Download App

Chapter 4: 3. Rafa Suka Diandra

"Tadi malam tumben lo nggak ke D'zone."

Rafa dan Billy sedang berjalan di koridor sekolah menuju kelas. D'zone adalah tempat karaoke plus-plus yang biasa Rafa kunjungi untuk sekedar melepas lelahnya dengan bermain bersama 'pemandu'. Tadi malam, seperti ada yang aneh. Rafa tak datang ke tempat itu meski Billy sudah mengabari jika ada pemandu karaoke yang memilik body yang bagus.

"Tobat gue. Nggak lagi-lagi kesana," jawab Rafa asal. Ia hanya bercanda, kebetulan tadi malam ia memilih untuk ke club dan bermain dengan cewek-cewek club.

"Kiamat dunia kalo cowok kayak lo tobat," ejek Billy sembari tertawa terbahak-bahak.

Rafa juga ikut tertawa, ia memukul kepada Billy dengan  cukup kuat. "Bangsat lo!"

Rafa berlari meninggalkan Billy yang siap-siap membalasnya. Rafa menengok ke belakang sambil berlari hingga tak sadar ia menabrak seseorang. Langkah kaki Rafa terhenti dan menoleh ke depannya. Tawanya juga ikut terhenti di gantikan rasa kaget saat tahu yang ia tabrak adalah Flora.

Flora mengeluh kesakitan karena terjatuh akibat di tabrak oleh Rafa. Rafa mengulurkan tangannya untuk membantu Flora berdiri. Flora menerima uluran tangan itu dan bangkit berdiri.

"Sorry, gue nggak sengaja," kata Rafa menyesal.

"Nggak papa, kok." Flora mengusap debu yang menempel di roknya. "Gue juga tadi nggak ngelihat jalan."

Billy yang berhasil mengejar Rafa pun balas menimpuk kepala Rafa. "Dapat juga 'kan lo, sat."

"Bangsat lo!" maki Rafa kesakitan.

"Haii, Bil..," sapa Flora.

Billy yang baru menyadari kehadiran Flora pun tersenyum kecil. "Ehh ada Flora."

Flora tersenyum ramah. "Kalian lucu, ya."

"Gue kali yang lucu, kalo dia mah nggak," ucap Rafa kepedean.

Flora tertawa. Ia merasa nyaman berada di antara Rafa dan Billy. Meskipun baru kenal, Rafa dan Billy sudah bersikap akrab dengannya.

Flora melihat di ujung koridor, Jefan sedang berdiri dan mengamati gerak-geriknya. Tawanya seketika berhenti dan ekspresinya berubah menjadi dingin. Flora beralih menatap Rafa dan Billy bergantian.

"Raf, Bil, gue ke kelas duluan ya."

Tanpa menunggu jawaban Rafa maupun Billy, Flora segera melangkahkan kakinya dan meninggalkan keduanya. Rafa dan Billy sama-sama berbalik untuk melihat Flora yang semakin menjauh.

Rafa menghela nafasnya. "Buru-buru amat, sih. Padahal gue mau minta nomornya."

Billy tersentak kaget dan menoleh ke arah Rafa. "Lo nggak sakit 'kan?"

Rafa menggeleng. "Nggak lah, sat."

"Jadi Flora alasan lo nggak pernah tertarik sama cewek manapun di kelas meskipun mereka ngejar-ngejar lo?" tanya Billy mulai penasaran.

Rafa menoleh ke arah Billy sejenak dan kembali menatap Flora yang semakin menjauh. "Kalo gue bilang iya, lo percaya?"

"Percaya la," ucap Billy semangat. "Pertama kalinya di hidup gue ngelihat lo becanda sama cewek lain selain Luna dan Diva. Itu artinya lo suka sama cewek itu. Biasanya kan lo cuek kecuali sama cewek-cewek pemandu karaoke." Billy tertawa di akhir kalimatnya.

Rafa mengusap wajah Billy. "Otak lo mesum mulu ya, Bil."

"Eh tapi tunggu dulu." Billy mendadak serius. "Flora punya hubungan apa sama Jefan?"

Rafa terdiam. Dari jauh ia melihat Flora sedang mengobrol dengan Jefan. Ntah apa yang mereka bicarakan tapi dari raut wajah Jefan sepertinya mereka sedang membicarakan hal yang serius.

"Mantannya Diandra," jawan Rafa acuh.

"Tapi kalo gue perhatiin, kayaknya Jefan masih suka sama Flora." Jiwa sok tahu Billy keluar.

"Bukan urusan gue!" jawab Rafa sinis. Ia membalikan badannya dan melangkahkan kakinya menuju kelas. Billy tertawa dan menyusul langkah Rafa.

"Saingan lo masa lalunya, Bro!"

Sementara itu, Flora yang ingin melewati Jefan mendadak berhenti karena tangannya di cegat oleh lelaki itu.

Flora menatap Jefan datar. "Apalagi?"

"Tadi malam kenapa nggak balas chat gue?" tanya Jefan sembari menaikkan sebelah alisnya.

"Gue nggak megang hape."

"Nggak megang hape kok online," tanya Jefan lagi.

"Online cuma nge cek grup doang," jawab Flora cuek. Sebenarnya ia tidak ingin terlibat komunikasi dalam bentuk apapun lagi bersama Jefan. Ia benar-benar ingin melupakan lelaki itu.

"Bukan karna lo pengen ngejauhin gue 'kan?" tanya Jefan seolah lupa jika Flora sekarang bukan lagi pacarnya.

Flora tertawa miris. "Tanpa gue ngejauh pun, sebenarnya kita udah jauh. Lo lupa kalo kita udah putus?"

"Lo mutusin gue karena dekat sama cowok tadi?" tanya Jefan dengan tatapan menuduh. "Sonya cuma alasan lo biar gue yang kelihatan selingkuh, padahal aslinya lo yang selingkuh."

"Maksud lo apasih?" Flora semakin muak dengan Jefan. Jefan memang paling pintar membalikkan keadaan. Menyalahkan orang lain padahal ia sendiri yang salah.

"Lo selingkuh sama cowok tadi, Rafa kan namanya?" desak Jefan.

Flora jengah. Terserah Jefan saja mau menilai dirinya seperti apa. "Gue nggak selingkuh sama Rafa. Dan gue juga baru kenal sama Rafa semalam."

"Nggak usah bohong, lo pasti mutusin gue karena dia 'kan?" Jefan masih mendesak agar Flora mau mengaku.

"Otak lo udah ancurr," maki Flora.

Tak mau mengulur waktu lebih lama lagi bersama Jefan. Diandra melangkahkan kakinya meninggalkan lelaki itu.

*****

Luna mengetukkan jarinya di atas meja, ia berpikir keras tentang bagaimana caranya membuat Flora benar-benar move on dari Jefan. Luna tidak mau Flora terus disakiti oleh lelaki biadab itu.

Diva yang sedang asyik membaca buku, jelas saja terganggu karna ketukan jari Luna di atas meja.

"Lo kenapa, sih? berisik banget," ketus Diva.

Luna berpikir sejenak dan menatap Diva serius. "Kalo kita nyari pacar baru buat Flora biar dia bisa cepat lupain Jefan, gimana?"

Diva menutup bukunya dan menoleh menatap Luna. "Lo kenapa semangat banget sih kalo ngurusin hubungan Flora dan Jefan?"

"Wajar dong gue semangat. Gue yang setiap hari di teror sama Flora kalo Jefan berulah. Ya gue pengen lah Flora punya pacar baru." Luna mengingat bagaimana malam-malamnya yang selalu ditemani oleh tangisan Flora.

"Asal lo tau ya." Diva mencoba memberi saran kepada Luna. "Kalo emang dari dasar hatinya Flora dia nggak mau move on dari Jefan, lo mau gimana pun juga nggak bakal mempan. Pasti baliknya ke Jefan lagi."

"Lo kok dukung banget ya Flora sama Jefan?" Luna tak habis pikir dengan Diva. "Flora itu sahabat kita, dan seharusnya kita bantuin dia buat lupain Jefan dan buka hati buat yang lain lagi."

Diva memijat pelipisnya, Luna sangat keras kepala dan tak mengerti dengan maksud ucapannya itu. "Terserah lo deh. Lo pikirin aja caranya biar sih Flora lupa sama Jefan."

"Ohh jelas." Luna mengangguk semangat.

Tiba-tiba saja ia teringat satu hal, Bagaimana jika ia menjodohkan Flora dengan Rafa. Luna tau persis bagaimana Rafa. Jika Flora bersama Rafa, gadis itu pasti aman.

"Gue mau ngecomblangin Rafa sama Flora."

Diva melototkan matanya dan menatap Luna tak percaya. "Lo gila!"


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login