Download App

Chapter 2: Chapter 2

"Apakah ibu yakin tidak ingin ikut?"

"No, sweetie.. Bagaimana dengan kewajiban membuat semua pesanan ini? Kau akan baik-baik saja sendirian."

"Baiklah, aku tidak bisa memaksa siapapun melakukan banyak kesenangan di kota, melihat banyak turis kaya yang bisa menjadikanmu istri." Ruby mengatakan sembarangan sambil mengangkat bahu dan seringai mengejek untuk ibu nya.

"Kau mengharapkan aku untuk berkencan dengan turis?" Tanya sang ibu tidak percaya.

"Hanya yang kaya raya. Baiklah bu, aku akan berangkat saat ini." Dengan sedikit pelukan dan ciuman kecil, Ruby segera bergegas pergi ke stasiun kereta terdekat untuk menuju ke pusat kota Buckinghamshire. Perjalanan hanya memakan waktu 10 menit, dan Ruby segera sampai. Sedikit perjalanan menyusuri bangunan artistik yang selalu ia kagumi bagaimanapun seringnya ia melihatnya saat bekerja, akhirnya dia sampai di toko sepatu dan mengernyit melihat banyaknya orang berjejal mengelilingi sesuatu.

"Permisi, permisi, aku adalah anak pemilik toko." Ruby menyelipkan dirinya di keramaian dengan berbohong agar mendapatkan jalan. Sampailah di pusat keramaian, nampak berdiri perempuan dengan gaun panjang ditemani dua pelayan sedang menjajal sekitar selusin sepatu yang berada di depanya. Serius? Orang-orang melihat perempuan menjajal sepatu?

"Siapa orang konyol yang melihat perempuan mengganti sepatu dengan pelayan yang menggosok kaki nya?" Ruby mendesis tidak percaya.

"Aku rasa kau adalah salah satu nya." Jawab perempuan tua di sampingnya.

"Permisi Madam, apakah anda tahu siapa dia?" Tanya Ruby pada nya.

"Dia adalah calon anak dari Henry van den Wallen, aku rasa kau tahu siapa dia?"

"Aku, aku tidak tahu, dan mengapa dia dikerubungi seperti ini?"

"Tentu karena dia calon anak seorang keluarga royal, bodoh!"

Ruby berjengit, dia segera keluar dari keramaian yang yang tidak masuk akal bagi nya, dan berjalan mencari toko sepatu yang lain.

Tiga jam berkeliling, dan Ruby keluar dari sebuah toko kecil dengan menenteng tas, sambil tersenyum ceria, "Terimakasih banyak, tuan!" dan saat ini telah duduk di suatu restoran, mengunyah sayap ayam dan kentang tumbuk yang ia pesan. Kegiatan makan siangnya yang menyenangkan terganggu dengan datangnya sekelompok orang berjas dan di ikuti seorang lelaki tinggi dan perempuan di sisi nya untuk memesan sebuah kopi di restoran tersebut. Apakah kota Buckinghamshire sedang menerima kedatangan keluarga ratu? Ia yakin jika pria yang dikawal itu adalah bagian dari perempuan muda yang dikerumuni banyak orang di toko sepatu. Apakah mereka yang disebut keluarga kerajaan dan calon anaknya? Jika perempuan muda adalah calon anaknya, maka salinan darinya yang berwajah lebih dewasa bisa dipastikan adalah calon istrinya.

Ruby melihat lelaki paruh baya yang masih bugar dengan garis rahang tegas tersenyum dengan ramah kepada pemilik restoran, sepertinya menanyakan terkait hal-hal seperti mengapa gelas disini kecil? Ruby menelan tawa nya sendiri dan segera menghabiskan makananya.

Keesokan pagi nya, Ruby terbangun karena alarmnya berbunyi sangat keras di samping kamar tidurnya. Dia mengumpat dan lupa untuk mematikan pengaturan alarm karena hari ini dia masih tidak bekerja. Rencana untuk bangun tidur pada sore hari berantakan dan membuatnya meringis, karena seluruh badanya terasa pegal-pegal setelah membantu ibunya membuat kue semalam suntuk.

Dengan wajah kotor khas bangun tidur, Ruby keluar dari kamar dan berhenti untuk melotot memandangi seorang pria duduk di meja makan dengan ibu nya.

"Oh, Ruby! Kemarilah nak.." Sang ibu menatap penuh arti kepadanya. Ruby mendekat dan duduk dengan canggung, siapa pria ini?

"Halo, Ruby. Aku rasa ini adalah pertemuan pertama kita. Bagaimana hari liburmu?"

"Luar biasa karena aku bangun terlalu pagi dan mendapati orang asing sedang sarapan dengan ibu ku." Ruby menjawab dengan sengit, dan segera mendapat pandangan terkejut dari ibu nya.

"Ruby, itu sangat kasar! Oh, maafkan aku.. Ruby, ini adalah Mike Johnson. Dia adalah teman SMA ibu, dan dia dengan baik hati berkunjung hari ini untuk mengetahui keadaanmu."

"Oh bu, maafkan aku jika imajinasi liarku mengatakan ayahku sedang menampakkan diri di hadapanku untuk pertama kalinya." Ruby berkata dengan nada menggigit.

"Ruby! Aku tidak mengira kau akan bertindak seperti ini. Ini membuatku sangat malu, pergi ke kamarmu dan renungkan apa yang telah kau lakukan!" Amber hampir menjerit dengan tangan menekan pinggiran meja, dan ini adalah pertama kalinya dia memarahi Ruby di depan orang lain.

Dengan emosi meluap yang hampir sama, Ruby pergi tanpa mengucapkan apapun dan mengunci diri sambil menahan tangisan yang ia redam dengan bantal. Dia tidak keluar bahkan untuk makan pada hari itu.

*****

"Apakah anda yakin Ruby baik-baik saja Mrs. Chloe?" Martinus menanyakan kembali karena dia mampir pada Senin pagi untuk menjemput Ruby.

"Cobalah untuk berbicara dengan nya, Martinus. Dia bukan anak kecil yang harus di bujuk jika sedang merajuk."

Martinus bergegas menuju kamar Ruby, mengetuk dengan lembut, "Ruby bisakah aku masuk?"

Tidak ada jawaban.

"Ruby, aku membawakanmu kue lapis dari Bibi Medley, tidakkah kau ingin mencobanya?" Martinus mengetuk sambil bercanda, dan gagang pintu terbuka. Martinus bergegas masuk dan menutup pintu, sekonyong-konyong tubuhnya di tabrak dan Ruby terisak pelan di dadanya.

"Woohoo, ada apa nona kecil?" Martinus mengelus rambut Ruby dan menatap mata indahnya yang basah.

Ruby duduk di lantai, diikuti martinus yang menyerahkan sekotak kue lapis seperti yang telah diucapkan.

"Apakah kau merindukan orang tuamu, Martin?" Ruby bertanya dengan pelan.

"Terkadang. Agak klise jika aku mengingat mereka. Saat itu aku hanya berumur tujuh tahun."

"Setidaknya kau mengingat mereka, bukan?" Martinus menatap Ruby dengan senyuman lembut, memegang tangan nya dan mengelusnya dengan tulus.

"Aku tidak pernah bertemu ayahku. Aku tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak, aku tidak bisa mengenangnya."

"Jadi karena ini kau dan ibumu saling bersikutan?"

"Tidak, ibuku sepertinya memiliki pria untuk diajak kencan. Aku bahkan tidak mengenal siapa dia, dan ini sangat tidak adil karena dia tidak pernah mengatakan apapun tentang ayahku."

"Humm.. Itu seperti bom yang akan meledak sewaktu-waktu. Kau hanya ingin tahu darimana kau berasal, dan siapa sebenarnya ayahmu, dan itu tidaklah kesalahan. Kau diperbolehkan untuk marah, kau tahu?"

Ruby tersenyum lemah dan menggenggam tangan Martinus, "Kau tidak bekerja hari ini?"

"Aku tidak bisa bekerja sebelum kau duduk dibelakang sepedaku."

"Kau bisa mengijinkan aku? Aku sedang tidak sehat untuk bekerja. Oh, aku rasa sepatu warna hitam pantas digunakan pada hari Selasa besok daripada hari ini."

"Baiklah, kau akan baik-baik saja. Makanlah ini, aku tidak tega melihatmu semakin kurus saat bekerja besok, dan lekaslah berbaikan dengan ibumu. Dia.. Satu-satunya yang kau punya." Martinus berkata dan Ruby terdiam. Setelah mengecup puncak kepala Ruby, Martinus pergi dan meninggalkan Ruby mengunyah kue sendirian.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login