Download App

Chapter 2: Road to Story

"Sial, ayolah! Gaunnya akan segera lepas. Uh-huh, tidak bisakah kamu menjauhkan kakimu?"

Khawatir gaunnya akan robek, Este segera mengalihkan pandangannya dan pergi ke tempat duduk yang berada di sudut ruangan lagi, di mana dia berdiri dalam diam. Tak melakukan apa pun selain menundukkan pandangannya.

Begitu Este berdiri di dekat dinding, pelayan itu keluar dari kamar mandi dan berdiri dengan diam di sampingnya, mengerutkan kening dan menatapnya. Dia seperti tengah menegur sebab Este tidak mengikutinya langsung ke kamar mandi dan terlambat mengurus wanita baru pangeran.

Ketika Este dengan santai mengangkat bahunya seolah dia tidak punya pilihan, suara pelayan yang mendecakkan lidahnya terdengar kecil. Dia mengabaikannya saat dia menahan apa yang ingin dia katakan. Dirinya tidak akan dimarahi jadi dia langsung pergi ke kamar mandi tanpa terganggu oleh kekasih pangeran.

Saat pria yang sedang menikmati teh itu berdiri tanpa berkata apa-apa, Este malah ingin menjerit maupun menangis, mengira dia takkan bisa beristirahat. Namun, pria itu melepaskan pakaiannya lalu memutuskan untuk tidur.

Dia membungkuk dan membuka sedikit kakinya yang bengkak sembari menunggu pria bangsawan itu tertidur. Pria yang terbaring di tempat tidur itu memerintahkan dirinya untuk keluar dan meninggalkannya saat dia tengah berdoa dengan sungguh-sungguh.

"Dengar, silahkan kau pergi tidur dan biarkan aku beristirahat," ucapnya dengan suara berat.

Setelah itu dengan hati-hati ia memadamkan lampu yang ada di kamar pangeran. Este dengan lembut menarik napas begitu dia menutup pintu kamarnya. Sprei yang baru saja diganti dari kamar pangeran telah diletakkannya pada keranjang kotor. Ruang aula bahkan terlihat begitu sunyi seolah tak ada indikasi bahwa seseorang berada di sini.

Berbeda dengan pelayan, yang tidur di kamar sebelah pangeran, Este bergerak menuju kamar pelayan di lantai empat. Dia melangkah ke sebuah ruangan kecil tepat di sebelah tangga, membuka pintu lalu melangkah masuk dan perlahan berbaring di atas kasurnya. Gadis itu menghela nafas panjang memikirkan bahwa hari yang berat telah berakhir.

Sudah tiga bulan sejak Este memasuki kediaman pribadi dari Pangeran Edgar Felipe Carl Zeiss Arthur. Sosok pangeran yang merupakan keturunan kedua dari tahta Kekaisaran Arthur. Este memiliki kepribadian yang dingin dan acuh tak acuh sehingga dirinya bisa menjadi pelayan yang bertugas membersihkan kamar pangeran.

Cukup sulit untuk lolos dari seleksi menjadi posisi pelayan langsung dari Pangeran Carl Zeiss. Rumor mengatakan bahwa karena alasan tertentu, orang-orang yang memegang pekerjaan ini sering diganti seiring waktu. Mampukah Este mempertahankan posisinya?

***

Apa pun yang dilihat atau dirasakannya, Este dikenal karena sikap tenang dan rasa ketidakpedulian yang belum pernah terlihat sebelumnya. Gadis itu telah mengemban jabatan alih urusan rahasia pangeran atas rekomendasi kepala pelayan.

Dia bahkan rela mengikuti perang setiap harinya emi menunjukkan kerja keras sebab gajinya berlipat ganda. Dirinya selalu tampil apa adanya dan tak pernah terlihat mengeluh. Sekarang dirinya terbaring di tempat tidur dengan tubuh lelahnya yang basah.

Este yang melompat akibat kegirangan, tak sengaja menendang kakinya di tempat tidur. Kini dia melepas pakaian dalam katun tebal dan menciumnya lebih dulu. Dia mengoleskan bagian lembab dari kain itu di hidungnya dengan harapan basah di celananya tidak akan membuat kain itu menjadi kotor, sebab dia harus memakainya lagi besok. Untungnya setelan miliknya tidak berbau.

"Wah, aku takut setengah mati. Diriku akhirnya bisa santai hari ini. Aku tidak percaya aku langsung berbaring tanpa memeriksa tempat tidurku. Ini akan menambah masalah untukku dan mereka akan meragukan integritas ku hanya karena kesalahan mendasar ini."

Dia dengan hati-hati menggantungkan gaun dalamnya yang tebal di dekat jendela. Gadis itu kemudian berbaring dengan selimut di lantai, hanya mengenakan satu lembar pakaian yang cukup tipis.

Ia juga tak lupa melepas kacamata yang terbuat dari besi tebal yang menutupi separuh wajahnya. Dia menghapus semua riasan wajah dan alis yang dia pakai sejak dia berusia lima tahun. Begitu dia menutup mata, tidur menjadi teman terbaik untuknya.

"Ya, aku pergi sekarang. Diriku sedang pergi!"

***

Harmony, seorang penanggung jawab ruang properti di Teater Empress. Sebuah area hiburan terbaik yang ada pada Kekaisaran Arthur. Dia menjungkirkan tatapan tajam saat melihat Este berjalan dengan santai.

"Este, apa kau tidak mendengarku? Aku bilang aku perlu celana itu diperbaiki hari ini, kamu mendengarku, bukan?" teriaknya.

Jahitan celana berburu yang merupakan kostum milik aktor pria pada acara mendatang yang berjudul "Lady Donatella" telah robek saat latihan kemarin. Este lupa memperbaiki pakaian yang akan dikenakan pada acara hari ini. Ia kini langsung mengambil celana itu dengan tatapan bingung.

"Aku akan melakukannya sekarang," katanya singkat.

"Kita punya waktu kurang dari satu jam sebelum pertunjukan. Apa yang selama ini kamu lakukan? Kamu punya banyak ide konyol baru karena Lisa sangat menyukaimu, bukan?" hardik Harmony.

Lisa adalah sosok primadona terbaik di Teater Empress. Harmony biasa mengeluh karena Este selalu dimanjakan oleh kebaikan Lisa sejak dia masih kecil. Dia bahkan tak berhenti dan terus-menerus mengomeli dengan mengatakan, "Jangan melebih-lebihkan dirimu," atau "Bangun dan dengarkan!" di seluruh aksi yang gadis itu lakukan.

Menunjukkan celana yang sudah diperbaiki, Este berkata padanya. "Aku akan memberikan celananya kepada mereka sekarang. Dan perbaikan sederhana ini seharusnya sudah selesai dilakukan jika kamu, Harmony memperbaikinya sendiri daripada harus menunggu dan memanggilku terus-terusan."

Mencibir kelakuannya, tapi tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung mengambil celananya dan pergi.

"Saat kamu tumbuh dewasa dan merasa tua, kamu bahkan tidak mau mendengarku lagi," Sophie tersenyum dan berkata kepada Harmony yang mendecakkan lidahnya akibat tingkah laku Este.

"Dia sudah menjadi gadis dewasa. Dia berumur tujuh belas tahun sekarang," kata Harmony.

"Itu sebabnya aku khawatir. Teater adalah tempat yang berbahaya bagi seorang gadis berusia tujuh belas tahun. Tidak peduli seberapa keras dia menyembunyikan penampilannya, tak ada orang yang tidak ingin mengejar gadis yang sedang mekar. Diriku khawatir para pria terus melirik Este," papar Sophie.

**To Be Continued**

[Next Chapter]

Harmony hanya berharap Este bisa melakukan pekerjaannya dengan tenang di ruang persediaan di belakang panggung. Namun, gadis itu malah senang berjalan mengelilingi teater seperti seekor babi hutan yang dikejar dengan obor. Dan juga Harmony khawatir dia melakukan pekerjaannya dengan kurang baik.

Sophie yang sedang mengerjakan 'ruffle' pada gaun Lisa (lipatan renda atau kain bergelombang di tepi pakaian atau jahitan), berkata sambil mendesah, "Jika hanya aktor laki-laki, aku tidak terlalu khawatir, sebab mereka harus mendapat izin dari pemilik teater Maeve, dan Lisa sangat menyayanginya sehingga mereka tidak akan bisa melakukan sesuatu yang gegabah. Aku lebih khawatir jika dirinya dilihat oleh para bangsawan karena sering berjalan-jalan."


CREATORS' THOUGHTS
M_Jief M_Jief

Wah terima kasih bagi kalian yang telah sampai di penghujung bab ini. Author berharap kalian semua bisa menikmati cerita ini karena banyak twist seru menanti ke depannya. Pastikan kalian tidak melewatkan dengan masukkan cerita ini ke dalam perpustakaan aplikasi kalian. Review-nya juga boleh kalian post supaya author tahu hal apa saja yang perlu di improvisasi dalam cerita ini. Love You All!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login