Download App

Chapter 2: BAB 2

"Ceraikan aku, atau batalkan pernikahan kamu dengan, Keyla. Apa kamu sanggup?" ucapku membuat Keyla menyemburkan minumannya karena tersedak lagi.

Mendengar pertanyaanku, Reyhan terdiam sesaat. "Ini tidak mungkin, Keyla sedang mengandung anakku dan aku harus bertanggung jawab. Aku juga tidak ingin menyakiti hati Keyla dan tidak mau membuatnya kecewa," ucapnya kemudian.

"Kalau begitu kamu ceraikan aku!" pintaku menatap wajah Reyhan.

Reyhan diam dan menghela nafas panjang. Aku tau ini adalah pilihan sulit untuknya, tapi dia harus memilih salah satu. Dan aku memberikan pertanyaan ini, bukan karena aku masih menginginkan, Reyhan. Melainkan aku sudah jijik dengan laki-laki yang sudah tidur dengan perempuan lain sampai menghasilkan anak.

"Tolong, dijawab Pak Reyhan! Apa anda bersedia menceraikan saya?" tegasku hingga membuatnya tersentak.

"Tapi, Reyna, ini tidak mungkin. Kamu sangat berperan penting untuk kemajuan perusahaanku. Kamu jangan egois, banyak perempuan ikhlas berbagi suami. Apa lagi kamu tidak bisa memuaskan aku," ucapnya lagi hingga mampu membuat pondasi rasaku hancur lebur oleh ego dan hinaannya.

"Kalau kamu mencintaiku, pasti kamu tidak akan berselingkuh. Apalagi dengan sahabatku sendiri. Dan kamu Keyla, kalau kamu memang sahabat baikku, tidak mungkin kamu menggoda suamiku dan merebutnya dariku," ucapku dengan menunjuk wajah Keyla.

"Aku tidak menggoda suamimu, dia sendiri yang selalu datang ke rumahku dan selalu menggodaku. Apa aku salah jika aku jatuh hati padanya?" ucapnya seakan tanpa dosa.

Plak

Aku melayangkan sebuah tamparan di pipi kanannya. "Ini untuk sahabat yang tidak tau diri," ucapku dengan jari telunjuk tepat di wajahnya. Seketika pipinya memerah, lalu ia memegangnya yang mungkin terasa sakit oleh tamparanku.

"Reyna, apa yang kamu lakukan?" ucap Reyhan mendekat ke arahku.

Plak

Sebuah tamparan lagi aku layangkan di pipi kanan, Reyhan. "Ini pantas buat laki-laki penghianat seperti kamu, dan aku rasa ini tidak sebanding dengan luka yang kalian torehkan di hatiku," ucapku lagi menunjuk wajah keduanya.

"Lagi pula, tidak ada wanita mana pun yang rela berbagi suami. Itu sangat menyakitkan. Membayangkan saja sangat menyakitkan. Lebih baik aku dicerai olehmu dari pada harus dimadu," lirihku tegas.

"Jika kamu sudah selesai bicara? Tolong, biarkan aku sekarang yang bicara! Aku tetap akan menikahi Keyla dan tidak akan pernah menceraikan kamu, sampai kapanpun. Terserah kamu terima atau tidak. Tolong, mengerti aku," ujar Reyhan.

Aku hanya terdiam dan menganggukkan kepala. "Baiklah, jika itu yang kamu mau. Maaf, aku tidak sanggup jika harus dimadu," tegasku. Tidak ada lagi air mata yang keluar membasahi pipiku. Bahkan dengan cepat aku mengusap sisa buliran bening yang ada di sudut mataku.

"Percuma berdebat denganmu, Mas! Percuma juga aku mengungkapkan isi hatiku, pada seorang yang tidak memiliki hati. Kamu memikirkan hati Keyla, tapi kamu tidak memikirkan hatiku, Mas! Apakah aku sakit? Kamu tidak peduli! Yang ada di pikiran kamu saat ini hanyalah, Keyla. Dan kamu ingin mencapai kepuasan nafsu dan ego kamu bersama wanita murahan itu,"

"Kalian menekanku dan menghinaku malam ini, sungguh aku tidak akan pernah lupa. Kalian menganggap seakan semua kesalahan ada padaku. Di situ aku sadar, kekuranganku menjadi alasan kuatmu untuk mendua. Dan jawabannya sudah aku dapat malam ini, bahwa kamu tidak lagi peduli padaku dan cukup aku tau kalau kalian adalah pasangan yang sangat cocok, yaitu sepasang penghianat. Bukan aku yang egois, tapi kamu. Mungkin kamu sudah lupa akan janjimu! Atau sengaja melupakannya? Lebih tepatnya, pura-pura lupa."

Kemudian aku masuk ke dalam kamar dan menguncinya dari dalam. Aku baringkan tubuhku di atas tempat tidur. Tentunya, masih memikirkan kejadian yang sedang aku alami. Aku tahu perceraian dibenci oleh Allah, tapi aku juga tidak sanggup jika harus dimadu.

Ting....tong....!

Terdengar suara bel berbunyi. Segera aku bergegas keluar dan membuka pintu. Tentunya dengan wajah lusuh.

"Lama sekali buka pintunya?" ucap Reyhan. Aku pun berlalu tanpa menjawab pertanyaannya. Aku kembali lagi ke dalam kamar dan menguncinya.

*********

POV REYHAN

Hari ini adalah hari pernikahanku dengan, Keyla. Dan kami telah sah menjadi suami istri. Keluarga besar Keyla kelihatan sangat bahagia, meski anak mereka menjadi istri kedua.

Kedua bola mataku mencari sosok Reyna. Sudah tiga hari ini, semenjak aku pulang mengantar Keyla, aku tidak pernah melihatnya. Dia tidak mau keluar kamar sama sekali. Entah, apa yang dia lakukan di dalam kamar selama itu?

"Cari siapa, Mas? Cari Reyna?" bisik Keyla dengan mengulurkan tangannya menyalami para tamu undangan yang memberi selamat.

"Iya, kenapa dia tidak hadir? Dan tiga hari ini aku tidak melihatnya," jawabku dengan melihat sekeliling.

"Sudah lah, Mas! Untung kalau dia tidak datang. Jadi acara kita tidak dibuatnya kacau," ucap Keyla.

"Kamu, jangan berkata seperti itu!" tuturku.

"Apa kamu yakin Reyna aman di kamarnya? Atau dia jangan-jangan bunuh diri karena tidak sanggup melihat kita bahagia?" ucap Keyla membuatku menjadi takut. Ingin segera aku pergi dari pesta pernikahanku ini dan mencari Reyna. Ada perasaan bersalahku yang tiba-tiba muncul.

"Sudah jangan terlalu dipikirkan perkataanku, Mas. Aku hanya asal bicara. Tidak mungkin Reyna bunuh diri. Dia adalah sosok yang kuat yang pernah aku kenal," ujarnya menenangkan ku. Namun, tetap saja ada rasa takut dan khawatir di dalam dadaku.

Acara pernikahanku akhirnya selesai, sama sekali aku tidak melihat kehadiran, Reyna. Dengan cepat aku menggandeng tangan Keyla meninggalkan gedung itu, tanpa mempedulikan kedua mertuaku yang melihatku heran.

"Ada apa ini, Mas?" tanya Keyla. Aku tidak menghiraukan pertanyaannya dan terus aku seret tangannya menuju mobil.

Sampai di mobil, aku langsung mengemudikannya dengan kecepatan tinggi. Hingga dua puluh menit kemudian, aku sampai di rumah besar yang aku tempati dengan Reyna selama 5 tahun ini. Aku semakin panik ketika mendapati rumah yang terlihat masih gelap dan sunyi. Segera aku turun dari mobil meninggalkan Keyla.

"Mas, tunggu!" teriaknya. Namun, aku tidak mempedulikannya dan berlari menuju ke dalam rumah.

Sesampainya di depan kamar, aku mencoba membukanya. Namun, Keyla menguncinya dari dalam. "Reyna, buka pintunya!" panggilku sambil mengetuk pintu. Aku lakukan berkali-kali namun Reyna tidak kunjung membukanya. Aku semakin panik.

"Mas gimana masih enggak mau buka pintu, Reyna? Sudah tenang saja, ini kan malam pertama kita. Biar aku puaskan kamu malam ini," cerocos Keyla membuat aku semakin dongkol.

"Reyna, cepat buka pintunya. Aku ini masih suami kamu, hargai aku kalau kamu masih mau menjadi istriku!" ancamku yang merasa takut karena dia tak kunjung membuka pintu.

"Ini aneh, kenapa Reyna tak kunjung membuka pintu?" batinku semakin khawatir. Semoga tidak terjadi apa-apa dengannya.

Tidak perlu berpikir panjang lagi, aku segera mendobrak pintu kamar. Di tendangan yang ketiga pintu itu berhasil terbuka. Dan terkejutnya aku tatkala melihat ke dalam kamar. "Reyna.....!" teriakku semakin panik, hingga jantungku terasa mau lepas dari tempatnya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login