Download App

Chapter 9: Mansion Mewah

Di kedua sisi jalan, pepohonan pinus menjulang tinggi memberikan rasa teduh bagi para pengguna jalan. Udara segar dan pemandangan hijau memberikan self healing bagi diri Fana yang sepanjang jalan terus membuka jendela. Ia benar-benar menikmati perjalanan menuju ke kediaman Leo. Tapi sayangnya, Leo justru tertidur menyandar ke jendela di samping kirinya.

"Nona, sebentar lagi kita akan sampai."

Alfred membelokkan mobil ke arah kanan dan memasuki sebuah jalan beraspal yang lebarnya lebih kecil sedikit dari jalan raya. Fana merasa penasaran dengan apa yang ada di ujung jalan.

Sebuah mansion besar bergaya seperti sebuah istana di Eropa berwarna coklat berlantai 4 mulai terlihat. Fana melihat sebuah gerbang besar berwarna hitam dan dinding pembatas di sekitar gerbang yang menjulang tinggi berwarna coklat. Sentuhan ornamen abad pertengahan dan patung dua buah iblis bersayap layaknya kelelawar menjadi pemanis di kedua sisi pagar.

Alfred menekan tombol untuk membuka gerbang besar yang menjulang setinggi 3 meter dengan sebuah lambang "C" besar di atas gerbang. Alfred menjalankan mobilnya dengan perlahan, jalan aspal berakhir dan digantikan dengan paving block berwarna coklat ala jalanan boulevard di Eropa.

"Wah …."

Decak kagum menghiasi ekspresi wajah Fana hingga membuatnya hanya bisa membuka rahangnya lebar-lebar.

Sebuah kolam air mancur dengan diameter hingga 20 meter dan pancuran dari sebuah patung bertema rasi bintang Aquarius berlapis emas menghiasi kolam tersebut. Mobil berhenti di depan pintu utama yang diatasnya terpasang kanopi mewah berwarna coklat dengan gantungan lampu mewah.

"Tuan muda? Tuan?" Alfred coba membangunkan Leo.

"Hah? Oh …." Leo bangun sambil membersihkan kelopak matanya.

Fana yang melihat tingkah lucu Leo saat bangun dari tidur sangat menggemaskan. Ia membuang wajah dengan malu-malu dan memilih untuk keluar dari mobil.

"Kenapa dia keluar dari mobil?" Leo merasa penasaran.

"Mungkin dia sedang menikmati keindahan air mancur berlapis emas yang baru saja dibersihkan kemarin." Alfred dan Leo keluar dari mobil.

Alfred menuju ke pintu utama, ia membukanya menggunakan kunci besi yang ia pegang. Saat pintu terbuka, Fana begitu terkejut dengan apa yang ia lihat. Lantai marmer berwarna coklat keputihan dengan motif yang begitu cantik menghiasi lantai mansion Leo. Dinding berwarna emas cerah dengan kolom yang menjulang tinggi berlapis marmer dan emas menjadi fokus perhatian Fana.

Furniture dan desain interiornya sangatlah modern dan mewah, tidak terkesan seperti rumah angker yang begitu sepi dan remang-remang. Fana terus berjalan mengikuti Alfred dan Leo yang ada di depannya. Ia diminta untuk duduk di kursi yang terbuat dari jati terbaik. Leo mendampingi Fana untuk duduk di kursi, sedangkan Alfred pergi ke dapur untuk memasak makanan.

"A-aku tidak menyangka kau tinggal di rumah sebesar dan semewah ini."

Fana menatap lurus ke arah langit-langit di ruang makan. Ornamen lukisan abad pertengahan terlihat jelas menghiasi seluruh langit-langit.

"Tapi anehnya, kenapa kau berangkat kuliah menggunakan kereta dan naik bus jemputan?" Fana merasa bingung.

"Seharusnya kau bisa meminta Alfred mengantarmu ke kampus, atau kau bisa menggunakan kekuatan teleportasimu." Fana mengingatnya.

"Kau tidak takut denganku?" tanya Leo.

"Kenapa, karena kau vampir? Itu mustahil, karena vampir hanya makhluk mitos. Aku lebih percaya kau memiliki six sense," pikir Fana.

"Benarkah? Jadi kau tidak percaya dengan keberadaan vampir?" Leo menatap lurus ke arah mata Fana.

"Tidak, aku tidak percaya." Fana meyakinkan dirinya.

Tiba-tiba Leo berpindah tempat dan duduk di samping Fana. Wajahnya sangat dekat dengan Fana, ia berbisik di telinga kiri Fana sambil mengeluarkan taringnya. Mata Leo pun berubah menjadi merah menyala, ia membuka mulutnya.

Fana melirik ke arah Leo, ia merasakan hembusan napas Leo terasa di kulit lehernya. Tiba-tiba jantung Fana berdetak sangat cepat, ia merasa kaku. Bisikkan Leo membuatnya seperti terhipnotis.

"Tuan muda!"

Alfred langsung menarik kerah baju belakang Leo, ia melempar Leo ke arah kanan dengan sangat keras. Tubuh Leo terhempas hingga menabrak lemari kaca berisi beberapa perkakas.

"Nona Fana! Bangun!"

Alfred menggoyangkan tubuh Fana. Ia melihat ada darah segar keluar dari pori-pori kulit leher Fana. Walau hanya sedikit, tapi taring milik Leo sudah menempuh kulit Fana.

"A-Alfred …."

Fana coba mengatur napasnya, ia memegangi dadanya seraya menghentikan jantungnya agar tidak memompa terlalu cepat.

Alfred mengeluarkan sebuah gelas kecil yang biasa digunakan para laboratorium di rumah sakit untuk mengambil darah. Dengan cepat ia menempatkan darah Fana ke tabung kecil itu. Setelah itu, Alfred menutupnya dan menyembunyikannya ke dalam saku celana hitam.

"Anda tidak apa-apa?" tanya Alfred.

"Hah?" Fana menoleh ke arah Alfred dengan wajah bingung.

"Ma-maaf …."

Leo bangun dengan kepala menunduk ke bawah. Ia segera pergi menghilang dengan menjentikkan jarinya. Alfred hanya bisa melihat hilang Leo dengan rasa khawatir.

"Leo …."

Fana hanya bisa diam dan memanggil nama Leo di dalam hati. Ia benar-benar bingung harus bersikap seperti apa.

"Sebaiknya Anda menenangkan hati dahulu, saya akan kembali untuk mengambil minuman segar, permisi."

Alfred meninggalkan Fana sendirian di ruang makan. Ia segera kembali ke dapur. Fana coba memegang lehernya, ia melihat ada bercak darah yang menempel di jari tangannya.

"Apa mungkin …."

Fana masih mencoba untuk menyangkal jati diri Leo. Tapi di lain sisi, ia melihat dan merasakan dengan tubuhnya sendiri. Leo adalah vampir.

"Maaf atas sikap Leo. Mengenai jati dirinya, itu memang benar. Aku dan Leo adalah vampir."

Alfred menghidangkan satu cappucino dingin dengan cream diatasnya. Ia duduk di seberang Fana sambil melihat Fana meminum cappucino buatannya.

"Tapi bagaimana mungkin? Vampir seharusnya tidak tahan terhadap matahari, 'kan?" Fana merasa bingung.

"Kami para vampir memiliki cincin ini." Alfred menunjukkan cincin pelindung yang ia pakai di jari manisnya.

"Itu cincin apa?" tanya Fana.

"Cincin pelindung terhadap matahari. Bila menggunakan cincin ini, para vampir bisa berjalan di bawah sinar matahari tanpa takut terbakar dan menjadi debu," ungkap Alfred.

"Jadi begitu, aku tidak menyangka ya sama sekali." Fana masih mencoba untuk mencerna semuanya.

"Apa kau masih merasa syok?" tanya Alfred.

"Aku bahkan tidak bisa berpikir saat ini," jawab Fana.

"Tenanglah, kau adalah satu-satunya manusia yang dibawa oleh Leo ke rumah ini selama kurang lebih 500 tahun ke belakang. Selain dirimu, ia tidak pernah membawa teman manusianya. Aku masih belum tahu alasannya, tapi sepertinya kau sangat spesial di matanya."

Alfred bangun dari duduknya, ia segera jalan kembali ke dapur.

"Alfred!"

Fana coba menghentikan Alfred.

"Ada apa, Nona?"

Alfred menoleh ke arah Fana. Ia melihat wajah Fana yang mengeluarkan air mata.

"Apa Leo selalu seperti ini selama 500 tahun? Apa dia selalu sendirian? Memakai topi dan jaket saat di tempat umum? Menjauhkan diri dan tidak berusaha untuk berteman?" Fana mulai mengerti bagaimana cara Leo hidup.

"Tidak ada yang berubah darinya selama 500 tahun. Dia memang selalu seperti itu," ungkap Alfred.

Alfred melanjutkan kembali jalannya. Fana merasa Leo menanggung beban yang sangat berat di hidupnya, tapi di lain sisi, ia masih merasa takut dengan jati diri Leo.

"Ternyata kau ada di atas sini, tuan muda." Alfred memberikan capuccino cream dingin di atas meja santai kecil.

Alfred melihat Leo sedang duduk termenung di pojok balkon seperti anak kecil ketakutan.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C9
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login