Download App

Chapter 2: Charity

Sarah mengusap-usap punggung Lissa. "Tidur lagi, Nak. Ibu di sini," bisiknya.

"Ma ma ..." Lissa kembali menggumamkan panggilan 'Ma-ma'. .

Sarah tampak berpikir. 'Apakah anak ini juga mengingat bagaimana sosok mamanya yang dulu? Apakah orangnya benar ada? Jika ada, apa yang akan terjadi jika anak, papa dan mamanya berkumpul lagi?'

Angan-angan Sarah sibuk membayangkan kemungkinan-kemungkinan. Kepalanya terasa berat menyimpan banyak pertanyaan yang belum terjawab.

'Ah sudahlah, tak perlu terlalu dipikirkan. Masa lalu tetaplah masa lalu, yang penting adalah hari ini. Saat ini akulah istri sah Surya, tak ada yang lain.

Sementara di ruang Kerja, Surya merenung dalam diam setelah menghubungi Gita. Ia teringat semua keruwetan ini terjadi setelah ia bertemu dengan komunitas anak-anak singgah. Ia sendiri yang berinisiatif mengadakan kerja sama dengan mereka. Sebagai seorang manajer public relation senior, Surya memegang tanggung jawab yang tak sedikit.

"Pak Surya, bagaimana dengan persiapan charity perusahaan kita? Apakah sudah mulai dirancang?" tanya Indra. Pria yang menjabat sebagai direktur operasional itu menanyakan kesiapan Surya melakukan kegiatan amal akhir tahun.

"Sudah saya bicarakan dan buat proposalnya dengan tim kecil saya, Pak. Tahun ini kita akan mencoba sesuatu yang berbeda," jawab Surya. Dibukanya laptop dan mulai mempersiapkan persentasinya.

"Apa itu? Harus menarik dan bisa meningkatkan promosi perusahaan," imbuh Indra. Dari nada suaranya sudah jelas atasan Surya ini menginginkan program yang baru.

"Ya, Pak. Jadi kita akan membuat program 'Living Humanity', bentuknya tim kita akan tinggal selama sebulan dengan para penggiat kegiatan sosial. Kita akan live, menyiarkan bagaimana kegiatan dan perjuangan harian mereka," papar Surya.

Indra tampak belum mengerti. "Bisa lebih spesifik itu nanti kegiatannya bagaimana?" tanyanya. Ia membetulkan duduknya dan lebih condong ke depan.

"Kita akan bekerja sama dengan sebuah organisasi sosial rintisan. Yang sedang viral di sosial media sekarang 'sayap kasih'. Cerita perjuangan seorang influencer menyelamatkan anak-anak yang terbuang," jelas Surya. 'Nanti kita akan live harian, supaya orang-orang lebih tahu keseharian mereka bagaimana," lanjutnya.

Indra terlihat manggut-manggut. "Saya pernah mendengar, itu kegiatan yang diprakarsai oleh influencer bernama Gita. Betul?" tanyanya.

"Ya, betul sekali, Pak. Tim kami sudah mulai menjalin komunikasi dengan dia. Total anak asuhnya sekarang sudah ratusan. Yang kami salut, ia membangun komunitas yang solid sebagai support system untuk kegiatannya itu," ungkap Surya lagi.

"Lalu apa value yang diterima oleh perusahaan kita?" tanya Indra ke pokok persoalan.

"Kita akan mendapatkan branding yang bagus untuk produk asuransi proteksi dan life kita, Pak." Surya menjawab mantap.

"Lalu bagaimana dengan budgeting?" Indra lanjut bertanya. Dia semakin tertarik dengan pemaparan dari Surya.

Urusan budgeting adalah yang paling rumit saat mengajukan proposal kegiatan. Itu sudah dimaklumi semua karyawan.

"Sudah kami hitung dan sesuaikan dengan budget yang akan dianggarkan oleh bagian finance. Data lengkapnya bisa Pak Indra lihat di proposal ini." Sari, seorang anak buah Surya membantu menjelaskan. Ia menyodorkan sebuah proposal dengan sopan.

Indra menerima dan mulai membukanya. Ia cepat mempelajari deretan angka dan perencanaan yang dibuat oleh anak buahnya.

"Ya betul, Pak Indra. Saya kira kegiatan kali ini akan lebih tepat sasaran dan sesuai dengan target pasar kita," ujar Surya menambahkan.

"Hmm, baiklah saya rasa juga begitu. Oke, kalian lanjutkan proram itu. Meeting selanjutnya saya minta progress dan laporan baru yang lebih detail. Kita dikejar waktu, tinggal dua minggu lagi sebelum kegiatan itu dilaksanakan," ujar Indra sambil membuat catatan di buku agendanya.

"Siap! Akan kami laksanakan, Pak," jawab Surya. Sikap optimis dan bersemangat lelaki itu selalu disukai oleh relasi kerjanya.

"Saya rasa cukup meeting hari ini. Apa masih ada tambahan?" tanya Indra. Direktur operasional itu mulai berkemas. Ada meeting lain yang harus dia hadiri.

Peserta rapat saling menoleh, tak terlihat tanda-tanda ada yang mau menyampaikan pendapatnya lagi. "Saya rasa cukup, Pak." Surya membuat kesimpulan.

"Oke, kalau begitu saya tutup. Selamat siang dan terima kasih," ujar Indra. Ia berdiri dan menjabat tangan Surya.

"Terima kasih, Pak Indra …" ucap Surya. Ia pun membalas jabat tangan itu dengan erat.

***

"Pak Surya yakin program kita kali ini akan sukses?" tanya Sari pada Surya yang masih duduk di meja rapat. Lelaki itu tampak sedang menulis sesuatu.

"Yakin dong. Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Surya bertanya balik.

"Saya rasa karena kita belum pernah melakukannya. Sebelumnya kita hanya berkunjung dari satu Yayasan ke Yayasan amal lain dan memberikan bantuan. Setelah itu kita dilupakan," keluh Sari.

Surya tertawa kecil. "Itulah kenapa kali ini kita coba terobosan baru, Sari."

Sari membuka ponselnya dan mulai menelusuri jejak kegiatan sayap kasih. Ia kemudian asyik berselancar dan membaca. "Semakin hari semakin ramai saja yang mengikuti kegiatan mereka," ucapnya. "Luar biasa sekali kekuatan sosial media ini," imbuhnya.

"You got the poin!" seru Surya. "Kamu sudah tahu sekarang kuncinya. Perusahaan asuransi seperti kita harus banyak melakukan pendekatan memakai hati, tak hanya iklan dan baliho raksasa," ungkap Surya.

"Ya, betul, Pak. Jaman sudah berubah, orang-orang semakin pintar dan selektif. Mereka memilih yang sesuai dengan minatnya masing-masing," ujar Sari.

"Selain itu, jangan lupakan kekuatan komunitas. Kelompok-kelompok sosial seperti itu yang membuat kegiatan semacam sayap kasih ini berumur panjang," jelas Surya.

"Jadi … sebenarnya target kita siapa, Pak?" tanya Sari tampak masih belum bisa membaca arah pikiran Surya.

"Sari, kamu sudah ikut rapat dari sebelumnya kenapa baru menanyakan itu sekarang?" ucap Surya sedikit senewen.

Sari hanya meringis. "Tugas saya 'kan hanya mencatat dan menyiapkan bahan presentasi, Pak," elaknya.

Surya terlihat menarik nafas. "Tentu saja target kita orang-orang yang menyaksikan acara kita nanti. Branding kita juga akan semakin kuat, semakin dikenal orang. Lalu ketika membutuhkan perusahaan jasa semacam kita mereka akan kontak ke kita. Sekarang paham?" tanya Surya.

Mau tak mau ia menatap Sari, asistennya yang kadang-kadang agak telat berpikir. Beruntung ia rajin dan rapi dalam bekerja, sehingga Surya mengangkatnya jadi asisten.

"Iya, Pak. Sekarang saya paham," kata Sari sambil tersenyum malu. "Oh iya, sudah jam makan siang, Pak Surya mau makan apa?" tanya Sari mengalihkan pembicaraan.

"Apa sajalah, saya belum ingin makan sebenarnya," kata Surya jujur.

"Tapi Pak Surya sebaiknya makan sekarang. Nanti jam 1 kita ada pertemuan lagi dengan bagian keuangan." Sari mengingatkan agenda hari itu.

"Hmm, betul juga. Ya sudah, suruh OB pesankan makanan seperti biasa saja," ujar Surya.

"Tidak yang aneh-aneh lagi, Pak?" tanya Sari sambil cekikikan. Ia tahu bossnya itu senang mencoba makanan yang tak biasa.

"Kali ini tidak dulu. Terakhir saya minum kopi Tulang, apa saya sudah cerita?" tanya Surya pada Sari. Ia menceritakan pengalaman meminum kopi saat berkunjung di kota Malang.

"Hahaha … sudah 3 kali Bapak menceritakan itu!" seru Sari tertawa lagi. "Bapak dikira hantu 'kan?" tanyanya memojokkan.

Surya mengangguk dan tersenyum kecil. "Dipikir-pikir lucu juga, masa ada hantu seganteng saya, ya nggak?"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login