Download App

Chapter 2: Harapan Ini

Suara ketukan terdengar lagi dan kali ini lebih jelas dari sebelumnya. Mata Andi perlahan-lahan mulai dapat melihat dunia luarnya. Sedikit demi sedikit penglihatannya mulai jelas meski agak sedikit kabur. Dia bisa melihat sosok orang tinggi besar yang gak umum ukuran tubuhnya.

Andi ketakutan untuk menatapnya hingga badannya gemetaran sambil menundukkan kepalanya. Di dalam hatinya dia yakin kalo itu adalah malaikat yang akan menjemputnya.

Tiba-tiba penglihatan Andi terlihat jelas melihat bagian bawah orang tersebut dan Andi dibentak dengan keras sekali "bangun Andi!! Ayoo bangunn!! Sudah waktunya!!"

Andi masih gemetaran buat memberanikan diri ngeliat badan malaikat itu. Meski samar, dia hanya melihat sosok malaikat itu hanya pada bagian jubah hitam yang besar seperti jubah miliknya vampire.

Rasa penasaran bercampur ketakutan mulai muncul untuk melihat sosok wajah malaikat itu. Perlahan-lahan dia pun beranikan diri. Sedikit demi sedikit dia mengintip bagian perut hingga ke leher. Andi terkejut, ternyata perawakan malaikat itu tak memiliki leher dan rahang mulutnya terlihat tajam membentuk tengkorak. Postur tubuhnya tinggi besar dan kulitnya hitam pekat seperti kulit kena luka bakar.

Malaikat di depannya Andi tidak sabar untuk menunggu Andi bangun, hingga akhirnya malaikat itu sendiri yang mendekati Andi. Malaikat itu menjambak rambut Andi keatas dan menghadapkan langsung pas di depan wajahnya. Pada saat itulah Andi dapat melihat jelas wajah malaikatnya yang menyeramkan. Andi tercengang dan berteriak...

Aaaaaaa... Zombie...

Pada saat yang bersamaan, tiba-tiba wajah malaikat tadi mendadak berubah jadi sosok manusia biasa yang memiliki kulit normal. Warna kulitnya masih hitam tapi gak seperti kulit terbakar lagi. Rahangnya masih terlihat tajam tapi gak berbentuk tengkorak lagi.

Mata Andi sudah terbuka normal dan penglihatannya juga jelas tak lagi kabur. Dia mengerutkan dahinya heran melihat sosok wajah manusia yang baru itu. Sepertinya dia mengenal wajah itu.

Plakk!!

Andi di tampar oleh orang itu hingga membuatnya jatuh dari tempat tidurnya.

Brakk!!

Suara pintu dibanting keras dan terdengar teriakan orang marah-marah diluar kamar tidur Andi.

"tuh kan buk! Semakin hari semakin kurang ajar tuh anak! Eh saya baik-baik bangunin dia malah dikatain zombie. Mana ada anak yang berani bilang ke bapaknya zombie, kalo gak cuman anak yang sering dimanjain itu"

Andi kebingungan dan berusaha memahami lingkungan sekitarnya. "lho ini kan kamarku?" sambil menggaruk kepalanya, dia mencoba memahami malaikat tadi "berati... Yang aku bilang zombie itu... Bokap"

Andi bergegas dari tempat dia jatuh dan mencari sesuatu yang penting baginya. Yaitu ipod kecil berwarna biru. Ipod itu digunakan sebagai celoteh hariannya untuk merekam moment-moment penting di hidupnya. Kemudian dia menekan tombol record dan mulai berceloteh...

"hari ini aku gak bakalan lupa ama yang dilakuin bokap. Meski dia sering marah-marah, tapi baru kali ini berani main pukul. Oh yah, tadi aku hampir gak percaya kalo aku mimpiin harapanku. Mimpi itu adalah gambaran hidupku yang selama ini aku cari-cari, tapi... Sial, bokap tadi ngrusak mimpiku. Yaa... Meski kenyataannya sekarang menyakitkan setidaknya aku bisa bertahan menghadapinya karena adanya harapan ini dan aku akan mewujudkannya"

Kakakkkkk...

Teriak suara cewek menggelegar di luar kamar Andi. Cewek itu adalah adiknya yang super manja bernama Mita. Dia sedang buru-buru memasukkan bukunya ke dalam tas.

"ayo cepet antarin Mita ke sekolah, udah kesiangan nih"

"iya... Iya, tunggu. Aku mau mandi dulu" jawab Andi dengan entengnya.

Brakk!!

Apa??!! Mandi dulu?!

Sentak Mita sambil menggebrak tasnya di meja belajar.

"Mending kamu cuci muka aja deh"

Saking kerasnya suara Mita nggebrak meja, bokapnya yang sedang mau menyeduh kopi jadi terhenti.

Bruakk!!

Kali ini bokapnya yang menggebrak meja gak terima.

"Mita!! Kamu kalo gak pakek gebrak-gebrak gitu gak bisa ya??!"

Mita muncul keluar dari kamarnya. Dia gak malah keder diperingati bokapnya, justru dengan santuy dia membalas "yeee.. Mita kan kebiasaan gebrak nurun dari bokapnya". Kemudian dia mencium tangan bokapnya untuk pamit berangkat sekolah.

"aakhh!! Dua anak gak ada yang bener. Yang satu ngatain bapaknya zombie, yang satu ngatain pewaris gebrak-gebrak" ucap bokapnya jengkel.

Andi no komen dengan drama di paginya itu. Dia hafal kebiasaan di keluarganya kalo tiap pagi selalu aja ada yang diributin. Terutama bokapnya, sebelum bekerja selalu berpesan pada keluarga mulai A sampai Z dan ngatur semua hal-hal yang menurutnya gak bener di rumah. Kalo dia yang nanggepi omongan bokap, malah muncul masalah baru yang pastinya bikin bokapnya tambah kesel. Itu sebabnya Andi lebih memilih diam, karena pada saat seperti ini diam itu emas.

Beda halnya dengan Mita, meski anaknya super manja, super cerewet dan paling sering diomelin bokapnya, tapi dia yang paling cepet meluluhkan amarah bokapnya. Entah itu dicium, entah itu dirayu minta uang atau dibecandain aja bokapnya langsung lupa dengan marah-marahnya.

Andi ngrasa emang lebih cocok ke nyokapnya ketimbang ke bokapnya. Nyokapnya juga santuy menanggapi drama pagi itu. Dia sibuk ngurusin sarapan keluarga dan setelah itu duduk manis sambil baca koran pura-pura gak liat dan gak denger kalo ada keributan di rumahnya tiap pagi.

Tanpa banyak drama lagi, Andi langsung bergegas cuci muka, ganti kaos dan langsung ngeluarin motornya. Gak lama Mita sudah menyusul di belakangnya dengan gopoh.

"kak ayo buruan cepet berangkat, sebelum bokap sadar" ucap Mita sambil menepuk pundak Andi berkali-kali.

"yah bentar... ini baru mau nyetater nih motor. Emang kamu nipu bokap apalagi? minta uang les tambahan?" sahut Andi dengan muka males ngeliat kelakuan adeknya yang sering cari gara-gara ama bokapnya.

"enggaakk... aku cuman minta uang saku buat besok. Udah ayo buruan, tuh bokap mau keluar tuh" ucap Mita gak sabar sambil nepuk pundak Andi di belakang.

"lah besok kan tanggal merah. Kamu kok minta uang saku?" tanya Andi heran

"lah itu masalahnya... bokap mana sadar kalo besok tanggal merah, haha"

Mitaa...!!!

Teriak bokapnya muncul keluar rumah buat nyamperin Mita, karena sadar udah dikerjain.

brumbrumbrum.....

huweeenng.....

Andi langsung menarik gas motornya. Mita girang bisa lolos dari cengkaraman kemarahan bokapnya yang buas.

Andi hanya geleng-geleng ngeliat kelakuan adeknya yang konyol itu. Dia gak memarahinya atau juga gak menasehati selayaknya jadi kakak. Dia sudah hafal kondisi seperti ini hanya angin mampir, ntar juga hilang sendiri. Dia sudah hafal udara yang dihirupnya sehari-hari, hal semacam itu sudah bagian dari rutinitasnya.

Menikmati alunan udara pagi yang seharusnya membangkitkan jiwa kini tak lagi terasa. Melihat pemandangan pagi di kota seakan sudah biasa. Tak ada lagi kata-kata indah. Sang fajar yang menghangatkan kehidupan mulai resah, melihat kehidupan yang tak tentu arah. Para pedagang, pejalan kaki atau pengemudi terlihat sibuk dengan kepentingan sendiri. Meskipun pasti tapi tak mengandung arti. Inilah hidup yang hanya sebatas sehari-hari. Selalu ada yang datang dan pergi.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login