Download App
33.33% Istana Pasir

Chapter 2: Keinginan keluarga

Ica tahu, bahwa Bayu tidak menyukai Brama.

Mendengar itu, seketika raut wajah Bayu berubah sendu.

Bayu tahu, Brama menyukai Ica sejak lama.

Selain pekerjaan yang sudah mapan Brama juga dekat dengan keluarga Ica, sikap Brama yang pandai mengambil hati keluarga Ica juga yang sangat membuat Bayu ketakutan, ia takut suatu saat nanti hati Ica akan berpaling pada Brama.

"Sayang kok melamun? kamu cemburu ya??"

Ica coba menerka pikiran Bayu.

Bayu mengangguk.

"Ica sayang... Aku takut"

Bayu memalingkan wajahnya, menahan segala rasa yang tengah mendera dihatinya.

"Takut, takut kenapa sayang?"

Ica menggenggam erat tangan kekasih didepannya.

Bayu kembali menatap Ica dengan tatapan penuh cinta dan rasa takut kehilangan yang sangat besar.

"Aku takut, lama-lama Brama akan merebut kamu dari ku"

Mendengar itu, Ica tersenyum.

"Gak akan sayang, itu gak akan pernah terjadi, rasa sayang Aku kekamu itu gak akan pernah berubah, dari dulu...sekarang dan nanti gak akan pernah berubah, posisi kamu dihatiku..gak akan pernah terganti.. kecuali jika kamu yang meninggalkanku lebih dulu, tapi itu tak akan pernah mungkinkan sayang??"

Mendengar penuturan Ica, Bayu mengelus pipi Ica sembari mengangguk.

"Makasih sayang..iya, itu tak akan mungkin terjadi...

Aku janji sama kamu, setelah kuliahku selesai, secepatnya Aku akan cari pekerjaan baru, dan secepatnya Aku akan lamar kamu"

****************

Malam hari, ketika tengah berkumpul diruang keluarga.

"Ante...kapan ngajakin Cika dalan-dalan lagi??"

Celoteh Cika, keponakan semata wayang Ica yang didengar Siska.

Siska merupakan Kakak perempuan Ica yang sudah beberapa hari ini berkunjung dan menginap dirumahnya, karena suaminya Dika sedang ada pekerjaan diluar kota.

"Cika... Ante Ica itu lagi sibuk, jangan digangguin donk.."

Siska menghampiri Cika yang tengah duduk memainkan kertas-kertas yang berserak dilantai.

Pemandangan yang biasa terjadi jika Ica sedang membawa pekerjaan kantornya pulang kerumah.

"Gak pa-pa Kak, ehm..Cika sayang... nanti ya, kalau Ante selesai pameran, cuti, terus bonus Ante keluar kita jalan-jalan ya, kita ajak Oom Bayu sekalian biar seru."

Ujar Ica sembari mencubit hidung keponakan kesayangannya itu.

"Ca, Kamu masih pacaran sama Bayu, kirain Kakak Kamu udah gak lagi... masih betah ya?"

Celetuk Siska.

"Hahahaha... Ya masihlah Kak, Aku sama Bayu baik-baik saja, jadi gak ada alasan untuk selesai"

Jawab Ica santai, sembari pandangan tak berpaling dari layar laptopnya.

"Ca, kenapa kamu gak coba buka hati buat Brama, Kakak lihat Dia suka loh sama kamu, dan Papa Mama juga sepertinya lebih setuju kamu sama Brama deh dibanding Bayu"

Siska merubah posisi duduknya, berpindah duduk di depan Adiknya, memandangi Ica yang masih sibuk dengan setumpuk pekerjaan di hadapannya.

"Ahh...Kakak, Ada-ada aja, ya gak mungkinlah Aku sama Brama Kak, Kami itu cuma temenan."

"Ica, Kamu pernah mikir gak, Brama itu masa depannya lebih baik dari si Bayu itu!"

Tiba-tiba Mama Sarah datang dan ikut nimbrung dalam percakapan Siska dan Ica, diikuti Papa Arif yang turut duduk disamping Mama Sarah.

"Mama kok ngomong gitu Ma, Bayu juga baik, yang terpenting Dia mencintai Ica, dan Ica juga mencintai Bayu."

Sela Ica.

"Mama sedang bicara masa depan Ica!! Bukan tentang sikap dan perasaan, hidup tak cukup hanya dengan sikap, dan hidup itu tak sekedar makan Cinta, karena pernikahan itu Butuh materi bukan cuma mengutamakan Perasaan!!"

Seloroh Mama Sarah panjang lebar, yang membuat suasana diruangan itu seketika berubah hening.

"Bayu masih kerja jadi Sales Ca?"

Tanya Papa Arif.

"Iya Pa Masih, setidaknya sampai kuliahnya selesai."

Jelas Ica.

"Nah... Apalagi seperti itu Ica, itu artinya akan masih sangat lama lagi menunggu Si Bayu itu akan berkata siap untuk melamar kamu!"

Celetuk Mama Sarah lagi.

"Ica gak keberatan kok Ma...Ica juga masih muda Ma, belum berpikir untuk menikah dalam waktu dekat"

Pembelaan diri Ica membuat suasana semakin panas.

"Ica!! 25 tahun itu bukan lagi usia muda, itu usia matang untuk menikah, jika harus menunggu 3 sampai 4 tahun lagi, bisa-bisa kamu dipanggil perawan tua!!, kamu mau?!"

Mama sarah mulai meninggikan suaranya dengan mata yang menyorot tajam, membuat Ica sedikit bergidik ngeri, mendapat tatapan amarah dari Mama Sarah.

"Kamu tahu, bulan lalu Brama bicara pada Mama, bahwa, Dia sudah siap melamar kamu jika kamu mau membuka hati untuknya."

Mama sarah Blak-blakan menyatakan bahwa ia sedang sangat berpihak pada Brama dibandingkan Bayu.

"Ma..please... Ica tidak mencintai Brama sedikitpun, apalagi sampai berpikir untuk menjadi Istrinya tidak sama sekali Ma..!"

Ica mulai merasa hatinya terhimpit,

"Ante mau menikah ya?? menikah itu altinya jadi penantin ya ante?? Cika mau donk jadi penantin kecilnya ya Ante.."

Celetuk Cika polos pada Ica yang mulai kesal pada keluarganya.

Melihat Ica yang menampakkan muka kesal, Siska buru-buru menjauhkan Cika dari Ica.

"Cika.. Yuk bobok sayang... udah malem"

Siska menggandeng Putrinya masuk kedalam kamar,

Suasana ruang keluarga sudah terasa mulai panas. Masing-masing Anggota keluarga sudah merasa tegang.

"Yahh...Bunda, Cika acih mau nonton Bunda...."

Rengek Cika.

"Besok lagi ya sayang..."

Siska menarik lembut tangan Cika menuju kamar.

Ica buru-buru menutup laptopnya dan membereskan semua peralatannya,

"Permisi Ma..!! Ica ngantuk, mau istirahat!"

Ica berlalu meninggalkan Mama sarah dan Papa Arif yang masih duduk termangu melihat sikap Ica dengan wajah menekuk.

"Anak jaman sekarang, begitu sikapnya kalau dibilangin! gak pernah mau dengerin orang tua!!

Gerutu Mama Sarah.

Sementara Papa Arif hanya menarik nafas panjang lalu menghembusnya perlahan.

Didalam kamar,

Ica menghempaskan tubuhnya kasar diatas tempat tidur.

Ica tidak pernah menyangka, bahwa Mama Sarah serius dengan ucapan-ucapannya selama ini, yang dianggapnya hanya sekedar bercandaan.

Mama Sarah memang kerap berbicara tentang kecocokan antara Ica dan Brama tiap kali Brama main kerumah Ica untuk menjemput jika ada pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk pergi berdua.

Selama ini Ica mengira itu hanya sekedar omong kosong Mama Sarah, namun malam ini, Ica akhirnya sadar bahwa itu benar- benar keluar dari hati Mama Sarah.

"Ya tuhan....Bagaiman jika sampai Bayu tahu hal ini..!"

Ica menutup mukanya sendiri dengan kedua belah telapak tangannya, hatinya mulai resah dan merasa sangat gelisah.

Ditempat lain,

Seorang pria berkulit putih, berhidung mancung, dengan rahang tegas, model rambut yang selalu tertata rapi, bertubuh Atletis, tengah berdiri didepan cermin, memperhatikan wajahnya sendiri.

Dia adalah Brama wijaya, seorang Assistan Manager di perusahaan tempat Ica bekerja.

"Aku tampan, pekerjaan mapan.."

Brama berbicara sendiri pada bayangannya dicermin.

"Tapi sayang...kamu belum laku!!!"

Cibir Mami Lena, seorang perempuan paruh baya yang masih berjiwa muda, selalu dengan tampilan modis mengikuti trend jaman.

Bersambung***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login