Download App

Chapter 2: Pernikahan Zahra

Setelah beberapa hari berada di dalam rumah itu untuk kali pertamanya akhirnya Zahra bisa keluar dari dalam kamarnya. Suasana menakjubkan terhampar dihadapannya. Rumah ini ternyata lebih besar dari apa yang dia pikirkan. Rumah itu juga sangat mewah dengan berbagai furniture mahal yang menghiasi isi rumah. Zahra hanya bisa tertegun menatap semuanya dengan kedua mata.

Ruangan tamu sudah dipenuhi oleh para tamu undangan yang hadir pada pernikahan mereka. Tapi sampai saat ini, Zahra bahkan tidak mengetahui wajah calon suaminya. Beberapa orang yang mendampingi Zahra terus berjalan menuju ruangan yang sudah disediakan. Seorang pemuda tampan sedang duduk membelakangi mereka. Zahra menembak bahwa mungkin pria itu adalah calon suaminya. Tetapi dia tak memiliki keberanian untuk bertanya.

Acara akad nikah akan segera berlangsung, tetapi wanita yang akan menjadi pengantin merasa sedih. Dia bahkan tak tahu bagaimana mengutarakan kesedihannya dan kepada siapa karena tidak seorangpun yang mengajaknya berbicara. Semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing. Semua orang sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing sementara Zahra yang merupakan tokoh utama dalam pesta itu diabaikan begitu saja. Bening kembali membasahi wajahnya. Kesedihan kembali masuk ke dalam hatinya.

"Saya terima nikah dan kawinnya Zahra Dania Rumi dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!" sebuah suara terdengar sangat lantang. Suara itu menggetarkan setiap jiwa. Disambut dengan suara para saksi yang menjadi saksi pernikahan tersebut. Kini Zahra telah resmi menjadi istri seorang pria yang tidak dikenalnya. Tidak tahu apa alasannya dan apa rahasia yang tersembunyi dibalik semua kejadian yang ada.

Beberapa orang mendekati Zahra, membantu wanita itu untuk duduk ditempat yang sudah disediakan sebagai seorang pengantin wanita. Gadis yang kini statusnya sudah berubah menjadi seorang istri mengikuti jejak mereka. Dia duduk tepat di hadapan seorang pria yang telah mengambil tanggung jawab atas dirinya. Zahra hanya menundukkan kepala, wanita itu masih tak memiliki keberanian untuk menatap wajah suaminya. Karena desakan orang-orang yang ada di sana dia pun meraih tangan pemuda tampan itu untuk pertama kali lalu membawanya ke kening. Tangan itu terasa begitu dingin. Apakah hati pria itu se dingin tangannya?

Kamar pengantin terlihat sangat luar biasa. Kamar itu diubah menjadi kamar seorang permaisuri. Hiasan mawar merah dan putih memenuhi ruangan kamar. Lampu berwarna-warni membuat keindahan kamar semakin sempurna. Ditemani pengiring, Zahra masuk ke dalam kamar. Kemudian dia duduk di atas ranjang membiarkan orang orang itu pergi begitu saja.

Zahra memeluk lutut dengan kedua tangannya. Dia pun menyembunyikan wajahnya di dalam pelukan itu. Hanya menangis yang bisa dilakukan. Hanya berakhir mata berharap sebuah nasib baik akan menghampiri dirinya. Tiba-tiba pintu kamar itu terbuka, wanita yang telah menjadi seorang istri masih menyembunyikan kepalanya.

Seorang pria masuk ke dalam kamar tersebut. Dia juga tak menyangka jika nasib membawanya pada pernikahan yang tak pernah dia inginkan. Pria tampan itu menatap seorang wanita yang sedang menyembunyikan wajahnya. Ada rasa benci yang menguasai hati pemuda tampan tersebut.

Arya mengabaikan wanita itu. Dia melangkah ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu berbaring di atas tempat tidur. Zahra merasa heran dengan tindakan pria yang kini sudah menjadi suaminya. Tanpa sepatah kata pun dia berbaring di sebelahnya.

Zahra bangkit dari atas ranjang, dia menyadari bahwa dirinya belum menunaikan salat isya. Wanita itu beranjak ke kamar mandi. Membasuh anggota tubuh melakukan aktivitas wudhu agar bisa menunaikan salat.

Wanita itu membentang sajadah, dan mulai menunaikan ibadah nya. Arya merasa penasaran dengan suara yang ditimbulkan oleh istrinya. Dia mengangkat sedikit selimut untuk melihat apakah sebenarnya yang sedang dikerjakan oleh wanita itu. Alangkah terkejutnya Arya saat melihat sosok berwarna putih berada di dalam kamarnya. Sontak dia terduduk dan menarik selimut karena ketakutan. Namun semakin diperhatikan dia menyadari bahwa sosok itu bukanlah hantu melainkan istrinya sendiri.

'Apa yang sedang dia lakukan malam-malam begini?' tanya Arya di dalam hatinya. Pria tampan itu semakin merasa penasaran. Di jaman modern seperti ini masih ada orang yang menunaikan salat. Arya menggeleng saat mengetahui betapa terbelakang nya kehidupan sang istri. Dia pun kembali bersembunyi di balik selimutnya.

***

"Bibi?" sebuah suara teriakan mengagetkan semua orang. Begitu juga dengan Zahra yang sedang berada di balkon kamar pengantin nya. Wanita itu bergegas menemui suaminya. Dia ingin mengetahui mengapa pria itu berteriak tiba-tiba.

"Ada apa?" tanya Zahra terbata. Dia bahkan tidak tahu panggilan apa yang harus dia sebutkan untuk suaminya. Arya mengabaikan wanita itu, beberapa saat kemudian seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka.

"Ada apa tuan muda?" tanya bi Siti. Wanita paruh baya itu adalah seorang pelayan yang sudah lama bekerja di kediaman Pratama. Dia adalah pelayan yang paling dipercaya oleh keluarga itu. Pelayan itu juga yang selama ini berkomunikasi dengan Zahra. Di rumah besar itu hanya bi Siti yang dikenalnya.

"Apa-apaan ini? Siapa yang berani menyentuh pakaian ku?" teriak Arya saat melihat pakaiannya sudah disiapkan di atas ranjang. Semua itu adalah pekerjaan Zahra. Wanita polos itu mencoba melakukan sesuatu untuk suaminya.

"Itu aku! Aku yang menyiapkan semua itu!" ucap Zahra gugup. Bi Siti segera meninggalkan kamera tersebut. Dia ingin membiarkan pasangan suami istri itu menikmati hari hari ini meski dengan bertengkar.

Arya menatap wajah istrinya. Tergambar sangat jelas kemarahan di wajah tersebut. Tatapan itu semakin membuat Zahra merasa takut. Dia mundur beberapa langkah dan berusaha menundukkan kepalanya. Zahra hanya ingin berbakti kepada suaminya seperti amanah yang sering disampaikan oleh sang ibu kepada dirinya. Tetapi dia tidak menyangka jika semua itu membuat suaminya menjadi marah besar.

"Kenapa kamu berani menyentuh pakaianku?" bentak pria itu. Zahra mulai gugup. Wanita itu sangat ketakutan. Dia terus berusaha mundur menjauhi diri dari suaminya. Tetapi Arya tidak mau mengalah, pria tampan itu semakin berjalan maju mendekatkan diri kepada istrinya. Zahra menyentuh tembok di belakangnya. Kini gerakannya terhenti, wanita itu semakin ketakutan sementara Arya semakin mendekati dirinya.

Wajah mereka semakin mendekat, Zahra hanya bisa menundukkan kepala dan memejamkan kedua mata. Tubuhnya gemetar karena rasa takut. Dia tidak tahu jawaban apa yang harus diberikan nya kepada sang suami yang begitu marah kepada dirinya.

Kedua tangan Arya di antara wajah Zahra yang semakin terlihat kecil. Wanita itu sudah dikunci oleh suaminya sendiri.

"Ma-af! Maafkan aku! Aku hanya ingin membantu!" ucap wanita itu terbata-bata. Wajahnya pucat karena rasa takut. Melihat itu tiba-tiba Arya merasa kasihan dan melepaskan wanita tersebut. Akhirnya Zahra bisa bernapas lega.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login