Download App

Chapter 10: Pelaku Berdarah Dingin

Apartemen dari anak seorang pejabat tinggi kini dikerumuni banyak khalayak ramai. Pihak berwajib, detektif, wartawan, bahkan sampai para petinggi negara datang untuk melihat apa yang terjadi pada anak perwira tersebut.

Pembunuhan sadis kembali terjadi di ibu kota. Media kembali menyoroti mengenai siapa pelaku beberapa tahun lalu. Pembunuhan seperti ini pernah terjadi, tetapi tak pernah ada yang bisa mengungkap siapa pelakunya. Setelah bertahun-tahun tak terdengar lagi, kini pelaku seperti bangkit dari kuburnya. Aksi kejam itu terjadi kembali dengan ciri yang sama. Ya, setangkai mawar putih yang selalu menjadi ciri khasnya.

Entah itu tergeletak begitu saja atau dijadikan media pembunuhan itu sendiri. Seperti kali ini, di beberapa bagian tubuh terdapat bunga mawar putih yang menancap sempurna.

Pelaku seperti sengaja menantang mereka untuk mengungkap, siapa dia sebenarnya. Namun, sekali lagi, pembunuhan yang dibuat di pelaku selalu berakhir dengan korban yang menjadi pelaku atas kejahatan lainnya. Ya, dia seperti malaikat yang menghukum penjahat dengan cara membunuh mereka.

Akan tetapi, benar atau salah, cara yang dilakukan si pelaku tetaplah salah. Karena memang tak semua kejahatan harus mendapatkan hukuman mati, apalagi dengan cara kejam seperti ini.

"Ya, kelaminnya terpotong dan beberapa bagian tubuhnya sudah terpisah."

"Apakah benar kalau daging dan tulangnya dipisahkan?"

"Apa kali ini ada bukti kejahatan dari si korban, Pak? Kami mendengar rumor kalau ini dialkukan oleh Bloody Rose lagi, apa itu benar?"

Wawancara pada pihak kepolisian terus berlanjut. Detektif yang ada di tempat itu terus menyelusuri, membantu pihak berwajib mengungkap semuanya. Namun, seperti biasanya, pembunuhan ini benar-benar dibuat dengan sangat rapi. Tak ada satu jejak atau petunjuk sedikit pun untuk bisa mengungkap siapa pelakunya. Terkecuali bunga mawar putih itu.

Berita mengenai pembunuhan di apartemen itu terus menyebar. Terlebih lagi, pelaku sangat berani karena membunuh anak seseorang yang penting di negara ini. Membuat para mahasiswa ikut ke jalan untuk melakukan demo. Namun, demo yang dilakukan bukan karena pembunuhannya, melainkan karena terungkapnya kejahatan si korban selama dia hidup.

"Dia memang pantas mati!"

"Pantas saja tak pernah dihukum, dia anak seorang perwira polisi. Anak petinggi."

Mahasiswa meminta pemerintah untuk menangkap perwira tersebut, mereka mengklaim kalau si ayah pastinya berperan atas kejahatan anaknya selama ini. Tidak mungkin semua kasus kekerasan, pelecehan, dan juga perundungan yang dilakukan si korban tidak dilaporkan pihak berwajib. Itu semua tak terungkap media dan juga tak ditangani sebab kedudukan dari ayahnya.

Banyak mahasiswa yang turun ke jalanan. Sementara Ersha, Bisma, dan Arka hanya menonton aksi tersebut dari atap salah satu gedung. Mereka bukan tak tertarik berada di kerumunan itu, mereka bertiga hanya tak suka mencium bau keringat orang lain.

"Mereka sangat jorok," cibir Arka.

"Eh, tapi pelakunya menurut gue keren banget. Dia selalu membunuh orang-orang yang gak dapat hukuman dari kepolisian. Mereka punya cara sendiri menghukum para penjahat," ujar Bisma.

Ersha yang mendengar itu hanya diam, terlebih saat ini dia tengah duduk sembari mendengarkan musik di earphone. Tepatnya Ersha memang tak tertarik untuk mendengar semua itu.

"Tapi gak harus kayak gitu juga. Dia kayak orang gila, masa anu si korban dipotong."

"Dan gue denger, pelakunya itu kayaknya cewek. Soalnya tiap dia bunuh orang, dia pasti ninggalin jejak mawar putih. Cowok mana coba yang suka mawar putih," ungkap Bisma.

"Emang ada ya, cewek kejam kayak gitu?"

Bisma dan Arka sontak melirik Ersha. Mereka menyadari satu hal, wanita yang bersamanya pun sedikit aneh. Dia memiliki karakter yang nyeleneh dari seorang wanita pada umumnya.

Bisma menggerakkan alisnya, membuat Arka melakukan hal yang sama. "Kalian ngomongin gue lewat telepati?" tanya Ersha yang membuat keduanya membulatkan mata.

"Mana berani kita, Sha."

"Bener, kita cuma—"

"Cuma apaan? Sini ngomongnya deketan!" pinta Ersha melambaikan tangan, meminta keduanya untuk mendekat.

Bisma dan Arka hanya diam, mereka kembali menatap segerombolan mahasiswa dari beberapa universitas. "Yakin nih, Kuta gak turun juga? Kalau dekan tau, bisa berabe."

"Kalau mau turun, ya tinggal turun. Gue gak minta kalian di sini," ujarnya dengan ketus.

"Dia gitu ya, kalau lagi PMS. Kemarin lemes, sekarang garang banget kayak macan lapar," cibir Bisma sembari berbisik.

Arka mengikut Bisma, dia pun bingung dengan sikap Ersha. Perempuan itu terkadang begitu manis, ramah, dan juga pendiam. Namun, ada satu sisi di mana dia bersikap begitu acuh dan kasar. Maksudnya kasar dengan kalimat-kalimat mematikannya itu.

"Gue gak lagi PMS, gue cuma gedek sama korban kali ini."

"Gedek? Dia udah mati, loh," cibir Bisma.

"Gak usah khawatir, gue yakin kalau perwira itu masuk penjara juga. Atau, ya minimal jabatannya dicopot."

Arka hanya menenangkan keadaan. Dia tahu kalau Ersha tak suka dengan hal yang tak penting bagi kehidupannya. "Eh, Sha, menurut lo pelakunya cewek apa cowok?"

"Gak tau, gue gak tertarik buat cari tahu."

"Dia itu suka membunuh dengan cara sadis. Suka ninggalin bunga mawar putih. Apa dia psikopat, ya?"

Ersha membuka earphone-nya, dia kemudian bangkit dari duduknya untuk melihat kumpulan anak manusia yang tengah mendemonstrasikan pendapat mereka.

"Psikopat itu banyak jenis dan macamnya. Lagian, dia membunuh orang yang bersalah. Kayaknya itu bukan sesuatu yang salah," jawabnya.

"Apa mungkin dia cewek?"

"Tapi, masa iya ada cewek segila itu," cibir Bisma menimpali.

"Bisa jadi. Gak ada yang tahu, kan." Mereka hanya mengangguk.

Kedua laki-laki itu melanjutkan pembahasan mereka, mengenai semua korban dari pembunuhan sadis si bloody rose tersebut. Sementara Ersha, dia hanya mendengarkan, tanpa mau mengatakan apa pun. Lagian apa yang harus dia katakan, toh keduanya menceritakan dirinya sendiri.

Ersha memang seperti itu, dia tak akan tertarik dengan pembahasan yang tak menguntungkan baginya. Dia memang peduli pada sekitar, terkesan ramah, dan juga bisa bersosialisasi dengan baik. Namun, dia tak suka dengan kebebasan dunia. Dia tak menyukai kekerasan, termasuk kasus-kasus sadis yang berbelit seperti itu. Semua orang tahu, kalau Ersha tak menyukai hal yang berbau darah. Dia akan pergi begitu melihat darah.

"Lo jago berantem, kan, Sha?"

Ersha mendongak.

"Berani buat bunuh orang gak?" tanya Arka penasaran.

Jiwa Ersha selalu berubah jika sudah di atas ring. Dia seperti monster yang siap menghabisi siapa saja yang menjadi patnernya di ring. "Jangankan bunuh manusia, dia disuruh bunuh semut aja gak bakalan berani. Iya, kan, Sha?"

Ersha tersenyum mendengar itu.

"Iya, kan?"

"Iya," balasnya.

"Tapi lo itu jago fighting, harusnya ada jiwa pembunuh juga, kan?"

Ersha membuang napasnya, dia kemudian berdiri dengan gerakan yang begitu anggun dan feminim.

"Berkelahi di atas ring itu pekerjaan, gue menghasilkan uang kalau bisa menang. Jadi, apa yang terjadi di atas sana semata-mata buat menghasilkan uang. Beda dengan membunuh," jelasnya.

"Kalau pembunuh bayaran?" tanya Arka lagi.

Sementara Bisma, seketika dia jadi teringat dengan berita baru mengenai identitas di bloody rose. Gelar mawar berdarah itu diberikan karena memang ciri khas yang selalu ditinggalkan si pelaku selama ini.

"Maksudnya?"

"Iya, bener itu. Jadi, gue denger juga kalau si pelaku itu pemimpin dari salah satu gangster besar di negara luar gitu. Dia datang ke Indonesia buat misi rahasia dan menjalankan bisnis. Salah satu bisnisnya, katanya itu mereka buka jasa pembunuh bayaran," ujar Bisma panjang lebar.

"Terus kalian percaya?" tanya balik Ersha.

Keduanya hanya saling menatap. Mungkin di dunia ini ada hal semacam itu. Namun, mereka tak yakin kalau pemimpin gangster tersebut seorang perempuan.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C10
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login