Download App

Chapter 4: Reuni Membawa Petaka

Aku sekarang sudah bekerja di rumah sakit sebagai asisten Tante Rose, aku yang bertugas mensterilkan peralatan ketika sedang di operasi.

Wajahku sekarang juga sudah di operasi, sekarang aku sangat cantik dan manis seperti sedia kala.

Aku juga nggak terlalu di siksa, nggak terlalu di siksa oleh keluargaku.

"Nak ini ada tambahan gaji kamu sayang," ucap Tante Rose dengan sangat baik sekali.

"Iya Tante Rose, terima kasih banyak Tante. Semoga Tuhan membalaskan kebaikan Tante," ucapku dengan tersenyum.

"Sama-sama Vanessa, kamu pulang saja iya. Terima kasih nak kamu sudah bekerja dengan sangat baik sekali," ucap Tante Rose dengan tersenyum.

"Kalau begitu saya pulang iya," ucapku dengan tersenyum.

Kak Diaz sudah siap sedia saja, ingin mengantarkan aku pulang.

"Aku antarkan kamu pulang iya?" ucap Kak Diaz dengan menggengam tanganku.

"Iya Kak," jawabku dengan singkat.

Kami berdua, akhirnya berpamitan kepada Tante Rose.

"Tante kami permisi," ucap aku dan Kak Diaz secara bersamaan.

Selama di perjalanan, Kak Diaz selalu tersenyum. Kak Diaz sangat baik kepadaku, bahkan Kak Diaz memberikan aku uang tabungannya untuk aku. Sontak aku bertanya.

"Apa ini kak maksudnya?" tanyaku dengan penuh rasa khawatir.

"Ini uang tabungan aku, untuk kamu Vanessa. Kamu bisa pakai untuk nanti kamu kuliah," ucap Kak Diaz dengan penuh kelembutan.

"Tidak usah Kak," ucapku dengan tersenyum.

Karena Kak Diaz, yabng memaksa aku aku akhirnya menerimanya.

Ketika kami tiba di depan rumah kita, aku kini melihatr rumah aku sangat ramai dengan saudaraku yang lain. Bahkan mereka kini sedang merayakan acara pertungan adik aku Pelangi dan Yudha kakak kelas aku dulu.

Sebegitu tak beratinya aku, hingga aku seakan tak di anggap.

Sontak ketika aku masuk ke dalam, mata kami seakan saling bertemu dan bertatapan. Yudha menatap terus ke arahku, aku nggak mau kejadian masa lalu terulang kembali. Dari pada aku mencari masalah, lebih baik aku kembali saja ke dalam kamarku.

Aku akhirnya mermutuskan untuk tidur, aku keluar kamar para tamu sudah pergi hingga aku akhirnya ke luar kamar.

Pelangi menghampiriku dan menghina aku, dia memamerkan jika dia sudah bertunangan dengan Yudha.

"Kak lihatlah cicin berlian di jari manis aku, sangat cantik dan indah kan? Kamu tau kan aku dan Yudha sudah bertunangan," ucap Pelangi dengan nada menyeringai.

"Terus aku harus apa? Aku ucapkan selamat iya. Besok hadiahnya menyusul," ucapku dengan sangat dingin.

Aku masuk ke dalam kamarku, aku segera tertidur. Aku terbangun pagi sekitar jam empat pagi.

Aku langsung mandi dan berangkat sekolah pagi sekali, aku kini sedang bersantai sambil menonton tv ketika istirahat siang.

"Kamu mau datang ke acara reunian sekolah ngagk?" tanya Kak Diaz kepadaku.

"Aku ikut Kak," jawabku dengan singkat.

"Tetapi kamu sendiri iya," ucap Kak Diaz dengan tersenyum.

"Kok sendiri kak? Memangnyakamu mau ke mana Kak?" tanya aku dengan sangat heran dan khawatir sekali.

"Aku mau pergi ke Bali," jawab Kak Diaz dengan tersenyum.

Aku dengan tersenyum, melangkahkan kakiku untuk ke acara reunian. Aku pikir setelah kami lulus SMA. Sifat dan sikap mereka berubah, menjadi lebih baik tetapi sifatnya sama saja. Selalu membanding-bandingkan orang.

"Kamu kenpa?" tanya Yudha dengan memberikan aku sebuah minuman.

Aku akhirnya minum, hingga aku merasakan sekujur tubuh aku sangat panas sekali.

Aku tak tau, bagaimana akhirnya. Aku terbangun dalam keadaan tanpa sehelai benang pun yang seakan tubuh kami di selimuti dengan seprai berwarna putih. Pemuda itu membelakangi aku. Aku sangat takut dan kaget sekali, aku ingat sebelum aku kepanasan dan tak sadarkan diri Yudha yang memberikan aku minuman itu.

Iya aku sangat ingat sekali, Yudha lelaki itu yang memberikan aku minumnan. Aku rasakan sakit semua, apalagi orgamn kewanitaan aku. Ada noda di seprei YaTuhan kegadisan aku sudah hilang.

Aku tanpa sadar menangis dan menitiukan air mata, Yudha terbangun dan memelukku dia juga mengecup kening aku.

"Aku pikir kamu sama seperti wanita yang sering aku tiduri, kebanyakan dari mereka sudah tidak perawan. Aku salah rupanya kamu nyatanya masih tersegel dengan sangat baik sayang," bisik Yudha dengan tersenyum menyeringai.

Tanpa kata apa pun, dia mengeluarkan pulpen dan cek lima milyar. Tak hanya itu dia juga memberikan kertas yang sudh dia tulis. Intinya aku harus diam dan tutup mulut jangan sampai keluarga aku adfn keluarganya mengetahui kejadian ini.

Aku hanya menangis, rasanya sangat sakit sekali. Aku akhirnya memaksakan ke kamar mandi sehingga aku terjatuh.

Aku akhirnya pulang dalam keadaan bersedih, tetapibaku harus tetap dan tegar.

Aku akhirnya kerja seperti biasa, ketika pulang kerja aku bertemu dengan Yudha ketika dia sedang pacaran dengan adikku. Dia terlalu tersenyum, aku lebih baik menghindar.

Aku akhirnya masuk ke dalam kamarku, aku takut dia memperkosa aku kembali. Aku langsdung mengkunci pintu, hingga akhirnya aku tertidur dalam tangisan.

Aku bermimpi sangat buruk sekali, aku mendengarkan suara tangisan bayi.

'Tolong Mama, jangan bunuh aku. Sekali pun Papa tak menginginkan aku," ucap bayi tersebut.

Tubuh aku menggeluarkan bayak keringat, aku akhirnya membolak balikan bantal supaya tak mengalam,i mimpi buruk lagi.

Sudah satu bulan, aku tidak menstulasi. Sontak aku sangat kalut dan p;anik sehingga membeli tespack. Begitu kagetnya aku, rupanya tanda strip dua. Berati aku hamil, ini anak aku dan Yudha.

Aku akhirnya menangis dan menitikan air mata, aku meminta bantuan Kak Diaz. Kak Diaz sangat marah dan hanya menitikan airt mata. Setelah dua puluh menit, dia akhirnya bertanya kepadaku.

"Kak aku hamil," ucapku dengan memberikan tespek kepada Kak Diaz.

"Apa kamu bilang? Kamu hamil, kapan kamu melakukannya? Bukan kah kamu ngagk punya kekasih?" tanya Kak Diaz mengintogerasi aku dengan penuh emosi.

"Anak ini anak aku dan Yudha," jawabku dengan menitikan air mata.

"Kok bisa? Jadi kamu mau bagaimana?" tanya Kak Diaz dengan tersenyum.

"Aku harus memberitahuakan ini denagn keluargaku, dengan keluarga Yudha. Yudha harus tau jika ada anak ini di adlam perutku," ucapku dengan menitikan air mata.

"Kita menikah saja," ucap Kak Diaz yang mengajak aku menikah.

"Tidak Kak, kita tidak saling cinta. Saya tau jika Kakak sayang dengan aku bagaikan seoreang Kakak," ucapku dengan tersenyum.

"Iya kita memang tak saling cinta Vanesa, jiak aku menikah dengan kamu aku dapat melindungi kamu. Dapat melindungi anak kamu dari masalah, aku nggak mau anak ini mendapat hinaan dan penolakan dari Yudha. Aku sangat tau Yudha seperti apa," ucap Kak Diaz dengan menitikan air mata.

Tetapi aku menolak, Kak Diaz secara halus karena yang harus menikahi Yudha.

Karena Yudha adalaah ayah biologis anak ini. Di tolak tidaknya itu urusan belakang. Intinaya aku sudah mengatakan sejujurnya.

Bersambung.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login