Download App
17.39% Cinta Indigo

Chapter 4: 4. Berdamai Dengan Masa Lalu

Keesokan harinya, Unin dan Queen pergi untuk berbelanja kebutuhan Queen. Namun sosok yang semalam ada didekat Unin masih mengikuti mereka. "Nin, sosok yang semalam masih ngikutin kita. Sekarang wujudnya udah lebih jelas," ujar Queen sambil meringis, "Mukanya rusak, kayaknya korban kecelakaan. Kasian banget."

Seketika bulu kuduk Unin berdiri, "Duh, aku merinding. Aku gak bisa liat sih, separah apa dia. Masih gak bisa ditanya, dia siapa atau maunya apa?"

"Aku belum bisa komunikasi sama dia, tapi dia banyak penyesalan gitu. Kamu ada mantan atau sakit hati sama siapa, gitu? Soalnya, dia bukan cuman jin yang iseng ngikutin kamu. Aku ngerasa dia Qorin seseorang yang pasti kenal sama kamu," tanya Queen.

Seketika Unin teringat seseorang, walaupun dia ragu atau berharap kalau pikirannya salah. "Aku kepikiran seseorang. Bisa gak kita obrolin ini dirumah? Pulang sekarang yuk, udah aman 'kan keperluan kamu?"

Queen mengangguk, mereka langsung bergegas pulang kerumah. Sesampainya dirumah dan menyimpan belanjaan mereka, Unin dan Queen kini berada di dalam kamar dan melanjutkan percakapan mereka. "Apapun yang aku lakuin, kamu jangan panik dan jangan ngelamun, ya! Kamu bisa tanya apapun sama sosok ini. Aku coba tarik dia buat komunikasi lewat tubuhku," ucap Queen.

Queen menutup matanya, berusaha menarik energi dari sosok tersebut dan menjadikan dirinya sebagai medium agar Unin bisa berkomunikasi dengan sosok yang sedari kemarin selalu mengikutinya. Tak lama, Queen menangis tersedu-sedu. Unin sebenarnya sedikit takut dan merinding, tapi dia memberanikan diri untuk bertanya, "Siapa kamu? Kenapa dari kemarin ngikutin aku terus? Apa ada yang mau kamu omongin?"

Queen mulai berhenti menangis lalu menjawab lirih, "Ma-af kalau aku udah nyakitin kamu, aku menyesal!"

"Kamu siapa? Kenapa kamu menyesal?" tanya Unin.

Queen kembali menangis seperti seseorang yang terluka hatinya dengan sangat dalam. Unin merasakan penyesalan kala Queen menangis. Setelah beberapa saat, sosok itu kembali berkata, "Gak seharusnya aku ninggalin kamu dan nikah dengan orang lain. Aku menyesal udah nyakitin hati kamu."

Unin tercengang, "Mu...naf, ini kamu? Kenapa bisa kayak gini? Ya Allah...," Unin merasakan tubuhnya mendadak dingin dan kaku. Dia terkejut mengetahui bahwa sosok itu adalah Ali Munaf, mantan kekasihnya. Unin merasa sedih karena tebakannya ternyata benar. Tapi kenapa bisa Ali menjadi seperti ini?

Seketika Queen tersadar, lalu memberitahu Unin apa yang sebenarnya ingin dikatakan Ali padanya. "Nin, yang masuk ke tubuhku tadi adalah Qorin dari Ali. Mereka yang mendampingi kita sedari lahir sampai meninggal. Mereka tahu semua yang kita lakukan atau kita rasakan. Ali menyesal udah ninggalin kamu. Kamu lama ya pacaran sama dia?"

Unin tak kuasa menahan air matanya. Sakit hatinya kini menjadi penyesalan. Dia merasa, apa yang terjadi pada Ali akibat perkataannya saat itu. Bibirnya bergetar saat menjawab pertanyaan Queen,"Kita pacaran tiga tahun, tapi terhalang restu orang tuanya dan ia menikah sebulan yang lalu," Unin mengusap air matanya dan menatap Queen dalam-dalam, "Saat aku tau dia menikah gak lama setelah mutusin aku, aku pernah ngucap dalam hati kalau dia gak akan pernah bahagia dan bakalan nyesal sampai mati. Aku sekarang menyesal pernah ngutuk dia, Queen. Andai aku gak pernah ngucapin kata-kata kutukan itu, mungkin Ali masih hidup dan bahagia sama istrinya. "

"Ya ampun, Nin. Jangan nyalahin diri kamu sendiri. Semuanya dah takdir. Jodoh, maut, rejeki itu sudah diatur Allah. Tapi kamu masih dendam atau sakit hati, gak? Sebaiknya jangan, kasihan dia. Kamu ikhlasin, ya!" pinta Queen.

"Iya. Sekarang aku maafin dia, bahkan aku juga minta maaf udah pernah nyumpahin. Aku dah blok dia dan juga gak mau tau lagi tentang dia setelah dia menikah. Apa dia bisa denger aku atau tau kalau aku juga minta maaf dan udah maafin dia?" tanya Unin sambil melayangkan pandangannya ke sekitar kamarnya.

"Iya, dia tau. Sekarang malah aku bisa lihat wujudnya saat dia hidup, bukan saat dia luka-luka kayak tadi. Dia pamit, gakkan ganggu kamu lagi. Dia cuma pengen minta maaf aja. Kalau kamu mau ngomong sesuatu sama dia biar hatimu pulih dan lega, ngomong aja!" jelas Queen.

Unin menutup mata dan mulai berkata, "Munaf, makasih pernah jadi seseorang yang selalu ada buatku. Walau perpisahan kita berakhir dengan tidak baik, tapi sekarang aku akan mengikhlaskan semua. Kamu hanya akan jadi kenangan masa lalu buatku. Maaf aku pernah berucap tidak baik karena sakit hatiku, semua karena aku sayang kamu. Semoga sekarang, kamu bisa tenang dan dijauhkan dari siksa kubur. Aku akan kirim do'a buat kamu. Innalillahi Wainnaillaihi Rajiuun."

"Dia udah pergi, Nin. Aku senang, kamu bisa berdamai dengan masa lalu kamu. Are you, okay?" Queen mengusap bahu Unin.

"I'm sad but fine. Aku senang bisa tau semua ini. Kebayang gak kalau kamu gak ada disini, terus aku akan benci sama dia padahal dia dah gak ada. Aku yang bakalan nyesel sampe mati saat tau dan gak bisa ngungkapin apa-apa." ujar Unin

"Ya, takdir kita emang dah tertulis 'kan. Mungkin emang waktunya sekarang, kalau aku harus ketemu kamu walau dengan kondisiku yang gak baik-baik aja." ujar Queen.

Unin menghapus jejak air mata yang jatuh di pipinya, ia bangkit dan mengajak Queen untuk beralih ke tuang TV. Queen mengikuti sepupunya yang masih menata hati dan menerima kenyataan pahit lainnya. Queen ke dapur terlebih dahulu untuk membuat minuman dan menyiapkan cemilan untuk mereka berdua lalu menghampiri Unin.

Saat Queen santai menonton TV, Unin memegang ponselnya dan membuka semua blokiran yang ia lakukan pada Ali. Di halaman akun aplikasi biru milik Ali, banyak yang mengucapkan bela sungkawa akan kematian mantan kekasihnya tersebut.

Unin kembali menangis, ada foto mobil yang terbalik saat kecelakaan terjadi. Kejadiannya persis semalam saat sosok itu muncul di dekat Unin. Air mata kembali membasahi pipinya. Teringat kembali masa-masa mereka bersama. Ia kembali menyesali perkataannya saat itu.

Unin pun membuka akun Zulfa, istri Ali. Banyak ungkapan belasungkawa juga kata-kata yang menyedihkan dari Zulfa karena kehilangan Ali. Pengantin baru itu sudah harus terpisah karena ajal menjemput dan Unin merasa semua itu karena kutukannya.

Queen hanya menemani Unin tanpa berkata-kata. Ia membiarkan sepupunya untuk berduka dan berharap Unin bisa menerima kenyataan pahit ini.

Di sisi lain, Bima sedang murka karena sang istri kabur tanpa bisa ia lacak keberadaannya. Ia mengutus orang agar mencari tahu kemana istrinya pergi. Ia sudah menghubungi mama mertuanya namun hasilnya nihil.

"Kemana kamu, Queen? Aku gak akan melepas kamu gitu aja. Aku akan cari kamu sampai dapat!" Bima menggebrak meja dengan amarah. Tentu dia harus menemukan sang istri agar reputasinya tetap terjaga sebagai suami yang sempurna dimata kolega dan kliennya.

Akankah Queen bisa ditemukan dengan mudah? Apakah Unin benar-benar bisa melupakan Ali dan mendapat cinta baru?

*****


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login