Download App

Chapter 11: Gadis Bayaran?

Ketiganya mulai turun dari atap gedung. Hari ini, ada jadwal kerja paruh waktu Ersha. Jadi, dia meminta keduanya untuk pulang juga dan tak lagi mengikutinya.

Akan tetapi, keduanya masih merasa khawatir karena saat ini suasana hati Ersha tampak tidak baik. Mereka sudah berteman cukup lama, jadinya tahu kalau Ersha yang baik ini akan bersikap kurang baik jika sedang tidak stabil seperti saat ini.

"Gue beneran gak kenapa-napa. Gue bisa jaga diri, kok. Emangnya kalian pernah liat gue pukulin orang tanpa sebab?" tanya Ersha.

Keduanya hanya menggeleng.

Saat mereka menuruni anak tangga, seseorang datang menahan mereka. Ersha melirik kedua temannya dan ternyata Arka memiliki masalah dengan anak fakultas lain.

Ersha diminta untuk berdiri di belakang keduanya. Sementara Arka dan Bisma melangkah mendekat. "Mau apa lo?"

Bugh ....

Satu pukulan mendarat di wajah tampan Arka, membuat Bisma meringis, dan memundurkan langkahnya. Arka bangkit kembali sembari menepis bercak merah di wajahnya itu.

"Jauhin Clarissa atau—"

"Atau apa?" tanya Arka yang kini melangkah mendekat dengan tatapan tajamnya.

"Lo bakalan habis!" ancamnya.

Saat Arka akan menantang kembali, tiba-tiba matanya menemukan hal yang di luar dugaan. Banyak anak fakultas tersebut yang ternyata datang. Mereka semua menatap Arka, seolah tengah menemukan mangsa yang lemah.

Arka memang taman dan populer, tetapi dia tak pandai bela diri. Lain halnya dengan Bisma, walaupun dia terkenal sebagai seorang jomblo humoris, dia cukup pandai berkelahi karena dia salah satu anggota seni bela diri.

"Beraninya main keroyokan, Lo!" teriak Arka tak terima.

"Kenapa? Takut?"

Arka mengepalkan tangannya, di sana Ersha yang merasa muak pun meminta mereka untuk berhenti. "Berhenti!" teriaknya.

"Sha, diam aja. Ini bahaya!" ucap Bisma menahannya.

"Wah, ada cewek juga. Kalian habis ngapain di atap? Jangan bilang kalian habis ...." Mereka menatap rendah pada Ersha, gadis itu hanya menunduk saja.

Ersha memang dikenal seperti itu. Mungkin hanya Arka dan Bisma yang tahu bagaimana menyerahkannya Ersha jika sudah marah. Ersha masih dipegang Bisma, sebenarnya bukan takut gadis itu terluka, melainkan Bisma tak ingin Ersha membuat masalah.

Walaupun Ersha bisa mengendalikan amarahnya saat di depan umum. Namun, tetap saja, dia adalah ratu di atas ring. Dia akan bisa dengan mudah melumpuhkan anak-anak menyebalkan di depan sana.

"Kenapa kalian natap kayak gitu? Berapa harga dia sekali pakai?"

Tak ada yang menjawab.

"Ah, atau dia bisa melayani beberapa orang secara—"

Bugh!

Arka mengotori tangannya dengan memukul orang di depannya itu. Dia sudah tak tahan lagi, bagaimana bisa mereka menghina Ersha seperti itu.

"Lo gak tau apa-apa, jadi gak usah bacot!" teriaknya.

Keduanya kini terlibat perkelahian, sementara Bisma yang tak tahan pun ikut andil dalam keributan di sana. Sekiranya ada 7 orang yang tengah berkelahi, termasuk Arka dan Bisma di dalamnya.

Ersha dengan polosnya malah duduk di anak tangga sembari mendengarkan musik. Ya, lewat earphone yang masih tergantung di pundaknya tadi.

Apa dia berniat menghentikan mereka?

Tentu saja tidak. Ersha tampaknya tertarik untuk menjadi penonton. Sekali-kali dia menonton, jangan hanya dia yang menjadi bahan tontonan.

Melihat keadaan sudah mulai tak berpihak, bahkan sudah ada satu orang yang berjalan mendekat, Ersha pun bangkit. Dia mengangkat kepalanya, melemparkan tatapan tajam penuh intimidasi.

Tatapan yang Ersha berikan ternyata cukup berpengaruh. Sedikit membuat takut, tetapi tak cukup menghentikan mereka. "Gimana kalau main sama gue, gue bayar 3x lipat dari mereka," ucapnya.

Ersha mengangkat tangannya, dia menahan orang itu agar tak mendekat lebih dulu.

"Mau ke mana, Cantik?"

"Ikat rambut," jawabnya santai.

"Ersha, gak ada uangnya jangan ngelakuin hal bodoh!" tolak Bisma.

Maksudnya Bisma, Ersha tak perlu menghajar mereka karena perkelahian ini tak dibayar. Namun, mereka yang ada di sana justru menganggap kalau Ersha memang dibayar untuk hal lain.

Ersha mengikat rambutnya, menampilkan leher jenjangnya yang tampak sangat seksi. Wajah Ersha mempesona, dia benar-benar cantik, jadi akan wajar jika dia mengandalkan wajahnya untuk mencari uang.

Ya, itu pemikiran para bajingan yang tak mengenal Ersha. Padahal, di fakultasnya sendiri, Ersha dihormati karena dia merupakan mahasiswi berbakat dan genius. "Mau main di atas?" tawar Ersha.

Ersha melangkah dengan manja menaiki anak tangga. Disusul laki-laki yang memang sedari tadi sudah mengincarnya. Bisma dan Arka malah saling melirik, mereka tahu kalau akan ada perkelahian sengit, yang mungkin akan menjatuhkan korban dengan cidera yang fatal.

Siapa yang mampu menahan Ersha?

Tak ada. Semua hanya akan berakhir di rumah sakit dengan berbagai keluhan atas luka luar dan dalam yang diterimanya. Bisma sudah memperingati, jika nanti beasiswa atau sesuatu dilakukan dekan atas tindakan Ersha, maka Bisma tak akan ikut andil membantu.

"Dasar bodoh," umpat Bisma.

Di atap gedung itu, Ersha masih berdiri dengan santai. Dia tahu kalau pemuda di depannya itu tengah mabuk. Bau alkohol benar-benar menyengat dan itu tentunya akan menguntungkannya.

"Biasa dibayar berapa?" tanyanya.

"10 sampai 150 juta," jawab Ersha dengan tetap menyimpan lipatan tangannya di dada.

Seperti tak ada ketakutan dalam diri wanita itu. Dia menantang dengan tatapan penuh keberaniannya itu. "Mau?"

"Gila ya, mana ada harga segitu," tolaknya.

"Kalau gitu, gimana kalau gue kasih gratis?"

Tatapan Ersha begitu sendu, dia memiliki mata yang cantik. Membuatnya benar-benar tampak menggoda. Pemuda itu berjalan mendekati Ersha, saat tangannya akan menyentuh wajah Ersha, dengan cepat gadis itu menahannya.

"Kenapa?"

Ersha tak menjawab, dia mulai melakukan aksinya dengan memutar pergelangan tangan si pemuda. Membuatnya berteriak kesakitan. "Sialan, lepaskan! Lepaskan?!"

"Katanya mau, gue kasih gratis," bisik Ersha.

Tangan itu benar-benar memutar 360 derajat. Menciptakan suara retakan yang begitu menyenangkan bagi telinga Ersha.

"Gimana?"

"Dasar cewek gila!" teriaknya saat Ersha mulai melepaskannya.

Namun, sebelum pemuda itu pergi, Ersha sudah lebih dulu menariknya kembali. Dia teringat dengan semua perkataan pemuda itu. Ersha menatapnya dengan lekat dan tangannya langsung merogoh saku kemeja si pemuda.

"Nama lo ...."

"Chiko Xander," jawabnya.

Orang penting.

Ya, siapa pun tahu siapa itu Xander dan Xavier. Ersha melepaskan tangannya, bukan karena siapa pemuda itu, melainkan karena Ersha memiliki cara lain untuk menghabisinya.

Tidak-tidak, dia tak akan melakukan kebodohan itu. Apalagi sampai membuat Chiko mengadu pada orang tuanya. "Gue gak bisa dibayar dan gak bisa dipake, kecuali di atas ring," bisik Ersha lagi.

Ersha tak jadi melakukan kekerasan itu. Dia harus membuat rencana lebih dulu, karena dia tak ingin memberikan pelajaran secara percuma. Harus ada tontonan yang menarik setelah dia puas menghabisinya nanti. Dan itu belum dia rencanakan.

"Ersha!" panggil Arka.

Arka dan Bisma berlari menuju Ersha, saat tahu kalau perempuan itu tak menyentuh Chiko. Keduanya hanya menatap penuh rasa kebingungan. Banyak tanya yang ingin dilemparkan, tetapi keduanya malah terpesona dengan leher jenjang milik Ersha.

"Dasar mata keranjang," cibir Ersha sembari berlalu lebih dulu.

Dia bahkan pergi meninggalkan Chiko yang masih ada di sana. Chiko pikir kalau Ersha berhenti karena tahu siapa dia sebenernya. Chiko tersenyum penuh arti, dia semakin percaya diri dengan hal yang bahkan tak berarti bagi Ersha.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C11
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login