Download App

Chapter 20: Kangen - Ku Akan Datang (Bag. 20)

"Dari Pemerintah Indonesia, Bu Menlu telah meminta Pak Duta Besar untuk menyediakan anggaran untuk biaya transportasi kepulangan kalian ke tanah air. Setelah benar-benar pulih, saya yang akan antar ke bandara untuk pulang."

Prayoga tersenyum mendengar itu. Rangga menoleh ke arah Bisma yang juga sedang tersenyum. Ia melambaikan tangan ke arah meja di dekat Bisma.

"Eh buatkan kopi untuk Bapak ini dong, Bis," kata Rangga kemudian.

Saat Bisma berdiri, cepat orang dari Kedutaan Besar Indonesia itu berkata, "Gak usah repot-repot. Gak apa-apa."

"Cuma kopi, Pak Singgih. Bapak gak sedang buru-buru kan?" seloroh Prayoga.

Tawa pun menggema di ruang kamar perawatan Prayoga. Dengan cepat Bisma membuat tiga gelas kopi dan menghidangkan di sebuah meja dekat tempat tidur Prayoga. Malam itu, mereka menyampaikan persiapan rencana kepulangan ke Indonesia.

---

Sebuah pembicaraan panas sedang berlangsung di dalam rumah yang mengadakan pertemuan. Orang-orang yang berkumpul itu duduk mengelilingi meja. Tampak juga seorang perempuan tua ikut di dalamnya. Seorang lelaki berpakaian jas, berbicara sambil yang lain mendengarkan.

"La DEA ha cambiado el plan para enviar a Domingo a United States. Esa es la última información que conozco. Al principio querían usar aviones militares, pero parecía que había un conflicto entre las autoridades, por lo que finalmente se decidió llevar a Domingo. un vuelo civil a New York."

Si perempuan tua yang ikut dalam pertemuan itu, memerhatikan dengan tatapan tajam ke orang yang berbicara itu. Setelah pembicaraan selesai, ia menoleh ke Rodrigo Nuno yang duduk di sebelahnya. Disentilnya punggung telapak tangan agar sang keponakan mendekat.

"Programa los vuelos de tu gente a New York lo antes posible."

Rodrigo Nuno yang merundukkan kepala ke samping, mengangguk-angguk dengan cepat. Lalu, ia menoleh ke seorang lelaki yang duduk di sebelahnya dan membisikkan sesuatu. Orang yang diajak bicara pun mengangguk-anggukkan kepala, lalu berdiri dan berjalan sambil mengeluarkan telepon dari saku baju.

"Si la situación es así, significa que solo tenemos tiempo entre la salida del avión que lleva a Domingo a New York y nuestro vuelo desde México, Roberto Díaz? A qué hora sale el avión de Domingo?"

Kemudian si perempuan tua bertanya pada Roberto Diaz.

"La Policía Central no se involucra con el vuelo de Domingo de México a los United States, Señora. Es una operación transfronteriza secreta de la DEA. La inteligencia de la Policía Central también obtiene la información en secreto."

Mendengar itu, Rodrigo Nuno menoleh ke orang yang tadi dibisikkannya. Ia memerhatikan orang itu sedang berbicara melalui telepon sambil berjalan di dekat jendela. Sementara si perempuan tua kembali menyentil punggung telapak tanggannya dan berbicara.

"Está bien, Tía. Lo está organizando Juan."

Rodrigo Nuno menjawab sambil menunjuk ke orang yang dimaksud, yang sedang berbicara melalui telepon. Sesaat menunggu, lalu ia berteriak lantang.

"Prepara el vuelo esta mañana, Juan. Llama a nuestros muchachos en Miami para encontrarnos en New York!"

Juan yang diteriaki, berhenti berbicara di telepon dan mendengarkan apa yang dikatakan Rodrigo Nuno. Lalu setelah mengangguk, ia kembali berbicara melalui telepon. Segera pula, sang keponakan yang ditugaskan untuk membawa Domingo el Blanco kembali, mengatur para anak buah yang ada di ruangan itu. Sebagian bergegas ke luar dan sebagian lagi menyiapkan perlangkapan yang diambil dari dalam sebuah kamar.

Roberto Diaz pun berdiri dan berjalan mendekati si perempuan tua. Ia duduk di kursi samping dan berbicara panjang lebar berdua. Kemudian Rodrigo Nuno berpamitan ke perempuan tua itu dan melangkah ke luar.

---

Mengetahui ada bencana topan tornado yang menerjang kawasan San Juan, New Mexico, Paramitha membulatkan tekad untuk menyusul. Berbekal nomor telepon staf kedutaan yang diberikan Bang Zul, ia berencana akan meminta diantar ke tebing Shiprock. Pikiran yang sedang berkecamuk itu membuat sang pemanjat tebing nasonal begitu risau. Duduk menyandarkan tubuh ke kursi. ia tidak dapat tenang sebelum bertemu dengan Prayoga, sang suami.

Namun saat baru saja hendak memejamkan mata, seorang pramugari yang mendorong sebuah rak dengan aneka makanan dan minuman di atasnya, berhenti di samping kursi Paramitha.

"Coffee, Mam?" tanya pramugari yang berambut pirang itu.

"One, please."

Paramitha tersenyum menjawab sambil menunjukkan jari telunjuk. Pramugari yang menawarkan itu pun segera mengambilkan segelas kopi beserta penganan yang dibungkus kertas. Menerima suguhan pelayanan penerbangan dari maskapai yang ditumpangi, ia menegakkan badan. Seakan ingin menanyakan sesuatu.

"Since we will be landing in New York and i must continue my trip to New Mexico, what you suggest me better to do? I go then by bus or by plane to New Mexico? I really have to know the situation in San Jose which had the tornado hurricane. My husband who is a rock climber, has a climbing exhibition in Shiprock."

Pramugari itu semula terlihat terkejut mendengarkan pertanyaan Paramitha. Mungkin ia sedang berpikir karena memandang sambil mengernyit. Namun dengan tersenyum, kemudian berkata.

"I think you would be better to take another flight to New Mexico, Mam. It will be safe for you to reach the place you mentioned before. Yes, there was a tornado hurricane in San Jose few days ago."

Paramitha tak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertanya lebih banyak. Ia dan sang pramugari kemudian terlibat dalam pembicaraan yang akrab. Namun seorang penumpang lain yang meminta pelayanan, mengakhiri pembicaraan mereka. Lalu, Paramitha menyandarkan tubuh kembali. Setelah menyetel serangkaian lagu yang terpampang di belakang kursi depannya duduk.Tampaknya ia telah mendapat informasi yang cukup untuk tiba di New Mexico.

---

"Semua sudah kami bereskan peralatan dan perlengkapan memanjat kita, Bang Yoga. Tinggal tunggu Abang pulih dan siap berangkat pulang, maka kita berangkat pulang."

Sambil bicara, Rangga membasuh lengan Prayoga yang duduk di tempat tidur. Bisma yang baru selesai mengaduk susu di meja barang-barang pasien, menghidangkan gelasnya di meja dekat tempat tidur. Kemudian dua gelas kopi yang juga sudah dibuat, diangkat satu dan berjalan ke tempat duduk.

Pagi itu, kembali Rangga dan Bisma kembali datang berkunjung ke rumah sakit. Mereka membantu Prayoga untuk melap tubuh sebagai ganti mandi dan menemani sang pemanjat tebing di kamarnya. Menyuapi makan dan menyiapkan minuman. Mata Prayoga berkaca-kaca melihat sikap mereka berdua yang melayani selama di rumah sakit.

"Artinya tiket pesawat kita pulang, memang ditanggung Kedutaan Indonesia ya, Rangga?" tanya Prayoga sesaat kemudian.

"Belum tau, Bang. Belum kita konfirmasikan ke kedutaan tanggal berapa pulang karena pertimbangan kondisi Abang. Tapi nanti menghubungi Pak Singgih, sekalian kita akan tanyakan mengenai itu," jawab Rangga.

Sambil memerhatikan Rangga yang sedang membereskan wadah air dan lap yang dipakaikan ke dia, Prayoga tampak sedang berpikir.

"Kayaknya, gak perlu tunggu aku sampe pulih bener deh, Rangga. Aku udah mulai khawatir dengan Paramitha. Lagian aku juga udah mulai jenuh di sini," kata Prayoga.

Mendengar itu, Rangga mengernyit memandang sang pemanjat tebing. Wadah air yang dipakai untuk melap tubuh Prayoga, kemudian dibawanya ke kamar mandi. Di kamar mandi itu, air dituangkan. Terdengar seperti Rangga membilas handuk kecil yang dipakai untuk melap tubuh Prayoga.

"Baiklah tapi kita mesti konfirmasikan dulu tanggal berangkat pulang, Bang. Baru mereka akan beli tiketnya."

Sambil berjalan ke luar dari dalam kamar mandi, Rangga meneruskan pembicaraan dengan Prayoga. Sekilas memandang, Prayoga berpaling ke arah Bisma yang sedang duduk. Tampak ia pun mendengarkan perkataan Rangga.

"Eh, sudah ada Paramitha menghubungi kita, Bis?"

Pertanyaan yang tiba-tiba, seperti mengagetkan Bisma. Sambil menoleh ke Prayoga, ia menjawab.

"Gak tau, Bang. Sejak alat komunikasi yang dipakai waktu pemanjatan kemarin rusak, kita kan gak bisa lagi menghubungi siapa pun? Kak Mitha sendiri belum ada ngubungin aku melalui telepon genggam."

Wajah Prayoga kembali mengernyit mendengar perkataan Bisma itu. Ia berpaling ke Rangga yang sedang membuka kotak makanan. Tampak makanan itu diambil dan ditaruh ke tissue sebagai alas.

"Terus Rangga, alat komunikasi kita itu udah bisa dipakai lagi gak? Kalo bisa, coba pakai untuk ngubungin Paramitha," tanya Prayoga kemudian.

"Beresin perlengkapan, aku sempat nyoba. Belum bisa dipakai, Bang. Mesti diperbaiki dulu. Tapi kita bisa pakai nomor telepon genggam. Kita udah gak di Shiprock lagi soalnya. Di sini sinyal seluler bagus. Kalo di sana kan, jaringan seluler emang gak ada makanya kita mesti komunikasi langsung dari satelit dengan alat itu."

Rangga menjawab sambil melangkah ke dekat tempat tidur Prayoga. Makanan yang diambil dari kotak, diletakkan di wadah kertas tissue dan ditaruh di meja.

"Coba dong hubungin Paramitha pake nomor telepon kamu, Rangga."

Mendengar Prayoga mengatakan itu, Rangga segera mengeluarkan telepon genggam dari dalam saku celananya. Sebuah nomor pun dipencet, sambil berjalan ke kursi dekat tempat tidur Prayoga untuk duduk.

"Kog gak bisa dihubungin ya, Bang?" tanya Rangga mengernyit.

Telepon genggam yang semula ditempelkan di telinga, kembali dipencet nomornya di layar. Melihat Rangga yang kesulitan menghubungi, Bisma juga mengeluarkan telepon genggam dan memencet nomor.

"Iya, Bang. Kog gak bisa dihubungin ya?"

Bisma pun membenarkan perkataan Rangga sambil memencet ulang nomor di layar teleponnya. Kini, Prayoga terdiam memandangi kedua orang ofisial yang menjadi teman dekatnya itu. Ia hanya memerhatikan mereka berulang kali menghubungi sang istri.

---

Bersambung

Terjemahan:

"La DEA ha cambiado el plan para enviar a Domingo a United States. Esa es la última información que conozco. Al principio querían usar aviones militares, pero parecía que había un conflicto entre las autoridades, por lo que finalmente se decidió llevar a Domingo. un vuelo civil a New York."

"DEA mengubah rencana pengiriman Domingo ke Amerika Serikat. Itu yang terahir aku tahu. Memang semula mereka hendak menggunakan pesawat militer tetapi tampaknya ada silang sengketa di antara lembaga yang berwenang, sehingga akhirnya diputuskan untuk membawa Domingo melalui penerbangan sipil ke New York."

"Programa los vuelos de tu gente a New York lo antes posible."

"Jadwalkan penerbangan orang-orangmu ke New York secepatnya."

"Si la situación es así, significa que solo tenemos tiempo entre la salida del avión que lleva a Domingo a New York y nuestro vuelo desde México, Roberto Díaz? A qué hora sale el avión de Domingo?"

"Kalau situasi seperti ini artinya kita hanya punya selisih waktu antara jam keberangkatan pesawat yang mengangkut Domingo ke New dengan jam pesawat kita dari Meksiko, Roberto Diaz? Jam berapa pesawat Domingo berangkat?"

"La Policía Central no se involucra con el vuelo de Domingo de México a los United States, Señora. Es una operación transfronteriza secreta de la DEA. La inteligencia de la Policía Central también obtiene la información en secreto."

"Kepolisian Pusat tidak ada ikut menangani penerbangan pesawat Domingo dari Meksiko ke Amerika Serikat, Nyonya. Semua itu operasi rahasia lintas negara yang dilakukan DEA. Hanya saja, intelijen Kepolisian Pusat mendapatkan informasi secara diam-diam."

"Está bien, Tía. Lo está organizando Juan."

"Baik, Bibi. Itu sedang diatur oleh Juan."

"Prepara el vuelo esta mañana, Juan. Llama a nuestros muchachos en Miami para encontrarnos en New York!"

"Siapkan penerbangan pagi ini, Juan. Hubungi orang-orang kita di Miami untuk berkumpul di New York!"

"Coffee, Mam?"

"Kopi, Bu?"

"One, please."

"Tolong satu."

"Since we will be landing in New York and i must continue my trip to New Mexico, what you suggest me better to do? Then I go by bus or by plane to New Mexico? I really have to know the situation in San Jose which had the tornado hurricane. My husband who is a rock climber, has a climbing exhibition in Shiprock."

"Karena kita akan mendarat di New York dan saya harus melanjutkan perjalanan lagi ke New Mexico, menurut saran Anda apa yang saya lebih baik lakukan? Pergi dengan bus atau naik pesawat ke New Mexico kemudian? Saya benar-benar harus tahu situasi di San Jose yang mana baru mengalami badai tornado. Suami saya yang seorang pemanjat tebing, sedang melakukan ekesebisi pemanjatan di tebing Shiprock."

"I think you would be better to take another flight to New Mexico, Mam. It will be safe for you to reach the place you mentioned before. Yes, there was a tornado hurricane in San Jose few days ago."

"Saya rasa lebih baik Anda naik penerbangan lagi ke New Mexico, Bu. Akan aman bagi Anda untuk mencapai tempat yang Anda sebutkan sebelumnya. Ya, ada badai tornado di San Jose beberapa hari yang lalu."


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C20
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login