Download App

Chapter 2: Bab 2

Satu minggu kemudian...

"Zulai, kamu dipanggil oleh Abah Yai sama Nyai. Cepat temui di ruang keluarga," ucap seseorang pada Zulaikha yang sedang termenung di depan majelis putri.

Zulaikha tampak sedikit terperangah. Dipanggil oleh Abah Yai? Guru besarnya. Ada apa? Begitu yang tersirat dalam tatapan Zulaikha saat ini.

"Zulai! Kok malah melamun, sih! Sudah cepat sana. Abah Yai sama Nyai sudah menunggumu," omel Syifa—sahabat Zulaikha.

Zulaikha mengerutkan dahinya tak mengerti, "Ada apa, ya? Tumben sekali," ucapnya penuh tanda tanya.

"Aku juga tidak tahu. Tapi, sepertinya ada hal yang sangat penting. Atau mungkin saja Abah Yai sama Nyai sudah tahu kehancuran hubunganmu dengan Zamzam. Hihihi," kekeh Syifa tanpa dosa.

"Hust! Abah Yai sama Nyai tidak tahu menahu soal hubunganku dengan Aa Zamzam. Jangan asal bicara kau!" sungut Zulaikha dengan tatapan sebalnya.

Syifa tersenyum usil, "Ya, aku tahu. Ya sudah, lebih baik sekarang kau cepat temui Abah sama Nyai. Seorang murid tidak boleh menunda-nunda dan memperlambat dirinya untuk menemui gurunya. Jadi, cepat!" ujarnya penuh paksaan.

Zulaikha memutar bola matanya seraya membuang napasnya kasar, "Iya-iya! Aku akan segera menemui Abah sama Nyai," ucapnya dengan nada yang berat. Tentunya ia sangat heran dan bertanya-tanya, mengapa guru besarnya memanggil dirinya secara tiba-tiba.

Tanpa membuang waktu lagi Zulaikha pun bergegas melangkahkan kakinya menuju kediaman gurunya. Tentu saja detak di jantungnya begitu berirama dengan kencang. Ia sangat gugup dan takut.

"Assalamualaikum," ucap gadis cantik bermata bulat itu.

"Waalaikumsalam warahmatullahi wa barakatuh," sahut Abah Yai dengan Nyai Hajah secara bersamaan.

Dengan pelan, sopan dan penuh tatakrama, Zulaikha pun melangkah mendekati kedua guru besarnya itu.

"Abah sama Nyai memanggil Zulai?" tanyanya dengan lembut dan penuh sopan santun.

"Ya, Neng. Ada yang ingin kami bicarakan padamu," jawab Nyai Hajah Nur Aini yang tak lain adalah istri Abah Kiyai Marzuki, pemilik pondok pesantren Daarul Qur'an.

Zulaikha tampak sedikit tersentak kaget. Ia semakin gugup saat Nyai Hajah menatapnya dengan serius. Namun, ia hanya bisa mengangguk dan menunggu pembicaraan yang akan gurunya itu sampaikan padanya.

"Zulai, hafalan Al-Quran kamu sudah khatam, 'kan?" tanya Abah Yai yang terdengar menggelegar di telinga Zulaikha.

Sangat jarang sekali Abah Yai bicara dengan santri. Terutama para santri putri yang mondok di pesantren miliknya. Tentunya apa yang saat ini Zulaikha alami, membuatnya setengah tak percaya.

"Alhamdulillah sudah, Abah," jawab gadis cantik itu dengan tangan yang gemetar menahan gugup.

"Alhamdulillah. Itu artinya Nyai tidak salah memilihmu menjadi keponakannya," ucap Abah Yai yang berhasil membuat Zulaikha tak mengerti.

"Menjadi keponakan Nyai? Maksudnya gimana, ya?" gumam Zulaikha dalam hati.

Gadis cantik berkulit putih itu tampak diam menunduk dalam keadaan bengong. Ia benar-benar tak mengerti dengan apa yang gurunya ucapkan tadi.

"Benar. Nyai ingin Zulai menjadi keponakan Nyai. Jadi, untuk menjadikan Zulai sebagai keponakan Nyai, Abah sama Nyai sudah bersepakat untuk menjodohkan Zulai dengan Yusuf, keponakan Nyai," ungkap Nyai Hajah yang berhasil membuat Zulaikha terbelalak kaget.

Deg!

Seketika jantung Zulaikha semakin berdetak kencang. Wajahnya pucat dan tangannya gemetar menahan gugup dan juga kaget. Gadis cantik itu tampak melongo tak menyangka dengan ucapan Nyai Hajah. Kedua bola matanya tampak membulat penuh. Dan tentunya ia tak tahu harus bicara apa saat itu.

"Apa? Dijodohkan dengan keponakan Nyai? Apa aku tidak salah dengar? Astaghfirullahaladzim! Mimpi apa aku semalam? Yaa Allah, apakah aku tidak sedang bermimpi?" celoteh Zulaikha dalam hati.

Tentu saja Zulaikha begitu kaget dan benar-benar tak percaya dengan apa yang ia dengar. Hal ini sungguh tidak pernah ia pikirkan sebelumnya. Dijodohkan oleh gurunya sendiri dengan keluarga sang guru. Dan yang membuatnya merasa berat adalah, dijodohkan dengan pemuda yang tidak ia kenali. Ini sungguh bukan cita-citanya.

"Bagaimana, Zulai? Nyai sama Abah sangat berharap Zulai tidak menolak." Nyai Hajah tampak mendesak Zulaikha agar menerima perjodohan itu.

Zulaikha menelan ludahnya kasar dan mengusap wajahnya berkali-kali. Ia benar-benar gugup dan tidak bisa berkata apa pun. Tentunya ini adalah keputusan yang sangat mendadak. Sementara saat ini perasaan cintanya masih melekat untuk Zamzam. Apa yang harus dia lakukan? Haruskah menolak saat itu juga? Atau, haruskah ia terima perjodohan itu? Karena bagaimana pun, menjadi salah satu bagian dari keluarga Abah Yai dan Nyai Hajah adalah impian setiap santri.

"Yusuf Al-qaradawi adalah putra kedua dari pasangan Abuya Salahuddin Al-qaradawi dengan Umi Hajah Maslihatul Fitriyani. Beliau memiliki pondok pesantren yang besar, lebih besar dari milik Abah dan Nyai. Dan kami, sangat menginginkan Zulai untuk menjadi istrinya. Sebab, saat ini kedua orang tuanya sedang mencari wanita yang pantas dan mau menjadi menantunya. Setelah Nyai pikir-pikir, sepertinya Zulai sangat pantas menjadi penyempurna sunnah Yusuf," papar Nyai Hajah panjang lebar. Ia sangat terkesan mendesak dan memaksa.

Mendengar semua yang Nyai Hajah ucapkan, membuat Zulaikha berdecak kagum. Menjadi seorang istri bagi pria tampan dan memiliki garis keturunan yang baik, tentunya salah satu impian Zulaikha. Tetapi, ia sungguh tidak pernah bermimpi untuk menikah selain dengan Zamzam yang sama terlahir dari keturunan ulama.

"Maa Syaa Allah, Zulai sangat terharu mendengar semua yang Nyai ucapkan. Demi Allah, Zulai menghargai dan menghormati keputusan Nyai dengan Abah. Tetapi, Zulai hanya wanita biasa yang tidak punya apa-apa, Nyai. Jadi, sepertinya Zulai sangat tidak pantas menjadi penyempurna sunnah keponakan Nyai." Zulaikha bicara pelan, penuh tatakrama namun terdengar bergetar menahan tangis.

Ya, tentunya Zulaikha ingin menangis saat ini. Selain ia terharu karena guru besarnya menjodohkan dirinya dengan Yusuf, ia juga sangat bingung dan gerogi. Ia takut berkata salah dan akan menyakiti hati guru besarnya itu. Tetapi, apakah ini jalan terbaik baginya? Inikah balasan bagi hati yang sedang tersakiti? Apakah Allah mengganti Zamzam yang hilang dengan seorang pemuda tampan seperti Yusuf?

"Jangan bicara seperti itu, Neng. Allah memberikan kebaikan pada setiap diri manusia. Zulai sudah punya Al-Quran yang tertanam dalam hati dan tubuhmu. Jadi Nyai harap, Zulai bersedia menikah dengan keponakan Nyai," ucap Nyai Hajah dengan lembut dan penuh bijaksana.

Zulaikha tampak benar-benar terharu mendengar semua ucapan guru besarnya. Gadis cantik itu pun tak kuasa menahan tangisnya. Entah mengapa ia merasa jika saat ini ia hanya sedang bermimpi.

"Dua hari lagi, kami akan mempertemukan kalian berdua di sini. Jadi, kalian akan melakukan proses ta'aruf, khitbah, lalu menikah," timpal Abah Yai yang semakin membuat Zulaikha tak sanggup lagi berkata apa-apa.

"Yaa Allah, inikah yang disebut dilematis? Apa yang harus aku lakukan saat ini? Aku sungguh bingung dan takut," rintih Zulaikha dalam hati.

BERSAMBUNG...


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login