini.

"Bukannya Pak Adam sudah punya pacar?"

"Iya, punya. Tapi tetap aja ganjennya kumat."

"Emang pacarnya siapa, sih?" tanya Alena penasaran. Dia pernah bertemu dengan kekasih Adam saat interview terakhir, saat wanita itu dengan santainya duduk di pangkuan mantan suaminya itu.

"Loh, kamu belum tahu? Tunangan Pak Adam itu, kan, anaknya dirut perusahaan ini. Mbak Cintia, model sekaligus desainer." Karyawan itu memberikan penjelasan panjang lebar.

Dalam hati Alena bergumam. Pantas saja waktu bertemu dulu, wajah Adam bening sekali. Baju dan tas yang dipakainya juga keluaran sebuah brand ternama. Alena tahu dengan pasti karena dia memiliki satu dengan merek yang sama. Dia yakin wanita yang bernama Cintia itu pasti memiliki lebih dari satu. Itu berarti ... dia kalah saing.

"Oh. Aku mau lanjut kerja kalau gitu," katanya tak mau terlalu menanggapi. Ada CCTV yang memantau kegiatan mereka. Bisa bahaya jika sampai ketahuan dan dapat peringatan.

Hingga makan siang tiba, Alena dengan santainya berjalan menuju kafetaria. Tidak ada Adam di sana. Jadi dia bersyukur. Namun, kumbang-kumbang yang lain berdatangan. Beberapa orang tanpa sungkan duduk di dekatnya, bahkan ada juga yang mengambil kursi dari meja lain dan ikut nimbrung.

"Alena. Kamu dipanggil ke ruangan manajer personalia sekarang," kata karyawan yang tadi saat dia kembali ke ruangan setelah makan siang.

"Ada apa, ya?"

"Kurang tahu. Sana cepat. Nanti Pak Adam ngamuk. Dia galak kalau lagi kumat."

Alena langsung ke luar ruangan dan berjalan menuju ruangan paling ujung dari lantai itu. Tiba di sebuah pintu yang bertuliskan nama Adam Pratama.

"Bapak memanggil saya?" tanya Alena kepada seorang gadis cantik yang berstatus sebagai sekretaris laki-laki itu.

"Masuk saja, Bu Alena. Sudah ditunggu dari tadi," katanya.

Alena menarik napas panjang dan menetralkan detak jantung. Semoga Adam tak berulah. Dia masih berstatus karyawan percobaan selama tiga bulan di sini.

"Permisi, Pak." Dia mengetuk pintu sebelum masuk.

"Duduk dulu," kata Adam singkat. Matanya masih fokus menatap layar di depan dan mengetikkan sesuatu.

Alena menarik kursi dan memilih diam, masih menunggu hingga lima belas menit ke depan. Adam terlihat sibuk mengerjakan sesuatu. Mengapa laki-laki itu malah memanggilnya sekarang, jika memang masih banyak pekerjaan? Dasar aneh!

"Oke, udah selesai," gumam Adam.

"Ada apa, Pak?"

"Mas Adam, Len. Mas Adam," katanya jail.

"Ini di kantor. Kamu jangan banyak tingkah, deh," kata Alena sebal.

"Justru kamu yang bertingkah, makanya aku panggil ke sini," kata Adam tak mau kalah.

"Memangnya aku salah apa, Mas Adam?" tanya Alena dengan menahan emosi, saat laki-laki itu melipat kedua lengan di dada dan bersandar di kursi sambil menatapnya intens.

"Kamu mengobrol saat jam kerja. Itu terlihat di CCTV," jelas Adam.

"Ada yang ngajakin aku gosip," jawab Alena santai.

"Sikap seperti itu tidak dibenarkan. Apalagi sebagai karyawan baru, kamu harusnya pandai menempatkan diri."

"Tapi yang digosipkan itu salah satu orang penting di kantor ini," pancing Alena.

"Siapa memangnya?" tanya Adam penasaran.

"Manajer personalia."

Adam mengumpat dan membuat wanita itu mengulum senyum.

"Kamu aku kasih peringatan supaya tidak mengulangi," kata Adam serius.

"Terus, yang ngajakin aku gosip gak dapat peringatan juga?"

"Dia karyawan senior. Kamu masih baru."

"Oh, jadi ada pembedaan?" Nada suara Alena sedikit meninggi karena merasa tak terima.

"Kamu masih masa probation, Len."

"Oke. Udah selesai, Pak?"

"Udah. Eh, tapi memangnya tadi kalian bicara apa soal manajer personalia?" Adam bertanya karena penasaran.

"Mau tahu?"

"Ya, iyalah. Yang diomongin aku."

"Oh, itu katanya manajer personalia di kantor ini ganjen. Suka godain cewek cantik padahal udah punya tunangan seorang model sekaligus desainer."

Wajah Adam merah padam mendengarnya. Biasanya dia akan cuek menanggapi omongan apa pun di belakangnya. Namun, karena ini melibatkan Alena, dia menjadi tersinggung.

"Aku memang ganjen, Len. Normal kalau laki-laki suka ngeliat cewek cantik dan seksi," jawabnya.

"Itu terserah kamu. Asal bukan aku yang jadi korban."

"Sayangnya kamu termasuk salah satunya. Pinggul kamu emang sek–"

"Cukup!" bentak Alena.

"Lagian aku memang mesum, kok, dari dulu. Kamu, kan, udah pernah ngerasain," ucap Adam sambil melirik wajah sang mantan istri.

Alena mengucap istigfar dalam hati. "Bisa gak kamu jangan ungkit itu lagi?"

"Gak bisa, Len. Tiap kali ngeliat kamu langsung kebayang," kerlingnya.

"Kalau gitu aku salah masuk ke perusahaan ini." Wanita itu berdiri dan hendak keluar ruangan saat Adam mengatakan sesuatu hal yang membuatnya semakin geram.

"Ingat, Len. Sebelum masa probation selesai, baiknya kamu bersikap manis sedikit. Aku bisa aja gak lolosin kamu sebagai karyawan tetap," lanjutnya. Adam merasa penasaran atas reaksi wanita itu jika dia sedikit mengancam.

"Terserah!"

Pintu ruangan dibanting dengan kasar. Adam tergelak setelah mengatakan hal itu. Entah mengapa dia jadi ingin mempersulit Alena, hingga memohon-mohon kepadanya. Seperti dulu, saat dia memohon agar jangan diceraikan.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C3
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login