Download App

Chapter 4: Sebuah Perpisahan

Setiap pertemuan pasti aka ada perpisahan, pun dengan perpisahan semoga setelahnya akan ada kesempatan untuk bertemu kembali, tentunya dalam keadaan yang lebih baik.

*

Setelah dibujuk dengan berbagai cara akhirnya Arsyla pun mau turun dari mobil. Raras ikut berjalan di sampingnya dan Yasa membantu menderek kopernya. Khadijah dan ketiga anaknya berjalan melewati beberapa asrama yang terbuat dari bamboo, di halaman depannya terdapat berbagai macam pohon ada kamboja, mangga, dan juga rambutan. Suasana pagi begitu terasa sejuknya sehingga membuat nyaman berlama-lama untuk berada di tempat itu.

Sedang asyik menikmati pemandangan disekitarnya, ada tiga orang santriwati yang menghampiri dan menyapa.

"Assalamu'alaikum ibu, ada yang bisa kami bantu?" Tanya santriwati yang mengenakan gamis biru muda dan kerudung yang senada dengan gamisnya.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh, oh iya dek, kami mau bertemu kepala pondok pesantren, kira-kira kami bisa menemuinya di mana ya dek?" Ungkap Khadijah.

"Oh ibu mau bertemu pak Haji Abduraahman yah, baik ibu biar kami antarkan ke rumah beliau." Jawabnya.

Santriwati itu pun membawa Khadijah menuju rumah pemilik pesantren, letaknya cukup jauh dari asrama putri, harus melewati masjid dan juga beberapa asrama lainnya. Karena perjalanannya lumayan sehingga santriwati itu menawarkan untuk menyimpan barang-barang di aula.

"Ibu mohon maaf sebaiknya untuk ransel dan kopernya biar di simpan terlebih dahulu di aula saja, khawatir berat dan kerepotan." Ungkap Santriwati itu.

"hmm… ya sudah gak apa-apa bund, aku sama raras di sini saja nunggu sambil nyimpen koper dan ranselnya." Ungkap Yasa.

Akhirnya Khaadijah dan Arsyla saja yang pergi diantar menuju rumah pak Haji Abdurrahman. Sebelum sampai ke rumahnya mereka melewati sederet pohon pinus yang menghiasi jalanan. Kurang lebih 10 menitan akhirnya mereka sampai dan dipersilahkan untuk masuk ketika pak Haji sudah memberikan izin.

"Silahkan masuk bu, Alhamdulillah pak haji dan bu haji sedang ada di rumah." Ungkap santriwati itu. Kemudian setelah tugasnya selsai santriwati itu pun undur pamit untuk kembali ke pondok.

Khadijah dan Arsyla duduk di kursi yang sudah disedikan di ruangan tamu, ruangan yang tidak begitu luas tapi memberikan kenyamanan dengan nuansa biru putih, satu stel kursi lengakap dengan meja berwarna biru langit, gordeng berwarana senada dengan kursi dan cat dindinnya berwarna putih cerah. Tepat dihadapan mereka ada meja kecil di atasnya terdapat bunga hiasan yang terdiri dari biru dan putih. Kemudian di atas vas bunga itu terdapat vigura besar yang di dalamnya ada fhoto ka'bah yang digantung di dinding. Sementara di sebelah kanan terdapat jam dinding berwarna biru bertulisakan lafadz Allah, dan di sebelah kiri terdapat lemari kaca yang cukup besar panjagnya sekitar 2 meter dan lebarnya sekitar seetengah meter, di dalamnya tersusun kitab-kitab dan buku-buku yang begitu rapih. Sedang asyik Arsyla melihat-lihat buku disampingnya, tiba-tiba pak haji beserta istrinya datang membuat Arsya gelagapan.

"Eh pak ustadz, maaf pak tadi raknya ke buka dan Arsya tertarik untuk melihat-lihat bukunya." Ungkap Arsyla menjelaskan tanpa diminta.

Pak haji dan bu haji terkekeuh,

"Ya gak apa-apa nak, buku itu memang sengaja di simpan di rak itu biar bisa di baca." Ungkap pak haji sambil duduk di kursi tepat di hadapan Arsyla. 

Sementara bu haji duduk di sebelah pak haji. Tidak lama kemudian datang seorang gadis seusia Arsyla, dia membawa nampan yang berisi gelas dan mkanan kemudian menghidangkannya di atas meja.

"Silahkan," Ungkapnya singkat sambil membungkukkan badanya.

"matur suwun Dilah." Ungkap bu haji

"Inggih bu haji, nuwun sewu saya mau ke belakang lagi." Jawab Dilah.

Setelah Dilah berlalu, pembicaraan pun dimulai, dan usut punya usut ternyata pak haji Abdurrahman adalah ayah angkatnya mendiang suami Khadijah, maka dari itu suaminya berpesan sebelum meninggal bahwa Arsyla harus masuk pesantren dulu sebelum kuliah. Setelah semuanya dijelaskan maka resmilah Arsyla menjadi santri di pesantren Al-Barkah. 

"Silahkan sambil di icip makanannya." Ungkap bu haji

"oh iya neng Arsyla usianya baru 17 tahun yah, sama kalau gitu sama Dilah yang barusan mengantarkan air minum."

Arsyla manggut-manggut tanpa berkata-kata.

"nanti biar Dilah juga yang mengantarkan kamu ke asrama, tapi sebelumnya harus menemui ibu asramanya dulu ya sayang." Ungkap bu haji 

"iya bu haji," jawab Arsyla singkat.

Setelah urusannya selsai Khadijah pun pamit, 

"baik pak haji dan bu haji, kalau begitu saya titip Arsya ya, saya pamit dulu." Ungkap Khadijah

"Iya nak insyaallah, mohon maaf saat suamimu meninggal, kami tak bisa ke sana karena kami sedang ada di luar kota sehingga kami hanya mengutus orang untuk menyampaikan ta'ziah dari kami" Ungkap pak haji 

"Iya pak haji tidak apa-apa, kami mengerti." Jawab Khadijah sambil menangkupkan tangan di depan dadanya, kemudian mencium punggung tangan bu haji, begitu pun dengan Arsyla melakukan hal yang sama seperti bundanya.

Khadijah dan Arsyla kembali ke pesantren di antarkan oleh Dilah, sesampainya di pesantren Dilah langsung membawanya ke kantor untuk bertemu ibu asrama dan setelah diberitahukan kamarnya Dilah pun bersiap untuk mengantarkan Arsyla.

"Ayo Arsyla aku antar ke kamar, kebetulan kita satu kamar." Ugkap Dilah sambil membantu membawakan kopernya yang telah diambil dari aula.

"oh iya mohon maaf untuk keluarga tidak diperkenankan untuk memasuki asrama cukup sampai depan pintunya saja." Jelas Dilah

"Lho kok gitu masa bunda sama adik-adikku gak boleh ikut masuk mengantarkan aku, kan Cuma masuk untuk melihat tempat tinggalku yang baru." Protes Arsyla.

"Maaf Arsyla memang aturannya seperti itu, silahkan baca di papan sana sudah di jelaskan." Jawab Dilah sambil menunjuk papan pengumuman depan aula.

"kalau gitu nanti aja aku masuk ke asramanya, aku mau kangen-kangenan dulu sama keluargaku di sini." Ungkap Arsyla 

Dilah pun meninggalkannya dan Arsyla kini memeluk bundanya tanpa kata-kata, sedangkan Khadijah berusaha untuk menahan tangisnya,

"sudah sayang kamu jangan sedih, kan nanti setiap hari minggu bisa telepon. Setiap pertemuan pasti aka ada perpisahan, pun dengan perpisahan semoga setelahnya akan ada kesempatan untuk bertemu kembali, tentunya dalam keadaan yang lebih baik" Ungkap Khadijah sambil melepaskan pelukan Arsyla.

Kemudian Arsyla memeluk kedua aadiknya sambil berkaca-kaca

"kalian jangan rindu kakak yah, biar kakak aja yang rindu kalian, jangan nakal, jagain bunda pokoknya." Ungkap Arsyla so so an menjadi anak yang sudah dewasa padahal dirinya pun masih cengeng.

*

30 menit kemudian setelah kangen-kangenan Arsya harus berpisah dengan bunda dan kedua adiknya, dan Arsya pun megantarkan mereka menuju parkiran, sesampainya di parkiran mereka berpelukan kembali dan saat bunda dan kedua adiknya sudah berada di mobil Arsyla tidak kuat menahan tangisnya, dia pun sesenggukan dan melambaikan tangannya. Mobil pun di jalankan perlaha oleh Khadijah dan Arsyla berusaha untuk mengejar sambil menangis.

"Bunda jangan tinggalin Arsya." Teriak Arsyla.

Setelah mobil bundanya berlalu dan tidak terlihat lagi, dengan gontai Arsyla kembali ke aula dan memakai kembali tas ranselnya serta tangan kanannya menderek koper birunya, dia berjalan menuju asrama dengan gontai dan sesekali tangan kirinya mengusap pipinya yang basah dengan air mata.

*

Bersambung, insyaallah besok di sambung lagi yah, like dank komen mu sangat berarti, terimakasih.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C4
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login