Download App

Chapter 3: Si Minim Pengalaman

Gabriel tertawa kecil mencemooh Alphanya yang tidak pernah terikat dengan wanita manapun untuk main-main. Laki-laki itu terlalu menghabiskan waktunya untuk untuk mempertahankan populasi pack yang tersisa tanpa pernah berfikiran bahwa seorang pasangan terlebih lagi seorang luna juga mampu meringankan sedikit bebannya. Setidaknya Reymond memiliki teman untuk berbagi keluh kesahnya nanti.

"Aku membicarakannya bukan untuk kau tertawakan, Sialan!" delik Reymond pada laki-laki yang beda usia dua belas tahun dengannya itu tapi sudah terlihat sangat matang dengan kerasnya kehidupan yang menderanya.

Gabriel meredam tawanya meski sangat sulit. Masih ada beberapa kekehan halus dari laki-laki itu. "Baiklah! Maafkan aku! Kau ingin apa? saran?"

Reymond mengangguk yang membuat Gabriel meledakkan tawanya lagi. "Seharusnya kau mengadu pada Juan. Aku belum bertemu dengan mateku!"

"Tapi kau bermain dengan beberapa perempuan. Juan sudah pasti tidak bisa karena laki-laki itu diriject oleh pasangannya. Jangan ungkit itu atau dia akan bersedih lagi." sedih juga sebenarnya memikirkan nasib beta dari red pack itu.

Ditolak dari pasangan yang dari klan Witch membuat Beta itu pada akhirnya memilih mengabdikan diri pada pack saja. tidak jauh berbeda dari Alphanya. Lagipula kelakuan Alphanya itu cukup menyita waktunya. Reymond lebih setuju untuk berperang saja daripada melakukan tugas administrative lainnya. Tentu saja pekerjaan berat Juan mengingatkan laki-laki itu menjalankan tugasnya secara keseluruhan. Bukan sebagian belaka.

***

Hari ini sela-sela berbagai macam aktivitasnya, Gwen mampir dulu ke tempat pemakaman umum itu. Dan setiap kali berada disana selalu didapati dengan lelehan air mata.

"Apa kabar Nan? Rencananya aku mau masuk kepanitiaan di kampus. Abang lagi baik tuh, tumben nggak dipermasalahin ama dia. Oh ya, kemarin aku ketemu Ibu, Ibu sekarang sehat, kau tidak perlu khawatir Gabriel menjaga ibu dengan baik. Juga, Denis sudah masuk sekolah dasar. Dia bilang katanya mau jadi mekanik juga. Sama kayak cita-cita kamu. sepertinya Gabriel cukup mampu menghandle semua tugas berat itu." Dia terus mengoceh sendirian, sampai semua sumpek dihatinya dikeluarkan.

Reymond dan Gabriel menghentikan langkahnya saat melihat seorang gadis tengah berdiri di kuburan Anan. Baik Reymond ataupun Gabriel sama-sama tidak berniat menganggu gadis itu hingga gadis itu menoleh saat menyadari seseorang didekatnya.

"oh hai! " Gwen menyeka tangisnya sembari menarik ingusnya. Menyapa Gabriel dengan mata sembabnya. Sepertinya mereka berdua memang sudah kenal.

Sementara Reymond tidak karuan. Memutuskan mindlink dengan Blue secepat mungkin sebelum serigalanya itu bertingkah. Reymond masih ingin tahu lebih kenapa matenya itu berdiri disana, berdiri di makam salah satu armada terbaik packnya. Ingin menelisik lebih jauh air mata itu karena yang jelas dia bukan keluarga. Reymond tahu betul mana yang keluarga Gabriel dan Anan mana yang bukan. Gwen adalah sosok asing yang terkesan dekat dengan Anan. Semoga tidak seperti yang Reymond pikirkan.

"Tidak perlu laporkan aku ataupun ibu, Gwen. Dia lebih peduli dengan kau," ucap Gabriel pada gadis bernetra violet. Gwen menanggapi ucapan Gabriel dengan senyuman kecil "lama tidak bertemu Gwen. Oh ya kenalkan ini Reymond, Alpha yang baru memberanikan diri mengujungi makam sahabat terbaiknya."

Baik Gwen ataupun Reymond sama-sama bertatapan. Gwen menyapanya mengangguk hormat membuat Reymond kelabakan. "Harusnya saya bisa bersikap sopan saat pertama kali bertemu dengan Anda, Sir."

Reymond berdehem mengangguk aneh dengan sikap sopan matenya itu. Penuh keanggunan yang membuat Reymond memberikan centang positif lagi dalam kepalanya.

"Kalian pernah bertemu?" tanya Gabriel. Baik Reymond dan Gwen sama-sama mengangguk.

"Tidak sepenuhnya bertemu sebenarnya karena mengabaikan dia begitu saja. Maaf!" membuat Reymond bertanya apakah Gwen juga tahu bahwa dia adalah pasangan yang ditakdirkan dewi bulan untuk gadis itu. Tapi yang jelas, Gwen ingat dengan wajahnya dan gadis itu benar-benar menatapnya ternyata.

Gwen menghela nafas pelan saat ponselnya terus bergetar yang pasti dari seseorang laki-laki yang menunggunya di rumah tidak sabaran. "aku pergi dulu," pamitnya. Seolah tahu alasan Gwen tidak bisa berlama-lama disana.

Gabriel mengangguk, lalu mereka, Gabriel dan Reymond terus saja memperhatikan langkah gadis itu sampai menghilang dari pemandangannya. Dari ujung sana Gabriel samar-samar bisa melihat seorang pria yang sudah menunggu. Posisinya memang berada sedikit jauh dari pintu masuk makam, pantas saja Gabriel dan Reymond tidak melihat tadi. Gabriel tahu laki-laki yang menjemputnya tidak akan pernah menginjakkan kaki di makam ini terlebih dengan adanya Gabriel dan Reymond disini.

"Dia,,," Reymond ragu-ragu dengan gagasan yang dikemukakannya tapi Gabriel sudah menganggukinya terlebih dahulu. "Yap, dia pacarnya Anan," kata Gabriel menatap Reymond lalu kemudian mengubah arah menatap makam kakak sulungnya itu.

"Dia cantik kan? Anan beruntung memilikinya." Reymond menatap makam Anan dengan diam. "Moongodness!" desahnya dalam hati. Bagaimana bisa dewi bulan memilihkannya pasangan yang merupakan mantan kekasih dari kawan dekatnya tersebut.

Selain kepada Gabriel adik kandungnya, Anan juga dekat dengannya. Pria itu sangat sering menceritakan berbagai hal padanya terutama tentang kekasihnya. Anan tidak akan pernah bosan-bosan menceritakannya setiap ada kesempatan. Pacarnya yang sedang inilah, pacarnya yang sedang itulah, pacarnya suka ini lah dan lain sebagainya bahkan sampai di hari terakhir sebelum kematiannya Anan hanya berbicara perihal pacarnya.

"Pulang nanti main ke rumah. Ibu sudah memasakkan sesuatu," ucap Gabriel saat mereka mulai berjalan keluar dari tempat itu.

"Mungkin lain kali saja. Bukan menolak permintaan Ibu, tapi Juan memintaku menemuinya katanya ada satu hal," jelas Reymond. Gabriel mengangguk mereka sudah bertosan ala laki-laki sebagai tanda perpisahan. Saat naik menuju motornya sebelum memasang helm gerakan tangan Reymond berhenti sebentar "Pack masih menunggu untuk kau kembali," ucapnya.

Gabriel tersenyum kecut "Tidak sekarang, masih ada Denis dan Ibu yang harus dijaga. Bukannya Alpha tidak menjadi prioritas tapi kau tahu sendiri kan." Reymond hanya bisa menghela nafas panjang ketika melihat motor Gabriel yang menjauhinya. Harusnya laki-laki itu bisa menjabat sebagai armada terkuat yang diandalkan pack. Namun karena menjadi kepala keluarga dan karena alasan lain yang sudah pernah disebutkan, Gabriel terpaksa mengabaikan tugasnya yang itu.

Reymond tidak bisa memaksa. Dia tahu dia memiliki keterbatasan untuk merangkul semua pack dalam genggamannya. Mereka berhak dengan keputusan hidup masing-masing yang tidak bisa Reymond pilih dan putuskan.

***

Agenda sorenya adalah bermain di taman belakang bersama Bima, sepupu sekaligus Armada andalah packnya. Memang tidak ada yang percaya bahwa gadis feminin itu cukup hobi bermain basket meski tidak terlalu mahir. Jika ada yang bertanya alasannya semua bermula dari beberapa tokoh idolanya yang juga hobi bermain basket. Ah, mungkin terlalu berlebihan jika disebutkan sebagai hobi. Katakan saja suka, dia suka bermain basket. Sesekali.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login