Download App

Chapter 3: Bagian 3

Drrrt drrrt

Getaran ponsel mengalihkan perhatian seorang pria tua berwajah galak. Dia menutup map kuning di hadapannya untuk kemudian mengambil ponsel. Sorot mata tajam bak elang mendadak berbinar saat membuka pesan, tetapi perlahan berubah menjadi sendu.

Dia tengah menonton video yang dikirimkan oleh orang kepercayaannya. Rekaman itu menampilkan keluwesan Putri dalam membawakan Tari Jaipong. Kecantikan khas gadis Indonesia dipadukan dengan keindahan gerak lenggak-lenggok nan anggun, menerbitkan secercah harapan bagi pria tua itu.

Dirja, si pria tua memang dikenal sebagai pengusaha bertangan dingin tak berperasaan. Namun, siapa sangka dia adalah lelaki bucin istri. Saat rekanan bisnis bermain api dengan wanita-wanita simpanan, Dirja tak pernah sekalipun terpikirkan untuk mengkhianati cinta sang istri. Sayangnya, Sulistyawati, istri Dirja, tengah mengalami depresi berat.

Sulistyawati adalah seorang guru tari. Dirja bahkan pertama kali jatuh cinta saat melihat keindahan gerak tari wanita itu. Namun, dua puluh tahunan yang lalu terjadi musibah pada Arunika dan Syailendra, murid kesayangan Sulistyawati. Keduanya tak bisa diselamatkan dan meninggal dunia di tempat kejadian perkara. Sejak saat itulah, Sulistyawati mulai kehilangan semangat hidup.

Hanya selang 2 tahun, anak pertama Dirja dan istrinya juga tewas dalam kecelakaan maut. Tak ayal, Sulistyawati seketika mengalami goncangan jiwa yang dahsyat. Berbagai cara sudah dilakukan Dirja untuk mengobati sang istri, tetapi masih belum membuahkan hasil.

"Gadis ini akan menjadi harapan untuk Sulis ...," gumam Dirja lirih.

Ya, gadis dalam rekaman video alias Putri memang sangat mirip dengan Arunika. Tentu tak salah jika Dirja berharap besar. Dia pun segera mengirimkan pesan kepada orang kepercayaannya.

["Cari tahu di mana tempat tinggal gadis itu dan apa saja kelemahannya yang bisa kita manfaatkan. Kita harus bisa membuatnya bekerja untuk kita."]

Tepat setelah pesan terkirim, terdengar suara ketukan pintu. Gaya mengetuk khas sekretarisnya. Dirja menghela napas berat. Dia sudah menduga siapa tamu yang datang berkunjung, cucunya, Aldi.

Urusan gadis penari mirip Arunika harus dikesampingkan dulu. Masalah cucu pertamanya lebih prioritas untuk diselesaikan. Isu miring yang bisa menjadi bom kapan saja.

Suara ketukan pintu terdengar lagi. Kali ini, diikuti salam yang santun.

"Masuk!" perintah Dirja.

Pintu dibuka perlahan. Benar saja, lelaki berambut tipis beruban masuk, lalu sedikit membungkuk. Dirja mengibaskan tangan, memberi isyarat agar sang sekretaris tidak membuang-buang waktu dengan basa-basi yang menurutnya tidak penting untuk saat ini.

Sekretaris terdiam sejenak sebelum mulai berbicara, "Pak Dirja, mohon maaf mengganggu, saya mau memberitahukan kalau Pak Aldi sudah datang."

Tebakan Dirja tepat sasaran. Aldi yang dimintanya untuk datang tiba lebih awal 10 menit dari perkiraan. Salah satu kebanggaannya pada Aldi, selalu menghargai waktu. Kalau soal prestasi cucunya itu sudah jangan ditanya lagi. Sayangnya, sedang ada masalah pelik yang mendadak muncul di tengah naiknya pamor Aldi di antara para investor.

"Pak?" Suara sekretaris membuyarkan lamunan.

Dirja berdeham menghilangkan rasa malu karena ketahuan melamun. "Suruh dia masuk!" titahnya tak lama kemudian.

"Baik, Pak."

Sekretaris membungkuk lagi dengan sopan. Dia permisi keluar. Tak lama kemudian, lelaki itu kembali bersama pemuda tampan yang tak lain adalah Aldi.

"Kamu boleh kembali ke ruanganmu, Sam," tukas Dirja.

"Baik, Pak. Saya permisi.

Samudra, sekretaris kepercayaan Dirja itu pun ke luar ruangan. Kini, tinggallah kakek dan cucu yang terjebak hening. Hampir 5 menit mereka hanya saling menatap tajam dalam kebisuan, hingga akhirnya Dirja angkat bicara.

"Duduklah!" perintahnya.

Aldi menarik kursi di depan meja dan duduk dengan elegan. "Apakah isu belok itu yang membuat Pak Dirja memanggil saya?" tanyanya tanpa basa-basi.

Seminggu lalu, Aldi memang diterpa gosip tak sedap. Dia diisukan sebagai penyuka sesama jenis karena beredar fotonya dengan kostum menari wanita. Masyarakat Indonesia sangat sensitif dengan hal itu, sehingga para investor dan dewan direksi mulai mempertimbangkan kembali rencana pemilihan Aldi sebagai presiden direktur di perusahaan utama menggantikan Dirja. Saat ini, Aldi baru menjabat presiden direktur di perusahaan cabang dengan performa terbaik.

Dirja mendengkus. "Apakah seorang cucu harus memanggil kakeknya dengan sebutan Pak Dirja?" sindirnya.

"Bukankah Bapak yang selalu mengajarkan saya untuk bersikap profesional jika di kantor?" balas Aldi tak kalah sinis.

Sejak insiden menimpa murid neneknya, dia menjadi jaga jarak dengan Dirja. Dulu, Aldi juga merupakan salah satu murid di sanggar tari yang didirikan oleh Syailendra.

"Terserah kau saja!" Dirja menghela napas berat, sebelum lanjut berbicara, "benar, aku memanggilmu soal isu yang beredar. Jadi, apa cucuku ini punya penjelasan yang bagus soal itu?"

Aldi melirik malas. "Anda tahu itu hanya gosip murahan bukan? Foto yang tersebar itu pun bukankah Anda sendiri yang memotretnya?"

Dirja mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"

"Apa Anda lupa? Itu foto saat saya dan teman-teman di Sanggar Tari Adi Luhur membawakan Tari Lengger Lanang dan berhasil menjadi juara se-kabupaten."

Dirja seketika terdiam. Dia tak mungkin melupakan momen itu. Kenangan indah saat senyuman Sulistyawati lebih indah dari biasanya. Waktu itu, sang istri begitu bangga karena Syailendra dan Arunika, duo murid kesayangan berhasil membimbing cucunya menjadi juara. Dirja bahkan sampai membatalkan banyak agenda pentingnya hanya demi menemani sang istri dan mengabadikan momen kemenangan Aldi.

"Ah ya, aku baru ingat," gumam Dirja ragu. Namun, dia tahu masalah belum selesai. "Tapi, kenapa kamu belum juga menikah? Pacar pun tidak punya. Gadis-gadis cantik yang mendekat seperti tidak membuatmu tertarik," cecarnya.

Sebenarnya, Dirja memang sudah lama mencemaskan hal itu. Bahkan, jika tidak ada gosip sekalipun, Aldi tetap harus menikah agar bisa memiliki penerus. Namun,.sah cucu seperti tak tertarik pada wanita.

"Karena saya mirip dengan Anda," sahut Aldi tenang, tetapi mampu membuat Dirja melotot.

"Aldi!"

Aldi tersenyum hambar. "Iya, mirip. Sekali jatuh cinta, kita berdua akan sulit berpaling ke lain hati. Seperti Pak Dirja yang tetap setia bagaimanapun keadaan Ibu Sulistyawati, saya pun memiliki gadis yang sudah mencuri hati saya."

"Jangan berbohong! Gadis mana? Kau tidak pernah dekat dengan gadis mana pun?" berang Dirja.

"Wulan. Saya tidak akan menyerah sampai bisa menemukan Wulan kembali," tegas Aldi.

"Terserah kau saja! Tapi, jika isu penyuka sesama jenis itu tidak bisa kau selesaikan, aku akan mempertimbangkan untuk menggantimu di PT. Karya Lestari dengan yang lain!" ancam Dirja.

Sayangnya, Aldi tak tampak goyah. Wajahnya tetap tenang dan dingin.

"Saya mengerti, Pak. Apakah ada lagi yang perlu Anda sampaikan?"

"Tak ada. Kembalilah bekerja!" titah Dirja sembari menekan kening yang berdenyut.

"Baik, Pak. Saya permisi, Pak."

Aldi bangkit dari kursi. Dia memberi salam, lalu segera keluar dari ruangan. Setelah agak jauh dari ruang kerja kakeknya, pemuda itu mendecakkan lidah, lalu mengacak-acak rambutnya dengan kasar.

***


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login