Download App

Chapter 2: Tindakan Yong Tuoli

"Bibi, paman belum pulang?" tanya Yong Tuoli lalu melahap makanannya yang ada di sumpitnya.

"Tidak tau," jawab acuh wanita tersebut.

"Kalian sudah makan?"

Baru saja dibicarakan paman Yong Tuoli, suami dari bibinya. Xiao Ling.

"Nah sudah muncul tuh." Yong Tuoli melahap makanannya sambil menunjuk pria berambut putih, bertubuh tegap dengan otot-otot besar di tubuhnya dan berkulit putih pucat karena memang suasana dingin di tempat ini lumayan ekstrim sampai harus mengenakan pakaian berbulu tebal agar bisa menangkal hawa dingin yang begitu menyeruak.

Pria itu berjalan ke arah mereka berdua dan menatap Bibi Yong Tuoli, Xiao Ling istrinya pamannya. "Berikan aku air hangat."

"Hm." Bibi Yong Tuoli mengangguk dan langsung bangkit dari duduknya menuju dapur.

"Kenapa bisa aku berada di lingkaran orang sedatar dan sedingin mereka." Yong Tuoli berpikir dalam diamnya. Dua orang yang berada dekat dengannya sikapnya tak jauh beda. Tapi kasih sayangnya jangan ditanyakan lagi, mereka sangat menyayanginya.

Pria itu menatap ke arah Yong Tuoli. "Kenapa bengong?" Ia mengambil kursi dan mendudukinya menatap ke arah Yong Tuoli.

"Eh, em ... tidak ada," jawabnya dengan gelengan.

"Makanlah yang lahap setelah ini tidur," pinta Paman Yong Tuoli, Yong Sheng.

Yong Tuoli mengangguk-angguk dengan senyuman manisnya. "Andai saja keluargaku dulu seperti mereka. Pasti betapa bahagianya diriku ini." Yong Tuoli menghela pelan napasnya.

"Bagaimana kondisi tubuhmu?" tanya Yong Sheng.

Yong Tuoli menjawab, "Lumayan baik paman, sepertinya aku bisa bergerak bebas sekarang."

"Tadi malam kamu dari mana?" tanya Yong Sheng menatapnya menyelidikinya dengan mata hitamnya yang tajam.

Yong Tuoli menelan salipnya kasar. "Ti-tidak ada," jawabnya gugup. Sial, ia ketauan.

"Kau tau dunia ini bahaya kan?"

Yong Tuoli menjawabnya, "Tau Paman."

"Bersikaplah baik, tetap tinggal di rumah," peringatnya dengan tatapan tajamnya.

"Em." Yong Tuoli mengangguk pelan.

Yong Sheng memundurkan sedikit kursinya, ia berjalan ke arah kasur yang di tempati Yong Tuoli karena merasakan sesuatu yang mengancam. "Benda apa itu?" Tunjukknya pada benda berbentuk peti mati yang dikunci tidak terlalu besar.

Yong Tuoli baru mengingatnya. Ia mengatakannya, "Ah iya, aku lupa paman ingin memberi tau mu. Kemarin aku menemukan dua pedang hitam kembar. Kebetulan paman kesusahan memotong dagingkan, pisau daging milik paman juga sedikit rusak. Nah, paman bisa juga tuh menggunakan pedang itu."

Yong Sheng menyipitkan matanya menatap ke arah peti tersebut. "Baiklah." Ia berpikir dalam hati sedikit terkekeh, "Anak ini tidak bisa membedakan mana pedang mana pisau daging ... " Wajahnya kembali datar. "Sepertinya pedang itu terasa familiar."

***

Tok ...! Tok ...! Tok ...!

"Yong Tuoli!" Panggil tiga pemuda berusia kurang lebih 16 ataupun seusia dengan Yong Tuoli dari luar mengetuk pintu rumah Yong Tuoli.

"Ssstt! Kalian jangan berisik dia sedang tidur," peringat Xiao Ling kepada mereka berempat menatap tajam mereka.

"Tapi kami ingin mengajaknya main." Satu dari mereka menatap dengan kecewa ke arah Xiao Ling.

"Tidak, tidak, kalian pergilah, jangan mengganggu." Xiao Ling mengibaskan tangannya mengusir mereka bertiga lalu menutup pintu rumahnya dengan rapat dan kemudian ia berbalik.

"Ada apa Bibi?" Xiao Ling menyentuh dadanya begitu terkejut dengan kehadiran Yong Tuoli tanpa ia sadari kedatangannya.

"Em, tidak ada," jawab asal Xiao Ling.

"Yang benar?" Yong Tuoli memastikannya.

"Hm," dahemnya. "Lanjutkan lah tidurmu," perintahnya.

Yong Tuoli mengangguk. Xiao Ling berjalan meninggalkan Yong Tuoli menuju ruangan yang merupakan kamarnya sendiri. "Ada yang aneh. Sepertinya tadi aku mendengar suara seseorang memanggil ku, siapa itu yah?" pikir Yong Tuoli.

Rasa penasarannya lebih tinggi dari rasa takutnya dengan bibinya saat ia membantah larangannya. Yong Tuoli membuka pintu rumahnya. Saat ia buka, ia melihat tiga pemuda yang berjalan tak jauh dari rumahnya tampak tidak semangat.

Yong Tuoli melihat mereka ia bergumam pelan, "Ternyata mereka, aku jadi tidak tega dengan mereka, tapi aku memang sangat malas keluar. Apalagi dengan larangan Paman dan Bibi, ini sudah membuat pilihanku tidak untuk ikut dengan mereka. Tapi ... kasian juga mereka."

Yong Tuoli sudah membuat pilihan ia akan keluar. Tangannya menutup pintu rumah pelan. Suasana di luar sangat dingin, karena tempat ini di selimuti salju yang begitu tebal. Itu mengapa Paman dan Bibi Yong Tuoli melarangnya keluar, takut jika Yong Tuoli kedinginan, apalagi dengan kulitnya yang sensitif tidak cocok dengan dunia Bawah ini.

Yong Tuoli berlari kencang ke arah mereka bertiga dan menubruk mereka sampai mereka terjatuh dibuatnya dan ia pun juga terjatuh.

"Yong Tuoli, kamu!"

Mereka sedikit kesal. Namun mereka urungkan itu, karena akan percuma merasa kesal, tidak akan dipedulikan sama sekali.

Mereka segera bangkit tapi tidak dengan Yong Tuoli yang merasa menikmatkan. Ia malah tertidur di tengah tumpukan salju. Mereka merasa sedikit panik melihat tingkah Yong Tuoli yang kumat lagi. Rasa malas untuk bangkit.

"Bangkit Yong Tuoli, kamu bisa kedinginan nanti!" Satu pemuda menarik kedua tangan Yong Tuoli dan diikuti yang lainnya juga membantunya. Walaupun tubuh Yong Tuoli tidak besar-besar amat, tapi Yong Tuoli benar-benar sangat berat bagi mereka.

"Tidak mau, aku mau di sini dulu~" rengeknya.

Mereka tidak perduli itu, bisa gawat sampai Bibi dan Paman Yong Tuoli tau, mereka bisa-bisa dalam masalah.

"Tolong jangan membuat kami dalam masalah."

Yong Tuoli mendengus. Ia terpaksa harus bangkit dibantu mereka. Karena rasa malasnya sudah kambuh.

"Tau gitu mending aku tidur." Ia mengembuskan kasar napasnya.

"Kau itu seperti beruang saja, selalu tidur."

"Benar itu, kau itu tidak ada duanya dengan beruang."

"Sepertinya cocok nih Yong Tuoli disebut beruang. Hahaha!"

"Hahahaha!"

"Ejek aja terus." Matanya menatap malas ke arah mereka sambil terus berjalan bersama mereka dengan langkah malas.

"Hahahaha! Maafkan kami Yong Tuoli." Satu pemuda bertubuh gendut salah satu diantara mereka menyekat air matanya karena begitu puasnya tertawa, Yan Kaibo namanya.

"Sebenarnya yang cocok dipanggil beruang itu."

"Yong Tuoli, kamu ... "

Pemuda bertubuh kurus kering namun wajahnya bisa diakui sangat tampan, segera menukas pembicaraan mereka. "Sudah jangan bahas itu lagi, yang terpenting cepat kita ke rumah Qing Yu. Aku dengar dia akan dijodohkan dengan tuan muda keluarga kaya."

"Eh, benarkah?" Yong Tuoli terkejut bukan main. Qing Yu adalah sahabatnya seperti mereka, dia sangat baik dan pengertian hanya saja jiwanya sedikit mirip seorang pria, tidak ada anggun-anggunnya.

Mereka bertiga mengangguk. "Jadi kalian sudah tau?"

"Jika tidak tau bagaimana mungkin kami menjemputmu," sahut pemuda berambut ikal sendiri diantara mereka bertubuh tegap Lok Yelu.

"Tapi kok bisa?" Masih tak percaya Yong Tuoli memikirkannya. Bagaimana gadis seperti Qing Yu dijodohkan, apa sanggup laki-lakinya menghadapinya? Pikir Yong Tuoli ngadi-ngadi sambil senyum-senyum sendiri membuat mereka bertiga menjadi curiga Yong Tuoli tidak waras.

Puk!

"Ah!"

Buk!

"Yong Tuoli!"

Yong Tuoli menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ini bukan salahnya yah meninju wajah tampan pemuda bertubuh kurus, Zhuxiang.

"Maaf."

"Kebiasaan!" ujar mereka serempak.

"Hehehe."

***

"Kita amankan di sini?"

"Ssst! Jangan berisik." Lok Yelu menempelkan jarinya di bibirnya menatap Yan Kaibo temannya yang paling sibuk sendiri.

Mereka kini berada di jerami dekat pagar rumah Qing Yu. "Tubuhku gatal banget ini," keluhnya terus menerus menggaruk bagian tubuhnya baik tangan ataupun yang lainnya terus bergantian.

"Tidak bisakah kamu tenang dulu kerbau besar, kita tidak dengar ini," protes Zhuxiang.

Selain mereka bertiga satu pemuda yang tak lain Yong Tuoli sendiri kini malah tengah asik tertidur di tumpukan jerami dengan posisi tengkurap padahal di tubuhnya penuh dengan jerami. Mereka sampai tak habis pikir dengan teman mereka yang satu ini. Di manapun itu jika sudah mengundang rasa kantuknya pasti dia selalu tertidur.

"Bukan temanku."

"Aku juga."

"Yah aku juga."

Yong Tuoli yang sebenarnya hanya menutup mata saja karena ia merasa jenuh dapat mendengar ucapan mereka yang sungguh mengesalkannya.

Lok Yelu berkata pelan, "Coba saja Qing Yu mengetahui sikapmu seperti ini lagi, sudah habis telingamu dijewernya Yong Tuoli ... "

"Sudah ku bilang aku tidak ingin menikah! Kenapa kalian memaksa!" teriak seorang gadis dari dalam, Qing Yu yang kini tengah ngamuk.

"Lihatlah gadis itu begitu peka. Bukankah begitu Yong-" Belum selesai berkata Lok Yelu terkejut merasakan sosok yang ia sebut, Yong Tuoli tidak ada di sampingnya. Bukan Lok Yelu saja tapi yang lainnya juga sama. Mereka sudah kehabisan kata-kata melihatnya bukankah Yong Tuoli berada di samping mereka tadi paling sudut sendiri?

Beginilah jika Yong Tuoli lepas pengawasan sedetik saja pasti sudah menghilang. Seperti mereka lihat sekarang Yong Tuoli malah berada di dekat Qing Yu yang kini hampir saja ditampar ayahnya sendiri, untung saja ada Yong Tuoli.

"Yong Tuoli, apa yang kamu lakukan di sini?" Qing Yu merasa terselamatkan tapi ia juga merasa sedikit terkejut atas kehadiran Yong Tuoli tiba-tiba.

Semua yang ada di sana merasa sedikit kesal, geram, marah melihat kehadiran Yong Tuoli begitu lancangnya. Apalagi saat ini adalah tempat hadirnya seluruh keluarga Qing dan tunangannya Qing Yu di desa Puting, desa salju dunia Tengah tempat Yong Tuoli berada sekarang.

"Jangan bersikap kasar!" tekan Yong Tuoli.

"Matilah kita."

"Mampus, sudah tamat kita."

Zhuxiang dan Yan Kaibo menepuk dahi mereka pelan merasakan keadaan akan memanas atas tindakan gegabah Yong Tuoli.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login