Download App

Chapter 3: KEKACAUAN DI PESANTREN METEOR GARDEN

Setelah iqomat... Salah satu santri senior bertakbir untuk mengimami solat Dzuhur.

"Panji...! Ikuti gerakan para santri yang kamu lihat yaa...!" kata Kang Salim berbisik kemudian bertakbir.

Setelah mengangkat kedua tangannya... Panji pun diam menunggu gerakkan selanjutnya. Ketika Panji melihat santri di depannya mengaruk pipi...

Panji pun ikut mengaruk pipinya sendiri

Ketika Panji melihat santri di depannya mengaruk pantat... Panji pun ikut mengaruk pantatnya sendiri

Ketika mendengar Salim batut - batuk...

Panji pun ikut batuk - batuk.

Ketika Imam sujud... Salah satu kaki santri di sof depannya, bernama Ustadz Bakri tidak sengaja menyentuh kepala Panji. Begitu kepalanya Panji tersetuh ujung kaki Ustadz Bakri... Panji pun memanjangkan kakinya ke belakang hingga mengenai kepala kang ujang.

Setelah rokaat terakhir, ketika sujud merasa di jahili oleh santri baru, sambil sujud... Kang ujang pun iseng memanjangkan tangannya dan meremas pelan buah dzakar burung Panji. Merasa burungnya di remas... Panji sangat terkejut sekali hingga kaget hampir berdiri.

Mengingat pesan Kang Salim untuk mengikuti gerakan santri lainnya... Dengan cepat Panji menjulurkan tangan kanannya, kemudian meremas buah dzakar burung Ustadz Bakri.😅

Di saat dalam keheningan sujud... Ustadz Bakrie berteriak agak keras, karena merasa kaget dan agak kesakitan.

Beberapa santri yang di belakangnya kaget dan ada yang tersenyum melihat ke isengan Panji, yang memegang burung Ustadz Bakri. Bahkan ada beberapa santri yang sujud sambil tertawa terpingkal - pingkal.🤣😂🤣😂

Setelah salam, wirid dan berdoa... Ustadz Bakri sangat marah sekali.

'Siapa tadi yang solat dengan bercanda?!! tanya Ustadz Bakri sambil melihat wajah Panji, juga santri yang ada di belakangnya.

Mendengar pertanyaan Ustadz Bakri... Semua terdiam.

"Siapa yang meremas burung saya di saat sujud tadi?!! ayoo ngaku!!!" bentak Ustad Bakri

"Saya kang," jawab Panji santai, seperti orang tak bersalah.

Di dalam musollah, ustadz Bakri menyidang santri yang nakal - nakal yang suka bercanda di saat Solat.

"Ini siapa...? Kok baru tau aku!" tanya ustadz Bakri,

"Apa kamu santri baru."

"Iya kang," jawab Panji, "Saya santri baru... Nama saya Panji. Kalau Akang siapa namanya."

"Panji... jangan panggil kang, dia adalah ustadz di sini," kata kang salim pelan, "Dia lurah nya pesantren, tangan kanannya kyai Nuruddin... Namanya Istadz Bakri, panggil dia ustadz."

"Ustadz itu apa kang salim?" tanya Panji santai.

Mendengar pertanyaan Panji... Semua santri senior tertawa mendengar pertanyaan polos Panji.

"Ustadz itu artinya guru... Guru agama," jawab Kang Salim,

"Ustadz Bakri ini yang mengajar beberapa pelajaran di pesantren ini."

"Panji...! Mengapa kamu meremas burung saya pada waktu sujud tadi!!" tanya Ustadz Bakri.

"Saya kan belum bisa solat, tidak tau tatacara solat. Kata Kang Salim bilang... Saya di suruh mengikuti gerakan para santri lainnya. Ketika saya sujud tadi, burung saya di remas dari belakang, jadi... Saya pikir itu bagian dari tata cara solat. Yaa aku juga ikut meremas burung Ustadz yang kebetulan ada di depan saya," jawab Panji polos.😅

Mendengar kata - kata Panji yang polos... Semua santri senior menahan tawa.

"Benar Lim, yang di katakan Panji...?" tanya Ustadz Bakri sambil menatap wajah Kang Salim.

"Benar Tadz, saya yang menyuruh Panji untuk mengikuti gerakan solat santri lainnya," jawab Salim,

"Tapi saya tidak mengira kalau Panji meremas burung nya Ustadz."

Siapa yang iseng meremas burungnya Panji... Ayoo ngaku!" tanya Ustadz Bakri.

"Saya Tadz," kata Kang Ujang.

"Mengapa kamu meremas burungnya Panji?" tanya Ustadz Bakri.

"Karena Panji berkali - kali kakinya mendepak saya Tadz, jadi saya balas dengan meremas burungnya," jawab Kang Ujang.

"Panji...! Mengapa kaki kamu mendepak - ndepak kepala ujang?" tanya Ustadz Bakri.

"Kata Kang Salim... Aku harus mengikuti gerakan santri lainnya. Ketika ujung kaki Ustadz, menyentuh kepala saya... Saya langsung menyentuhkan ujung kaki saya, ke kepala Kang Ujang Tadz," jawab Panji.

"Jangan bilang yaa, kalau mendepak kepala itu bagian dari rukun solat," kata Ustadz Bakri.

"Kang Subur...! Kang Salim...! Mulai nanti bakda magrib... Kalian ajari Panji tata cara solat yang benar yaa," perintah Ustadz Bakri lurah pondok,

"Ajari dia baca Al qur'an."

"Baiklah Ustadz," jawab Kang Salim.

"Panji... Tadi Kyai Nuruddin bilang... Habis solat asar, kamu di suruh ke ndalem, bantu - bantu Bu Nyai. Ayoo buruan sana," kata Kang Subur.

"Iya Kang," jawab Panji kemudian berdiri.

"Panji... Ingat! Nanti solat magrib, jangan di ulangi lagi bercanda nya," ujar Ustadz Bakri.

"Iya Ustadz," jawab Panji kemudian pergi meninggalkan ruang musollah.

***

"Permisi," kata Panji di depan pintu dapur ndalem Kyai.

"Iya Kang, ada apa?' tanya Bu Nyai Shinta.

"Tadi saya di suruh Pak Kyai, habis asar untuk membantu Bu Kyai di dapur... Untuk cuci piring juga bersih - bersih," jawab Panji polos.

"Loh... Kyai nya kok gak bilang sama saya," gumam Bu Nyai lirih,

"Ayoo masuk,,!! Siapa namanya Akang ini?"

"Nama saya Panji, Bu," jawab Panji.

"Duduk dulu di sini, aku akan tanya Kyai nya dulu," kata Bu Nyai.

"Kang Kyai, apa benar... Kang Kyai menyuruh santri untuk bantu - bantu di dapur," tanya Bu Nyai Shinta.

"Iya, dia ingin belajar ngaji tapi tidak punya biaya," kata sang Kyai,

"Jadi... Untuk mendapatkan makan juga kebutuhan sehari hari... Aku suruh dia ikut bantu - bantu kamu di dapur, juga melakukan pekerjaan rumah."

"Oh gitu yaa Kang Kyai, baiklah kalau begitu," kata Bu Nyai Shinta.

"Panji... Besok pagi - pagi... Kamu nyapu rumah yaa, terus kamu pel sekalian lantainya. Habis itu... Kamu makan, lalu cuci piring di dapur. Siang kesini lagi habis solat duhur, kamu makan dan cuci piring lagi. Habis itu... Sore bantu Nyai yaa, setelah magrib kamu makan lagi." tutur Bu Nyai Sinta.

"Sekarang... Kamu jaga Aldi dulu... Nyai mau solat, setelah itu, kamu sapu halaman rumah hingga bersih," kata Bu Nyai Sinta.

"Baiklah Bu Kyai," jawab Panji.

"Bukan Bu kyai panggilnya... Bu Nyai," kata Bu Nyai Sinta.😅

"Baiklah Bu Nyai," kata Panji

***

Setelah menjaga Gus Aldi putra Kyai Nuruddin yang berumur 6 bulan... Panji mengambil sapu lidih, kemudian berjalan ke pelataran rumah sang Kyai. Perlahan - lahan Panji mulai menyapu halaman rumah pelan - pelan.

Sambil menyapu... Panji berkata dalam hati,

"Lama sekali aku tidak pernah menyapuh halaman rumah. Dulu... Waktu aku masih SD, hampir setiap sore aku di suruh Ibu menyapu halaman rumah. Ternyata... Pengalaman menyapu waktu SD bermanfaat juga. Terimakasih yaa Ibu, atas pelajaran yang berharga, yang mana dulu aku sangat kesal jika di suruh menyapu. Taman bunga ini tidak terawat dengan baik, lebih baik aku bersihkan, besok saja akan aku potong ujung ranting yang tak beraturan."

Melihat Panji menyapu halaman rumah Kyai... para santri putri melihat dengan penuh keheranan. Karena baru pertama melihat santri ganteng yang menyapu halaman rumah kyai. Akhirnya... Panji menjadi perbincangan di kalangan santri putri yang tinggal di sebelah rumah Kyai Nuruddin.😊

Setelah menyapu dan membersihkan taman... Panji kembali ke pondok. Baru saja sampai depan musollah... Tiba - tiba Kang Salim berteriak memanggil,

"Panji...! Ayo mandi, mumpung belum magrib."

"Ngapain mandi bareng," tanya Panji dalam hati.

"Kang Salim...! Emangnya di dalam kamar mandi boleh mandi berdua," tanya Panji.

"Di kamar mandi pondok, sumurnya sangat dalam, lagian gak ada kamar mandinya," jawab Kang Salim,

"Mandinya yaa nimbah langsung di guyurkan ke badan...?Ayoo mandi di sungai saja, semua santri disini mandinya di sungai."

"Baiklah Kang," jawab Panji, "Kita mampir ke toko dulu yaa... Aku mau beli handuk sama peralatan mandi."

Tak lama kemudian, setelah membeli handuk dan peralatan mandi... Panji dan Kang Salim pun bergegas menuju sungai.

Setelah berada di tepi sungai... Salim langsung telanjang, kemudian menceburkan diri ke sungai yang dalamnya kurang lebih satu meter.

Melihat banyak santri mandi telanjang... Panji hanya diam duduk di tepi sungai, karena malu belum terbiasa mandi di sungai dengan telanjang, apalagi banyak orang.

"Panji...! Ayo mandi, cepetan nanti keburu magribi," ujar Salim, "Handuk dan sabunnya taruh di atas batu."

Mendapat perintah dari Kang Salim... Panji pun terpaksa mandi telanjang di sungai. Sambil mandi... Panji tertawa kecil sambil melihat wajah Kang Salim.

"Panji...! Kenapa kamu tertawa terus...? Kelihatannya kamu senang," tanya Salim, "Sejak pagi kamu datang ke pondok... Baru sore ini aku melihat mu tertawa."

"Kang salim... Kalau boleh tau... Kenapa burung Kang Salim itu ujungnya kok putih...? Kaya kepala belut putih,"?kata Panji lirih sambil tersenyum.

"Haaa..!!! Kamu itu tertawa lihat burung ku," ujar Salim,

"Ini dulu, waktu sunat dokternya salah kasih obat oles."

"Salah gimana Kang," kata Panji.

"Dokter itu kasih obat nya kliru dengan cat warna putih!

Setelah di kasih cat putih langsung di perban. Pas dapat 1 minggu perban aku buka... Ternyata kepala burung ku jadi putih," kata Kang Salim sambil cemberut,

"Panji...! Apa kamu pernah mandi di sungai?"

"Pernah Kang, dulu waktu masih SD," jawab Panji,

"Mandi sama teman - teman satu kampung."

"Ayooo balik ke pondok, keburu magrib!" teriak Kang Wawan sambil berjalan.

"Iya," sahut Kang Salim.

Adzan Magrib telah berkumandang, para santri sudah berkumpul di dalam maupun di luar musollah. Begitupun dengan Panji duduk di samping kang Salim.

"Panji... Ingat!!! Jangan bercanda waktu solat," pesan Salim.😅

"Iya kang," jawab Panji.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login