Download App

Chapter 2: SEBATAS ALAT TUKAR HUTANG

Setelah berada di dalam rumah itu, Paman Bryan dan Te Ressa pun disambut oleh Jo Nathan Klein sendiri. Te Ressa sejak tadi hanya menunduk dan tidak berani menatap siapapun bahkan pamannya sendiri. Ia takut dianggap aneh karena penampilannya terutama pada matanya. Salah satu matanya khususnya mata kanannya berwarna biru. Sedangkan mata kirinya berwarna hitam. Ya itu adalah ciri khas dari Te Ressa. Rambut hitam, dengan dua warna mata yang berbeda. Mata asli tanpa softlens.

"Jadi dia anak dari adikmu yang sedang dipenjara itu?" tanya Jo Nathan ketika mereka telah duduk di sebuah ruang tamu yang cukup luas.

"I-iya Tuan. Namanya Te Ressa Graham. Dia yang saya maksudkan untuk menjadi pembantu rumah tangga di rumah Anda," ucap paman yang bernama Bryan Graham.

Jo Nathan mengangguk dan menatap sosok Te Ressa yang berbadan mungil di hadapannya yang sejak tadi hanya menunduk, dan meremas ujung kaos putih yang ia kenakan. Jo Nathan hanya menghela napasnya dan mengangguk.

"Baiklah, aku akan menerimanya tapi jangan lupa untuk membayar setengah hutangmu lagi. Aku sudah berbaik hati padamu."

Paman Bryan pun tersenyum dan langsung berdiri membungkuk hormat pada Jo Nathan. "Terima kasih. Terima kasih Tuan Jo Nathan. Saya pasti akan melunasinya."

"Baiklah, segera transfer setorannya ke rekening yang anak buahku berikan padamu sesuai dengan tenggang waktunya," ucap Jo Nathan yang setelahnya menghabiskan wine yang ada di dalam gelasnya.

"Baik Tuan. Tapi, ada satu hal yang perlu Anda tahu Tuan, dan mohon maafkan saya. Keponakan saya ini dia tuna rungu alias tuli total. Jadi ---"

"Ya, aku paham. Tenang saja, salah satu asisten rumah tanggaku ada yang bisa bahasa isyarat jadi kau tidak perlu takut, aku akan menghukum keponakanmu jikalau pekerjaan rumah yang ia lakukan tidak sesuai dengan aturan di sini," ucap Jo Nathan seraya memanggil salah satu asisten rumah tangganya untuk memanggilkan seseorang.

Asisten rumah tangga itu pun kembali masuk dan kemudian kembali keluar bersama seorang wanita paruh baya berusia 50 tahun. Namun, Te Ressa masih saja menundukkan kepalanya karena ia begitu takut sekarang.

"Ada apa Tuan memanggil saya?" tanya wanita itu sekiranya akan membantu Te Ressa nantinya.

Jo Nathan menoleh dan kemudian menuangkan kembali wine ke dalam gelasnya. "Mo Nica, aku akan memberikan tugas padamu."

"Apa itu, Tuan?" tanya sosok wanita paru baya bernama Mo Nica itu dengan sopan.

"Anak bernama Te Ressa Graham itu, akan menjadi asisten rumah tangga baru di sini. Dan dia tuna rungu. Dan aku tahu, hanya kau yang bisa membantunya karena aku tahu, kau memiliki anak yang sama tuna rungu seperti dia. Jadi tolong bantu dia dan ajarkan dia tata cara di sini," ucap Jo Nathan dengan santai sambil meneguk wine dari gelasnya.

Mo Nica pun menatap sosok gadis berambut hitam di hadapannya dan sedikit tersenyum kemudian mengangguk pada Jo Nathan. "Akan saya lakukan, Tuan"

"Kalau begitu saya permisi dulu, Tuan Jo Nathan," ucap Paman Bryan yang kemudian duduk sejenak berpamitan pada Te Ressa.

'Te Ressa. Paman harus pergi. Jagalah dirimu di sini. Kau akan baik-baik saja,' isyarat Paman Bryan.

Te Ressa menoleh dan mengangguk perlahan.

'Terima kasih untuk semuanya, Paman. Aku akan merindukanmu,' balas Te Ressa dengan bahasa isyarat yang biasa Te Ressa gunakan pada pamannya karena selama ia tinggal di rumah pamannya, hanya pamannya saja yang mengerti bahasa isyarat.

Setelah itu Paman Bryan pun mengusap kepala Te Ressa dan langsung beranjak pergi dari kediaman Keluarga Klein itu. Sedangkan Te Ressa langsung dibawa oleh Mo Nica menuju kamarnya. Selagi berjalan berdampingan, betapa kagetnya Mo Nica menatap mata Te Ressa yang berbeda warna itu.

'Matamu sangat indah. Aku menyukainya,' kata Mo Nica diiringi bahasa isyarat yang sangat Te Ressa pahami membuatnya sedikit tersenyum. Selama ini hanya pamannya saja yang memuji perbedaan kedua warna bola matanya yang berbeda itu. Dan kini ia sangat senang, bahwa ada orang lain yang memuji perbedaan dalam dirinya.

'Terima kasih banyak, Nyonya,' balas Te Ressa setelahnya.

'Jangan memanggilku, Nyonya. Panggil saja Bibi Mo Nica. Mulai sekarang aku yang akan mengajarimu tata cara dan krama di rumah ini walaupun kita asisten rumah tangga,' jelas Mo Nica kemudian membukakan sebuah pintu dan itu adalah kamar dimana Te Ressa akan tinggal.

'Nahh ini akan menjadi kamarmu nantinya walaupun tidak besar, tapi semoga kamar ini akan nyaman untukmu,' ucap Mo Nica lagi menunjukkan kamar Te Ressa yang dekat dengan dapur dan berada di samping gudang. Dan itu merupakan kamar satu-satunya yang kosong di rumah itu.

Te Ressa hanya mengangguk dan tersenyum. 'Terima kasih banyak, Bibi.'

'Sama-sama. Istirahatlah dulu. Kau pasti lelah. Nanti aku akan mulai mengajarimu banyak hal setelah ini.' ucap Mo Nica yang mengelus bahu Te Ressa. Te Ressa mengangguk dan kemudian Mo Nica pun keluar dari kamar tersebut. Te Ressa membenahi kamar itu sebelum akhirnya ia beristirahat untuk tidur.

***

Malam pukul 8

Te Ressa telah siap di dapur, ia diperkenalkan kepada seluruh asisten rumah tangga yang terdiri dari 40 orang dan kebanyakan dari mereka adalah wanita. Te Ressa memberanikan dirinya untuk memperlihatkan kedua warna bola matanya yang berbeda itu. Ada yang melihat kagum dengan warna mata yang berbeda itu, ada yang melihat aneh, ada yang melihatnya tak suka, ada yang cuek, ada yang melihatnya datar tanpa ekspresi dan sebagiannya tidak peduli. Mo Nica merupakan orang kedua yang menjadi asisten rumah tangga terlama Keluarga Klein.

Dan kepala asisten rumah tangga Keluarga Klein sedang ditempatkan oleh Jo Nathan Klein di wilayah B, salah satu rumah mewah Keluarga Klein. Sehingga, 40 asisten rumah tangga tersebut harus mendengarkan apa yang dikatakan oleh Mo Nica .

Setelah memperkenalkan Te Ressa, Te Ressa pun meminta izin pada Mo Nica untuk berkeliling rumah agar ia dapat memahami seisi rumah mewah yang begitu besar baginya.

Setelah cukup lama berkeliling, Te Ressa terhenti pada satu aquarium yang berada di dekat tangga di dalam rumah itu. Air aquarium itu sama persis dengan warna bola mata kanannya. Te Ressa tersenyum dan mendekati aquarium itu.

'Indah sekali,' batin Te Ressa ketika melihat aquarium itu secara dekat.

Te Ressa menyentuh kaca aquarium itu dan mengikuti arah renang salah satu ikan di dalamnya. Ketika Te Ressa sedang asik menatapi isi aquarium itu, tiba-tiba ia merasa ada tangan yang memegang tangannya dan membalikkan badannya menatap sosok yang lebih tinggi darinya.

Ia menatap seorang pria tampan yang lebih tinggi darinya. Tatapan mata mereka beradu dan pria tampan itu sempat terdiam sejenak. pria tampan itu memegang kedua pipi Te Ressa dan menatap jeli pada kedua mata Te Ressa. Mata yang sangat-sangat dan bahkan jarang dia temui.

'Mata apa ini? Kenapa sangat indah? Aku bahkan tidak bisa memalingkan mataku untuk menatap mata yang menurutku sangat indah. Siapa kau? Aku terpesona padamu.'


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login