Download App
33.33% Klaraden

Chapter 3: Pamit

"Apa?" tanya Klafa. Kaka laki-laki Klara.

Klara yang baru membuka kunci rumah jadi bingung, tumben sekali kaka laki-lakinya datang menjenguk.

"Tumben," jawab Klara. Meletakan tas di atas sofa, matanya tertuju pada kulkas, apalagi juga bukan mengambil satu buah Apel hijau kesukaan.

"Datang kapan lu bang?" tanya Klara basa-basi duduk mendekati Klafa. Hanya memastikan saja, rumah sudah berserak penuh dengan bungkus makanan dan playstastion yang sedang menyala.

"Lu masih sama Raden?"

Klara diam, melirik Klafa, kemudian kembali mengunyah apel, dengan mata menatap layar hanphone.

"Ada masalah apa sampe putus?"

Ternyata tidak dijawab, tidak membuat Klafa diam, masih saja Klara dibrondong pertanyaan.

Klara jadi malas, sejak kapan kakak laki-lakinya ikutan bertanya tentang Raden.

"Selingkuh," jawab Klara.

Klafa menatap, memiringkan kepala belum percaya.

"Lama?" Tanya Klafa lagi masih begitu penasaran pada kisah asmara milik adik kecilnya.

Klara menjawab dengan anggukan.

"Males ih bahas Raden," rajuk Klara. Mengambil buku dan tas hendak masuk kamar.

"Baru juga mau dijodohin sama Mamim," sahut bang Klafa.

Klara jadi diam menoleh Klafa dengan cengo, masih diam dan mencerna dengan baik. Merapal doa pendengernya sedikit eror.

"Gak usah becanda deh kak." Elak Klara masih kurang terima keadaan.

"Ya udah telpon mamim sana," jawab Klafa tenang, mengambil snack yang baru saja terbuka.

"Please deh kak, Raden selingkuh. Masa iya mamim tega nikahin aku sama Raden. Dia tukang selingkuh ini udah kedua kali kak," tutur Klara panjang, selama pacaran lima tahun Raden kadang juga brengsek selingkuh sesuka hati.

"Tapi cuma main-main kan? Tetep balik ke lu klara!" Klafa masih menegaskan sebrengsek apapun Raden masih begitu tulus.

"Tulus kok selingkuh," rajuk Klara, sudah tidak tahu lagi beredebat bagaimana, Raden terlihat terlalu baik dimata mamim dan bang Klafa.

"Yudah nanti abang bilang mamim pending dulu perjodohanya, nunggu kalian balikan," tutur Klafa.

Klara jadi geleng-geleng. Apakah tidak ada orang lain yang bisa dijadikan referensi jodoh selain Raden? Kasihan sekali Klara.

"Yaelah mentok amat," jawab Klara pasrah dan tidak suka yang digabung menjadi satu.

Klara kesal juga dengan tingkah Klafa dan mamim kenapa tidak bertanya dulu, meskipun lega di tunda, tetap saja Klara merasa kesal setengah mati.

"Eh iya, gua dirumah kesini aja," jawab bang Klafa, seperti sedang berbicara dengan manusia disebrang sana.

Klara yang berganti pakaian dan mencepol rambut bulenya jadi ikutan penasaran. Bang Klafa tidak punya teman di sini, hanya Klara saja. Tidak mungkin dong menyuruh orang lain untuk datang ke rumah.

"Pesan makan dek, ada temen kakak datang," pinta Klafa meminta untuk memesan makanan lewat aplikasi online.

"Spesial banget?" Klara masih bertanya penasaran juga, biasanya Klafa tidak akan bersusah-susah mengeluarkan isi dompet. Dia biasanya tahan makan apel dan biskuit diet milik Klara daripada keluar uang sendiri.

"Ya apa? Lu kira becanda?" Jawab Klafa, menekankan mimik wajah, seperti berkata sedang serius.

Klara memuncungkan bibir depan, meriyipkan mata dan mengangguk sok paham.

Duduk di sebelah Klafa. "Pesen sendiri, di rak atas mie instant, Klara mau nyalon kencan sama pacar baru"

Klafa menarik nafas.

"Kenapa bang sayang?"

"Klara tinggal ya," pamit Klara lagi. Berbisik seksi di telinga Klafa.

Klafa terasa jengkel dan mendidih adik kecilnya mulai berani bermain-main sekarang.

"Lu tau sopan santun ga si dek? Gua baru datang lu suruh aja mie, lu kira guaa apaan?" Marah Klafa.

Klara menyipitkan mata tersenyum gemas.

"Drama sekali abang ku, biasany juga anda makan mie," ucap Klara gemas, menggunakan nada yang diputus-putus menggemaskan, sembari melirik mengejek.

"Sore bang, asslamualaikum."

Klafa tersenyum gemas. Kemudian melambaikan tangan, bertos ria. "Telat bang, ada acara karate tadi," ujarnya meminta maaf.

Klara yang masih mengikat sepatu, sedikit kaget tapi tetap dilanjutkan, matanya sebenarnya menyimpan banyak pertanyaan tapi diurungkan. Gengsi Klara masih punya dendam pada Raden.

"Mau jalan bareng Klara?" Bang Klafa tiba-tiba bertanya begitu, nada pura-pura tidak tahu. Raden agak kebingungan. Karena sedari tadi mereka akan bekerja sama antara UKM terate dan Futsal.

Sampai disini malah disuguhi pemandangan begini.

"Yaudah kalo mau jalan dulu, abang masih nginap sampe besok. projectnya kita nanti malam saja," tambah bang Klafa.

Aku mengutuk Raden jika setuju dengan karangan bang Klafa. Penuh deg-degan aku menunggu jawaban itu.

"Klara minta ditemani ke coffeshop, terus katanya mau beli novel baru," tambah bang Klafa.

Klara tidak melawan sama sekali, tidak juga mengatakan apapun, bingung pada diri.

"Oke bang," jawab Raden setuju.

Klara langsung bangkit.

"Hihi," ejek Klara tidak suka memonyongkan wajah dan mulut serta merta. Kemudian mengubah menjadi wajah jutek.

"Apaan sih Raden! Lu sini aja ya ngerjain project bareng abang."

"Gua punya ayang baru," bisik Klara tepat ditelinga Raden.

Raden tersenyum gemas. Bersalaman dengan Klafa, membuat Klara tenang, Raden tahu posisi dan tahu diri.

"Pamit ya bang, kata Klara minta segera berangkat," tuturnya.

Klara bersorak dongkol menyupah serapah, laki-laki bernama Raden. "Astagaa" Klara meremas dress frustasi.

Klara melirik bang Klafa, acungan jempol memberi tanda kepada kedua pasangan. Membuat Klara makin stress dan depresi.

"Yok," ajak Raden, menjulurkan tangan gagah. Klara menolak, menggeleng.

"Ini kan ayangmu?" goda Raden tidak ingin kalah. Kembali menarik tangan Klara.

Membenahi rambut bule, menyibakan dengan halus, kemudian menatap sendu.

Klara membuang muka, menolak ajakan tangan gagah Raden.

"Makasih," ujar Klara kesal. Raden sekarang sudah pintar merayu bang Klafa.

"Sama-sama," jawab Raden meringis senang.

Klara diam saja, boodnya sudah berubah bete dan sebal. Kencan dengan Kyah jadi batal.

"Gua batal pergi aja deh," ujar Klara.

Raden menarik nafas, hampir saja berhasil, sekarang berubah menjadi mimpi buruk.

"Batal? Gak gak, rumah harus steril, gua mau hibernasi," sahut Klafa yang masih berada di depan pintu.

"Males gua jalan sama ni orang kak," jujur Klara, sudah tidak bisa berbohong lagi. Sebenarnya Klafa juga sudah tahu.

Klafa jadi ikutan bernafas lelah.

Klafa tidak menjawab pertanyaan Klara, masuk rumah dengan tanpa pamit. Melihat perlakuan abang Klafa, Klara merasa di titik beratkan.

Klafa seperti begitu senang dengan kehadiran Raden

"Gua pulang deh, salam ke bang Klafa, nanti malem gua kesini lagi," pamit Raden rikuh, tidak enak juga dengan keadaan.

Klara diam dan diam otak dan perasaanya sudah perang hebat.

Melihat Raden yang meninggalkan pekarangan rumah, melihat punggung Raden yang terasa lebih lemah.

"Maaf Laden"

Klara masih diam, berjalan ke rumah pun sudah tidak ada gairah, pasti bang Klafa akan diam saja hingga besok menjelang pulang.

Klara mendongak, diam sejenak, membuka knop pintu.

Benar saja bang Klafa sudah masuk kamar.

"Bang jadi beli makan?"

"Batal aja!"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login