Download App

Chapter 2: Mencari Teman Kencan

Kegagalan sebuah percintaan bukan akhir segalanya. Jika yang satu gagal maka, masih banyak harapan berjuta menanti. Seperti halnya Zoltan yang telah dikhianati Guazel, dan memilih mencari penggantinya. Atas bantuan Alex--sahabat karibnya, profil perempuan-perempuan yang terpilih berada ditangan Zoltan Mayers.

Zoltan tengah membolak-balikan tumpukan kertas yang berisi seperti lamaran pekerjaan. Biodata lengkap perempuan yang belum sama sekali Zoltan kenal sebelumnya. Menariknya Zoltan memilih lima kandidat untuk maju ke babak selanjutnya.

"Kau yakin hanya memilih lima saja? Lihat yang teliti masih banyak profil menarik dari perempuan-perempuan ini. Yakin tidak menyesal?"

Alex mengingatkan sahabatnya agar memilih lebih banyak lagi karena menurutnya masih ada profil yang menarik dari tumpukan kertas tersebut.

Zoltan menggeleng yakin, pilihannya tidak bisa dirubah lagi.

"Menurutku hanya lima profil ini yang menarik perhatianku. Aku tidak suka perempuan yang tidak memiliki keterampilan, kalaupun mereka tidak sempurna setidaknya bisa masak dan cerdas."

"Baiklah jika itu sudah menjadi keputusanmu. Bersiaplah dua jam lagi mereka akan tiba," ucap Alex. Keputusan Zoltan tidak bisa diganggu-gugat lagi. Saat itu juga Alex menghubungi lima kandidat yang terpilih untuk bertemu dengan Zoltan.

...

Omni Dallas Hotel mereka digiring masuk ke sebuah ruang pribadi yang biasanya dipakai pertemuan kolega oleh Zoltan.

Kini ruang mewah nan megah itu terdengar berisik ketika lima perempuan berpenampilan menarik dan glamor memadati ruangan tersebut. Beberapa dari mereka menambahkan pewarna bibir dengan celotehan dan tawa mereka yang tiada habisnya.

Salah satu dari mereka nampak berbeda. Perempuan cantik yang memiliki tubuh langsing dengan tinggi badan di atas rata-rata tidak berhenti terpukau melihat pemandangan di luar kaca besar yang membentang luas memperlihatkan gedung bertingkat dengan atap langit berwarna jingga.

"Miss. Quinn Shada!" Panggil Alex cukup lantang menyadarkan Enola Swettz, sebab nama itu cukup asing terdengar. Ya itu nama debutnya. Quinn Shada, entah darimana nama itu bisa cocok dengan kepribadiannya.

"Ya saya!"

Enola langsung berdiri tegak, memantapkan hati menyamar sebagai perempuan dewasa dengan nama asing yang baru saja diciptakan olehnya.

"Apakah anda Miss. Quinn? Usia anda berapa?" tanya Alex tiba-tiba membuat Enola terpaku di tempat.

Enola mengacungkan dua jarinya, tapi kemudian merubahnya jadi tiga jari.

"Tiga puluh pak," jawab Enola dengan seringai kecil.

"Benarkah? Kenapa aku merasa wajahnya masih terlihat sangat muda sekali," bisik Alex dalam hati.

"Boleh saya bertemu dengannya?" tanya Enola membuat Alex sadar dari lamunannya

"Oh tentu silahkan."

"Terima kasih," ucap Enola, lantas melewati Alex yang masih tampak bingung.

Piuh! Enola membuang angin dari mulutnya, bisa dibayangkan jantungnya berdegup tak karuan setelah melewati masa kecurigaan. Beruntung bisa meyakinkannya.

Enola Swettz gadis remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Entah bagaimana Enola bisa sampai di tempat ini yang tidak seharusnya ia datangi. Enola banyak merubah penampilan. Untuk memikat hati pria dewasa dia menjelma menjadi perempuan dewasa yang mempesona.

Langkah Enola sampai di depan Zoltan yang siap menyambutnya. Anehnya Zoltan tidak seperti Alex yang curiga dengan wajah polos itu.

"Silahkan duduk!"

"Terima kasih," balas Enola tersenyum.

"Gila cakep bener. Kalau pria dewasanya semenarik ini sampai nikah pun aku mau." Enola menjerit dalam hati mengagumi paras Zoltan.

Senyum Enola mengembang indah, kakinya melangkah dengan tatapan tidak mau lepas dari wajah tampan Zoltan. Sialnya tiba-tiba saja heels yang ia kenakan tergelincir mengakibatkan dirinya menubruk dada bidang Zoltan.

Deg!

Keduanya terdiam membeku sesaat, karena bibir merah Enola mendarat sukses di atas dada bidang yang terbungkus kemeja putih dan berlapis jas formal.

"Anda baik-baik saja?" tanya Zoltan sembari memegang dua bahu Enola.

"Maafkan saya!" Enola tersadar secepatnya menata perasaan dan tempat dirinya berada.

"Tidak masalah Miss. Quinn."

"Oh astaga! Bekas bibirnya!" Enola terkesiap melihat pewarna bibirnya mengotori kemeja putih Zoltan. Tanpa pikir gadis itu meraih tisu yang sudah dibasahi air olehnya.

"Aku akan membersihkan bekas lipstiknya." Enola panik tanpa pikir lagi menyeka warna merah di atas kemeja putih tersebut.

"Tidak usah! Saya bisa melakukan sendiri!" Tolak Zoltan, tetapi percuma Enola sudah berhasil menggosok-gosok kemeja putihnya.

"Oh, merahnya tidak pudar, bagaimana ini?" Panik Enola mengambil tisu lagi dan seperti semula membasahinya dengan air mineral yang ada. Gerak-gerik lincahnya tidak terbendung. Zoltan sampai kewalahan dibuat tak berkutik oleh gadis remaja yang tengah menyamar jadi wanita dewasa.

Finsh! Bukannya menghilangkan noda merah tetapi justru membuat kemeja putih itu transparan.

Enola melotot menatap dada bidang yang basah akibat ulahnya. Anehnya dia tidak ingin mengakhiri usahanya itu.

Perbuatannya tidak luput dari pengamatan Zoltan, lelaki dewasa itu berusaha menahan perasaan yang bergejolak dalam dada. Sungguh tangan kecil itu sangat menggelikan Zoltan tidak berdaya dibuatnya.

"Hentikan! Saya mohon, sudahi ini!" Zoltan berhasil meraih pergelangan tangan Enola.

"Maafkan saya." Enola berkedip-kedip, tatapan polosnya menyihir seorang dimples prince.

~~~

Hampir setengah hari bertatap muka dengan perempuan-perempuan asing itu. Kini Zoltan bisa bersantai di sofa tentu saja ditemani sahabatnya--Alex Xanders.

"Bagaimana ada yang menarik hati?" celetuk Alex mengalihkan pikiran Zoltan sesaat lalu melayang, mengingat wanita ceroboh yang mengotori kemeja mahalnya.

"Tentu saja ada," jawab Zoltan dengan senyuman dimplesnya yang menawan.

"Baiklah, siapa nama perempuan itu?"

Zoltan memilih dokumen tersebut, tatapannya jatuh pada profil Quinn Shada.

"Wanita ini yang aku inginkan," tunjuk Zoltan ke atas foto Enola yang berpenampilan dewasa.

...

Di samping itu Enola merasa gagal. Menurutnya sudah melakukan kesalahan fatal yang tidak bisa dimaafkan. Ia berharap semoga kejadian tadi hanya mimpinya.

"Kenapa aku sampai mencium dada orang? Aku yakin dia pasti kesal. Sorot matanya, wajah tegasnya, seolah ingin menerkam hidup-hidup. Astaga ... Masa depanku tak tertolong!"

Katrine--sahabat Enola yang di duduk bersamanya berdecak, melihat sikap Enola yang seperti itu.

"Hentikan Enola! Kau membuatku malu. Ingat kita ada di halte. Kau mau orang-orang mengatai kamu gadis tidak waras?"

"Katrine ... Bagaimana dengan hidupku! Pria dewasa itu harapan terakhir. Kasian sekali keluargaku harus hidup miskin karena putrinya tidak becus menikah dengan orang kaya." Enola makin menjadi-jadi seolah tidak ada urat malu.

"Astaga ... Segitunya frustasinya kau. Jangan berlebihan! Ingat kita masih pelajar."

Katrine menyadarkan Enola dari angan yang berlebihan. Di tengah keributan yang diciptakan dua gadis itu harus berakhir karena dering pemanggil dari ponsel Enola yang nyaring. Merogoh ponselnya di mini bag-nya menerima panggilan tersebut tanpa tahu pemilik pemanggilnya. Saat layar ponsel di dekatkan terdengar suara bariton yang tegas dan berhati-hati.

"Halo, bisa bicara dengan Miss. Quinn? Ini dari Alex."

Teg!

Enola tegang karena masih ingat siapa Alex. Enola menduga Alex mengatakan kegagalannya. Enola pasrah diri bila tidak terpilih karena ia sadar sudah mengacaukan segalanya.

"Ya saya sendiri. Maaf kenapa menelpon?"

"Begini saya hanya memberitahukan kalau anda terpilih."

Apa?

Seketika Enola berdiri tegak, reaksinya berubah drastis dari sebelumnya.

...

Saat Alex menghubungi Enola, Zoltan masih bersamanya. Dua pria dewasa berparas menawan itu masih di tempat semula.

"Bagaimana reaksinya?" tanya Zoltan tak sabaran.

Alex menutup teleponnya lantas berkata, "sepertinya Miss. Quinn sangat bahagia. Tapi aku heran kenapa kau memilih perempuan yang terlihat polos itu dibandingkan perempuan cantik dan yang seksi?"

"Itu rahasia. Baiklah sudah cukup untuk hari ini." Zoltan menegakan tubuhnya, mengabaikan pertanyaan Alex. Alex berdecak malas sikap Zoltan memang seperti itu.

"Dasar pelit. Besok malam persiapkan diri! Kali ini kau harus sukses, genggam tangan wanita itu jangan sampai lepas. Ingat! Jangan arogan, karena wanita membenci itu," jelas Alex memberi pengertian.

~~~

Zoltan mempercepat pekerjaannya karena sore ini harus bertatap wajah lagi dengan Enola. Entah kenapa jantungnya berdetak tak karuan, membayangkan sikap Enola yang imut menggemaskan itu.

Zoltan benar-benar sudah mempersiapkan segalanya, bahkan dia sengaja membuat pesta kecil untuk pertemuan keduanya dengan Enola. Long coat cokelat muda selaras dengan celana capri yang dikenakan, rambut belah dua tersisir rapih ke belakang dengan pemode. menambah ketampanan seorang Zoltan Mayer sang developer besar perusahaan pengembang nomor satu di negaranya.

Pantas saja namanya terkenal, tidak terhitung banyaknya perempuan yang rela memberikan kepuasan untuk Zoltan. Sayangnya Zoltan terlalu pemilih. Dia lebih menyukai wanita pintar memasak, cerdas dan manis dibandingkan cantik.

Sebab itulah Enola terpilih, karena di dalam profilnya tertulis beberapa hal kelebihan, dan hobi yang sangat disukai Zoltan. Terlebih Enola sangat manis berbeda dengan wanita lain. Tapi apa benar Enola pintar memasak? Seperti yang dituliskan profilnya? Atau semua itu hanya siasat untuk menarik perhatian pria kaya itu.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login