Download App

Chapter 2: Dicampakkan

"Siapa, ya?" tanya seorang wanita dengan wajah pucat yang memiliki tahi lalat di bawah mata sambil melempar tatapan tak suka pada Olivia.

"Apa ini apartemen Erfan?" tanya Olivia sambil tersenyum ramah.

"Siapa, Mel?" tanya seseorang dengan suara bariton dari dalam.

Tiba-tiba Erfan muncul dan berhenti di belakang wanita yang bernama Melisa ini. Hal tersebut sontak membuat hati Olivia terguncang, ditambah lagi Erfan mengenakan handuk kimono putih dengan dada yang terbuka. Membuat pikirannya traveling ke mana-mana.

Erfan sendiri pun panik melihat kehadiran Olivia di apartemennya, jantungnya sampai hampir copot dari rongganya. Namun, dia berusaha menyembunyikan kepanikannya di hadapan Melisa.

"Siapa dia Erfan?" tanya Melisa penasaran.

"Kamu masuk dulu Melisa, aku akan menjelaskannya nanti," kata Erfan sambil berusaha mendorong Melisa masuk, lalu menutup pintu rapat-rapat.

Erfan menggiring Olivia beserta kopernya sedikit menjauh dari pintu apartemennya.

"Siapa wanita tadi, Erfan? Kenapa pakaiannya begitu? Apa yang sedang kamu lakukan dengannya?" tanya Olivia dengan tatapan menuntut.

"Ada apa kamu mencariku?" Erfan balik bertanya dengan sedikit berbisik sambil menatap ke sana kemari penuh waspada. Dia terlihat sangat ketakutan dan tidak tenang.

"Tentu saja aku ingin menemuimu. Sudah satu tahun kamu menghilang tanpa kabar. Apa kamu lupa pada pertunangan kita? Tahun ini kamu janji akan menikahi aku, kan?! Penyakit ibuku semakin parah, dia menyuruhku untuk segera menikah denganmu," cecar Olivia dengan suasana hati yang mulai memburuk. Dia hanyut dalam kesedihan mengingat ibunya yang sedang terbujur kaku di rumah sakit.

"Lupakan pertunangan itu, sebaiknya kamu kembali ke kampung sekarang juga. Jangan membuatku berada dalam masalah," ujar Erfan tak ramah, seakan mengusir dengan paksa.

Hati Olivia sampai berdenyut nyeri mendengarnya, dia menatap tak percaya pada apa yang kekasihnya ucapkan.

"Masalah apa yang akan aku timbulkan? Aku datang jauh-jauh kemari karena aku menghawatirkanmu. Kenapa malah mengatakan sesuatu yang membuatku sedih begitu? Apa kamu tidak merindukan aku selama ini?" tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

"Olivia, aku sudah melupakan pertunangan kita. Dari tahun lalu aku berniat memutuskan pertunangan denganmu, tapi aku selalu tidak sempat menemui keluargamu. Dengar, wanita tadi adalah Melisa. Aku mencintainya, aku berniat menikahinya bulan depan. Kamu tiba-tiba datang, aku cemas kamu akan menimbulkan masalah. Aku mohon, kamu pergi sekarang dan jelaskan semuanya pada orang tuamu. Jangan merusak kebahagiaanku," bujuk Erfan sambil menggenggam kedua tangan Olivia dengan tatapan memohon.

Tanpa perintah, air mata Olivia jatuh tak tertahan. Matanya berkedut memerah panas. Perkataan Erfan telah menusuk hatinya begitu dalam dan meremuknya sampai hancur berkeping-keping. Yang lebih menyakitkan lagi Erfan sampai memohon demi bisa bahagia dengan wanita lain.

'Jangan merusak kebahagiaanku.'

Perkataan itu berdengung ditelinganya. Olivia dengan tatapan kosong dan hati yang tak tertolong menepis tangan Erfan dan pergi dari situ membawa segudang luka. Sakit hatinya sudah tidak ada obat. Erfan memutuskannya begitu saja dan malah tak tahu diri mengatakan ingin menikahi wanita lain.

Tidak sadar semua pembicaraan mereka di dengar oleh Petra karena mereka berbicara tepat di depan pintu masuk apartemennya. Apartemen Petra bersebelahan dengan apartemen Erfan. Petra bukan sengaja mau menguping, awalnya Petra ingin ke luar membuang sampah, tapi ada dua orang yang mengobrol di depan pintu. Tanpa sadar dia larut dalam percakapan Olivia dengan Erfan.

Setelah Petra membuang sampah, dia mengambil segelas anggur merah dan termenung di dekat kaca jendela besar sambil meneguknya. Dari lantai paling atas, dia melihat Olivia yang sedang duduk di trotoar jalan sambil memeluk koper serta tas besar.

Petra terus menatapnya sampai dirinya tak menyadari sudah berdiri di balkon dengan angin malam yang berembus menusuk kulit.

Dia melihat jam tangan bermerk yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.

"Menyedihkan," gumamnya sambil meneguk kembali anggur merahnya dengan tenang.

Saat Petra berbalik dan akan masuk ke dalam, langkah kakinya tiba-tiba terhenti, matanya terbelalak besar. Dia mendengar suara desahan penuh kenikmatan dari apartemen sebelah yang membuat bulu kuduknya langsung merinding.

Begitu dia menoleh ke sumber suara, tak disangka dia melihat pertunjukan menggairahkan antara Erfan dengan Melisa yang sedang berhubungan intim di kursi balkon. Erfan begitu kuat menekan hingga membuat Melisa menjerit kesakitan, kursi balkon bahkan sampai menghentak-hentak lantai saking kuatnya mereka bermain.

Wajah Petra sontak memerah seperti air panas yang mendidih. Dia segera memalingkan wajahnya dan masuk ke dalam.

Di saat yang bersamaan ponselnya berdering, ada panggilan masuk dari Lucas-adik kandungnya. Tuan Muda kedua keluarga Rhanandra yang tidak kalah tampannya dengan sang kakak. Usia mereka hanya selisih dua tahun saja. Namun, Lucas memiliki kepribadian ramah dan periang, berbeda dengan Petra.

"Ya, Lucas?" ucap Petra sambil meletakkan gelas di atas meja.

"Kakak di mana? Apa sudah melupakan acara malam ini? Kak William, Kak Noah dan para Tuan Muda lainnya sudah menunggu dari tadi. Jika Kakak tidak datang, mereka akan sangat kecewa. Acara konvoi pun tidak akan berjalan dengan lancar," ucap Lucas dengan dentuman musik disko yang menjadi latar belakangnya.

Petra meregangkan otot-otot tubuhnya sambil menghela napas panjang. "Aku akan datang. Biarkan mereka menunggu sedikit lebih lama."

Panggilan telepon dimatikan. Petra segera bersiap-siap dan pergi menggunakan mobil sport berwarna hitam.

Mobil itu melaju melewati trotoar di mana Olivia yang masih duduk di sana dengan bebawaannya sambil menerima telepon, entah dari siapa.

Petra memperhatikan diam-diam dari kaca spion, wanita berambut panjang sepinggang itu menyeret kopernya masuk ke sebuah taksi dan pergi dari situ.

Tidak peduli apa yang wanita itu lakukan, Petra melajukan mobilnya menuju sebuah bar di mana sudah berkumpul para Tuan Muda Kota A dengan mobil sport yang berbaris dengan rapi di area parkir. Para Tuan Muda yang masing-masing memiliki kedudukan dan keunggulan dalam bisnis keluarga dan saling memiliki ikatan yang kuat.

Petra Rhanandra merupakan Tuan Muda pertama Kota A, penampilan dan kekuasaannya lebih unggul dari yang lain, tapi tidak ada yang tahu kalau dia memiliki dua kepribadian ganda. Di bawahnya ada sang adik, Lucas Rhanandra yang selalu ingin bersaing dengan Petra.

Lalu kemudian Tuan Muda ketiga William Milner, banyak yang bilang sifatnya sedikit mirip dengan Petra, dingin dan bicara hanya seperlunya, tapi dia merupakan seorang dokter yang katanya sangat ramah pada pasien. Entah yang mana yang benar.

Tuan Muda keempat adalah Noah Johnson, terkenal dengan sebutan playboy karena sering berganti pasangan. Moto hidupnya adalah wanita, wanita dan wanita. Tak jarang dia sering masuk berita atas skandalnya dengan aktris, model dan publik figur lainnya.

Dan masih ada beberapa Tuan Muda lainnya yang tidak disebutkan namanya. Mereka semua akan bersenang-senang malam ini, lalu mengadakan acara konvoi mobil sport bersama.

...

Di sebuah kelab malam, Olivia menghampiri Jerry-teman Erfan setelah menghubunginya. Dia berniat menceritakan kesedihannya pada Jerry.

Olivia mengira Jerry sedang berada di rumah, tidak tahunya dia sedang berada di tempat hiburan yang banyak sekali wanita malam dengan pakaian seksi.

"Livia, di sini!" teriak Jerry-pria berambut gondrong dengan anting di telinga kirinya sambil melambaikan tangan. Jerry sudah terbiasa memanggilnya dengan sebutan Livia.

Olivia menghampirinya dengan menyeret koper, lalu duduk sambil celingukan ke sana kemari. Terdapat beberapa botol minuman di atas meja dan camilan yang berserakan di mana-mana. Pencahayaan di sekitar pun remang-remang, membuat mata Olivia sedikit pusing.

"Ada apa denganmu? Kenapa kamu kemari membawa koper? Belum bertemu dengan Erfan?" tanyanya sambil menyembunyikan koper Olivia agar tidak menghalangi jalan.

Olivia menghela napas hampa. "Tidak lihat mataku sebengkak ini?" Dia menunjuk kedua matanya yang merah bengkak karena terlalu larut dalam kesedihan.

"Astaga, apa sesuatu telah terjadi?" tanya Jerry dengan ekspresi terkejut.

...

BERSAMBUNG!!

Di bab 3 banyak kejutan, lho! Jangan lupa komentar pendukungnya yaa...


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login