Download App

Chapter 2: Sumbu Pendek & Pemicunya

Kemarin, Jupi dan Arkhee kembali ke dinas tempat mereka melakukan penelitian. Dan hari ini mereka akan mulai melakukan pengolahan data. Beberapa materi yang sudah mereka kumpulkan, lebih tepatnya Jupi kumpulkan, sekarang akan mereka olah semuanya hari ini. Harus hari ini karena besok Jupi ada urusan lain.

Sesuai janji tadi, Arkhee akan datang sore nanti setelah rapatnya dengan anak-anak senat selesai. Jupi, sih, oke-oke saja asal dia datang sesuai dengan janji yang lagi-lagi dibuat oleh laki-laki itu sendiri.

Sembari menunggu Arkhee datang, Jupi menyiapkan lebih dulu beberapa contoh materi yang sama dengan tugas yang harus mereka kerjakan. Kenapa Jupi lebih serius terhadap tugas ini? Karena memang sesusah itu untuk membuatnya.

Mata kuliah perancangan undang-undang bukanlah mata kuliah yang sepele meskipun hanya 3 sks saja. Di semester sebelumnya, mereka sudah mendapatkan materi pengantarnya dan sekarang waktunya mereka mempraktekkan apa yang sudah mereka dapatkan di semester sebelumnya.

Walaupun mereka hanya mahasiswa hukum yang penyusunannya tidak seserius pejabat pemerintahan menyusun sebuah peraturan, tapi Pak Awal itu tipikal dosen yang sangat-sangat teliti. Dia saja beberapa kali diminta untuk menyusun rancangan undang-undang dari pemerintah. Dan sekarang dia menerapkan pekerjaannya itu kepada para mahasiswanya.

Jupi tidak keberatan sama sekali dengan tugas yang terbilang ada di level hard ini. Toh, ini akan mereka terapkan di dunia kerja nantinya. Masa, sih, lulusan fakultas hukum tapi tidak tahu bagaimana cara perancangan sebuah peraturan.

"Awas aja kalo dia telat lagi," gumam Jupi saat pandangannya terlempar ke jam digital mini yang ada di meja belajarnya.

Tidak berselang lama, suara Arkhee terdengar di pintu depan kosnya. Ternyata laki-laki itu menepati janjinya kali ini untuk datang lebih awal.

"Masuk," pinta Jupi mempersilakan Arkhee masuk.

Untung saja kos Jupi ini terbilang kos bebas tapi sopan. Kos ini sebenarnya sebuah rumah yang sudah tidak ditinggali lagi oleh pemiliknya karena mereka memilih tinggal di rumah yang lebih besar. Di dalam ruangan utama ada 4 kamar, salah satunya kamar milik Jupi. Dan di kosan itu, kebetulan hanya Jupi yang perempuan, sisanya penghuni laki-laki. Tapi, Jupi tidak takut atau risih sama sekali karena kamarnya yang selalu tertutup rapat. Juga, para penghuni kos yang saling menjaga dan menghormati privasi orang lain.

"Tunggu sini, gue ambil bahannya dulu," ucap Jupi kepada Arkhee yang sudah duduk lesehan di lantai beralaskan karpet yang sebelumnya sudah disediakan Jupi sebagai tempat untuk mengerjakan tugas.

"Pi, gue boleh minta kopi nggak? Ngantuk, nih," ucap Arkhee sebelum Jupi masuk ke kamarnya.

"Kopi gue habis."

"Ya, beli dong. Masa tamu nggak disuguhi minuman, sih."

Jupi mendengus tapi tetap menuruti permintaan Arkhee. Benar juga katanya, untuk sekarang Jupi bisa memperlakukan Arkhee sebagai tamunya.

"Nih." Jupi meletakkan segelas kopi hitam ke hadapan Arkhee yang disambut dengan cengiran dari laki-laki itu. Detik berikutnya Jupi masuk lagi ke kamarnya untuk mengambil bahan yang harus mereka selesaikan.

"Geser dikit kopi lo," perintah Jupi.

Arkhee menurut tanpa kata. Jupi meletakkan beberapa lembar kertas di meja yang menjadi pembatas keduanya. Lalu, dia ikut duduk melantai sama seperti Arkhee.

"Lo kerjain bagian ini, sisanya gue. Kalo udah, kita masuk ke bagian yang lain," ujar Jupi sembari memberi tanda di bagian yang harus dikerjakan Arkhee.

Jupi itu orangnya teliti. Jadi, Arkhee hanya menurut saja bagian-bagian yang harus dia kerjakan.

Ini sisi positif yang bisa diambil Jupi dari Arkhee. Karena laki-laki itu memiliki otak dan daya pikir yang tidak bisa diragukan lagi, jadi Jupi tidak perlu lagi menjelaskan panjang lebar mengenai cara pengerjaan tugasnya. Juga, di perkuliahan anak hukum yang lebih banyak mengandalkan hasil analisis, jadi Jupi bisa berharap banyak pada Arkhee.

Setidaknya dia bisa melimpahkan sebagian tugas berpikirnya ke Arkhee. Berbeda dengan beberapa teman kelasnya yang semuanya harus dijelaskan panjang lebar oleh Jupi lebih dulu.

***

"Mau ke mana lo?" tanya Arkhee saat melihat Jupi yang bangkit dari duduknya.

"Mau mandi," balas Jupi singkat dan masuk ke kamarnya.

Setengah jam kemudian, Jupi keluar dengan pakaian yang baru juga terlihat sedikit segar. Rambut sebahunya dibiarkan sedikit basah.

"Kenapa malah baring-baring, sih? Udah selesai tugas lo?" tanya Jupi saat mendapat Arkhee yang malah tiduran sambil memainkan ponselnya.

"Cape, Pi. Gue udah laper juga. Lo mau bunuh gue pake tugas-tugas itu?" ketus Arkhee.

Jupi hanya mendengus. Memang sudah waktunya makan malam juga. Karena terlalu serius dengan tugas masing-masing, mereka sampai lupa dengan waktu makan.

"Lo mau makan ayam geprek?" tanya Arkhee yang masih sibuk dengan ponselnya.

"Lo mau beliin gue makanan?"

Arkhee mengangguk tanpa menoleh ke arah Jupi. "Tapi lo bayar sendiri lah. Gue bantu pesenin doang."

"Sialan!" umpat Jupi. Dia pikir laki-laki itu benar-benar akan mentraktirnya. Oh, Jupi, orang yang ada di depan ini adalah Arkhee, bukan teman yang lain yang biasa memberi makanan gratis.

"Hoam …." Arkhee menguap begitu keras sampai Jupi berdecak tidak suka.

"Gue mau tidur bentar, ya, Jup," ujar Arkhee yang detik berikutnya sudah membaringkan tubuhnya di karpet tersebut.

Jupi tidak terlalu ambil pusing. Dia masih fokus dengan bagiannya yang masih setengah jalan itu. Jam dinding di ruangan itu juga sudah menunjukkan jam 1 malam. Wajar saja kalau Arkhee sudah tepar. Padahal laki-laki itu sudah menghabiskan dua gelas kopi, tapi tetap saja tumbang.

Arkhee sudah memutuskan untuk menginap di kos Jupi karena tugasnya masih belum selesai. Inilah alasan Arkhee memaksa mengerjakan tugas mereka di kos Jupi. Setidaknya dia sedikit bebas dan tidak dikejar jam berkunjung sama seperti kos teman-teman cewek yang lain. Apalagi dia bisa sedikit bebas dengan tiduran di ruangan yang cukup luas ini.

***

Arkhee mengerjap-ngerjapkan kedua kelopak matanya karena tidak nyaman saat sinar matahari menerpa wajahnya. Setelah sadar sepenuhnya, dia langsung mendudukkan tubuhnya dan melihat ke sekeliling.

Di luar sudah terang. Bahkan, sinar matahari sudah merangsek masuk ke dalam ruang tamu kos Jupi. Saking lelahnya Arkhee karena kegiatannya kemarin yang sangat padat, dia sampai tidak sadar lagi sudah tidur sampai pagi. Padahal dia hanya bilang ke Jupi untuk tidur sebentar.

Karena takut Jupi marah lagi akibat dirinya yang tidur kebablasan, Arkhee bangkit dan mendekat ke kamar Jupi. Diketuknya beberapa kali pintu bercat coklat itu, tapi tidak ada jawaban.

"Dia ninggalin gue tidur sendirian di sini? Sialan tuh anak," gerutu Arkhee sembari mengambil ponselnya di atas meja dan menghubungi gadis tersebut.

***

"Lo ke mana, sih, tadi? Kok ninggalin gue tidur sendirian?" Arkhee langsung menyembur Jupi saat dia melihat sosok itu tengah makan bersama teman-temannya di kantin kampus.

"Wah, ada apa, nih? Lo berdua tidur bareng?" tanya Lisya penuh selidik.

"Dan lo ditinggal begitu aja?" timpal Abi dengan cekikikan tidak jelas.

"Dia nginap di kosan buat kerja tugas Pak Awal," ucap Jupi meluruskan.

"Terus kenapa lo nggak bangunin gua pas pergi? Gue kek pengungsi tau nggak, tidur sendirian gitu di ruang tamu. Mana ditegur sama ibu kosan lagi," gerutu Arkhee yang masih kesal dengan Jupi.

"Eh, bego. Siapa suruh lo tidurnya kayak orang mati? Gue hampir telat perginya hanya karena bangunin lo yang nggak bangun-bangun itu. Lain kali lo nggak usah nginap di kosan gue aja, deh. Ngerepotin tau nggak?" balas Jupi dengan nada bicara yang sudah naik satu oktaf.

Dia sudah tidak peduli lagi dengan tatapan beberapa orang yang terarah ke mereka. Siapa suruh Arkhee yang menyulut emosinya. Laki-laki itu yang buat salah tapi malah Jupi yang disalahkan. Kebiasaan Arkhee ini yang selalu berhasil membangkitkan kemarahan Jupi.

"Si sumbu pendek udah diusik lagi. Dasar Arkhee," decak Abi.

Selalu seperti ini. Dua orang itu kalau bertemu pasti ada saja hal yang mereka ributkan. Jupi yang terkenal sebagai sumbu pendek pasti akan meledak saat si pemicu keributan seperti Arkhee mendekatinya.

Semalam saja keduanya tetap ribut hanya karena Arkhee yang tidak terima dengan format penyusunan yang menurutnya tidak bagus. Jupi tentu saja emosi. Sudah tau format yang harus mereka ikuti memang seperti itu, kenapa harus dipermasalahkan Arkhee?

Kalau saja salah satu teman kos Jupi tidak datang menyapa Arkhee, mungkin perdebatan mereka akan berlangsung lama. Atau mungkin Jupi akan mengusir Arkhee dari kosnya saking geramnya dia dengan sikap Arkhee.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login