Download App

Chapter 2: BAB 2

Di kantor desa lagi..

"Pokoknya rencana kita untuk menculik kembang desa, di desa ini jangan sampai gagal", kata Kevin mengingatkan kembali pada teman-temannya.

"Oke..!!", seru teman-temannya Kevin.

"Sebentar, sebentar kembang desa yang kamu maksud itu siapa ?", tanya Denny.

"Titah, Denn, emangnya siapa lagi", jawab Guntur.

"Oh.., terus rencana nya gimana, bisa di jelaskan lagi tidak, saya belum paham ?", tanya Denny lagi yang meminta untuk di jelaskan lagi.

"Jadi gini Denn..", Andika menjelaskannya pada Denny.

"Oh jadi dia ingin menculik den Titah dan menodainya, den Kamil harus tau soal ini", kata Asep yang mendengarkan pembicaraan dari Kevin dan teman-temannya.

"Oke, siap, besok jam berapa ?", tanya Guntur.

"Setelah Titah menari saja tentunya di belakang panggung", jawab Kevin.

"Oke, siap eksekusi besok", kata Guntur.

Di luar kantor desa lagi..

"Bagaimana pak Slamet bisa ?", tanya Kamil.

"Bisa, tapi maaf mas tidak bisa besok, lusa kata mbok Surip", jawab pak Slamet.

"Oh ya sudah tidak apa pak Slamet, sekali lagi terimakasih saya sudah di bantu", kata Kamil.

"Sama-sama mas..", sambung pak Slamet.

"Den, den Kamil..", sorak Asep yang memanggil Kamil.

"Muhun mang, aya naon ?"

(Iya mang, ada apa ?), tanya Kamil.

"Genting den, tadi abdi ngadenge lamun Titah, awewe anu den Kamil taksir hoyong di culik sarta di nodai, enjing sanggeus anjeunna maju ngibing di acara hajatan na hulu desa"

(Gawat den, tadi saya mendengar kalau Titah, perempuan yang den Kamil taksir ingin di culik dan di nodai, besok setelah dia tampil menari di acara hajatan nya kepala desa), jawab Asep.

"Saha jalmi na anu hoyong boga niat jahat dina na mang,mang Asep teurang ?"

(Siapa orang nya yang ingin berniat jahat padanya mang, mang Asep tau ?), tanya Kamil lagi.

"Lamun henteu lepat ngaranna eta Kevin"

(Kalau tidak salah namanya itu Kevin), jawab Asep lagi.

"Kevin, pak Slamet, maaf Kevin itu siapa ya pak ?", tanya Kamil lagi.

"Kevin adalah pria yang suka main perempuan di desa ini dan dia juga sangat tidak menyukai kalau Titah ada yang memiliki dan mendekati nya", jawab pak Slamet.

"Berarti Kevin berbahaya untuk Titah ya pak Slamet ?", tanya Kamil lagi.

"Iya mas..", jawab pak Slamet lagi.

"Lalu apa yang harus kita lakukan den Kamil ?", tanya Asep.

"Aku punya ide mang..", jawab Kamil.

Kamil pun memberitahu apa idenya pada pak Slamet dan Asep, lalu pak Slamet menghubungi anak buah nya untuk menjaga dan mengawasi Titah, kembang desa dan penari di kampungnya.

Lalu kemudian Kamil kembali ke rumah yang Kamil tempati sekarang bersama Asep.

Di rumah nya Kamil tidak bisa tidur karena memikirkan Titah soal rencana Kevin yang akan menodainya.

Keesokan harinya..

Di rumah Kamil,

Di depan rumah..

"Den..", seru Asep.

"Muhun mang.."

(Iya mang..), jawab Kamil.

"Tadi abdi tingal den Titah kajabi imah sorangan, teu aya anu maturan na, mending den Kamil temani wae den Titah na, batan den Titah naha-naha, sarta rempan na oge den Kevin gaduh niatan anu henteu sae, loh den, kabiasaan mios henteu kantos permios"

(Tadi saya lihat den Titah keluar rumah sendirian, tidak ada yang menemaninya, lebih baik den Kamil temani saja den Titah nya, daripada den Titah kenapa-kenapa, dan takutnya juga den Kevin punya niatan yang tidak baik, loh den, kebiasaan pergi tidak pernah pamit), keluh Asep.

Di jalan cendrawasih..

"Itu dia kembang desa, pujaan hatiku, dede Titah ku sayang, hehe..", kata Kevin.

"Assalamu'alaikum", Kamil memberikan salam pada Titah.

"Wa'alaikumussalam", Titah menjawab salam dari Kamil.

"Eh mas Kamil, emm mau kemana ?", tanya Titah.

"Mau jalan-jalan, kalau kamu sendiri mau kemana ?", tanya Kamil juga.

"Saya mau pergi ke pasar pahing, ada yang mau saya beli di sana", jawab Titah.

"Oh gitu, ya sudah yuk lanjutkan lagi jalan nya, oh ya maaf sebelumnya kamu keberatan tidak kalau saya temani kamu ke pasar ?", tanya Kamil lagi.

"Enggak kok, kebetulan saya perginya sendiri, lik jo dan lik Pur pergi untuk menjemput kakek saya di Pacitan, bersama mbok Surip", jawab Titah lagi.

"Iih lagi, lagi si dokter itu, hemm..", kata Kevin yang cemburu setiap Titah dan Kamil bersama.

"Oh iya, maaf sebelumnya kamu bukannya hari ini menari ya di hajatan anaknya pak Surya ?", tanya Kamil lagi.

"Oh iya benar, hari ini saya menari di hajatan anaknya pak Surya, tapi nanti malam, kenapa ?", tanya Titah juga.

"Tidak apa-apa, tanya saja", jawab Kamil.

"Oh..!!", seru Titah.

Di pasar pahing..

"Oh iya aku mau nanya, kamu mau beli apa ?", tanya Kamil.

"Saya mau beli beberapa bunga mas dan juga untuk nanti malam sebelum menari", jawab Titah.

"Oh bunga apa saja, kalau boleh tau ?", tanya Kamil lagi.

"Bunga sedap malam untuk hiasan di rumah, bunga melati untuk hiasan rambut saya, dan bunga kantil untuk saya makan sebelum saya menari", jawab Titah lagi.

"Oh, mas bunga mawar merah satu dan bunga mawar putih juga sama ya satu juga", pinta Kamil.

"Saya sudah selesai belanjanya, mas sudah ?", tanya Titah.

"Sudah juga kok..", jawab Kamil.

"Ya sudah yuk pulang", kata Titah.

"Yuk..", sambung Kamil.

Sesampainya di rumah Titah melihat kakeknya yang sedang duduk menunggu nya di depan rumah, sementara itu Kamil yang masih memegang bunga mawar merah dan bunga mawar putih tidak jadi memberikannya pada Titah, dan memilih untuk pulang dan memberikannya nanti malam saja sebelum Titah tampil di atas panggung (menari).

Di rumah Titah,

Di depan rumah..

"Benar ya, tidak ada yang berubah dari rumah ini, oh iya ngomong-ngomong Titah kemana ya, kok gak ada di rumah sih.., ada Paijo tuh tanya saja deh, jo, jo", kata mbah Sakiman.

"Nggih mbah, enten menapa ?"

(Ya mbah, ada apa ?), tanya Paijo.

"Enten ingkang karep kula tanyakan padamu, dhateng mriki sekedhap"

(Ada yang ingin saya tanyakan padamu, ke sini sebentar), jawab mbah Sakiman.

"Oh nggih mbah, nggih mbah enten menapa ?"

(Oh ya mbah, ya mbah, ada apa ?), tanya Paijo lagi.

"Titah, putu ku kemana nggih, kok saking wau mboten ketingal sih ?"

(Titah, cucuku kemana ya, kok dari tadi tidak kelihatan sih ?), tanya mbah Sakiman juga.

"Cah ayu bokmenawi saweg kesah dhateng peken mbah Sakiman"

(Anak cantik mungkin sedang pergi ke pasar mbah Sakiman), jawab Paijo.

"Oh mekaten, terlewat pulangnya jam sepinten ?"

(Oh begitu, lalu pulangnya jam berapa ?), tanya mbah Sakiman lagi.

"Bokmenawi sekedhap iseh mbah"

(Mungkin sebentar lagi mbah), jawab Paijo lagi.

"Assalamu'alaikum", Kamil dan Titah memberikan salam pada mbah Sakiman dan Paijo.

"Wa'alaikumussalam", mbah Sakiman dan Paijo menjawab salam dari Kamil dan Titah.

"Punika cah ayu, mbah.."

(Itu anak cantik, mbah..), seru Paijo.

"Ya, kaliyan sinten jo, pacar e nggih jo ?"

(Ya, dengan siapa jo, pacar nya ya jo ?), tanya mbah Sakiman.

"Sanes mbah, nanging calon suaminya"

(Bukan mbah, tapi calon suaminya), jawab Paijo.

"Oh calon suaminya..", seru mbah Sakiman.

"Nggih mbah.."

(Ya mbah..), sambung Paijo.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login