Download App

Chapter 16: Cry

Di hotel milik keluarga Bowie, semua orang tengah menatap ruangan pesta yang sangat besar dan bisa menampung lima ribu tamu serta memiliki pintu yang tersambung dengan taman. Alder dan Chelsea berencana menggelar pertunangan di luar dan pestanya akan dilaksanakan di dalam ruang pesta hotel.

"Sayang, kamu suka?" tanya Alder.

"Suka. Apa ini tidak terlalu mewah hanya untuk pertunangan saja?" tanya Chelsea.

"Acara pertunangan kita harus terlihat mewah karena hanya terjadi sekali dalam seumur hidup," jawab Alder sambil merangkul Chelsea.

Mereka melihat-lihat ruangan pesta dan sekalian mengobrol dengan karyawan hotel.

"Apa untuk event organizer mau sekalian dari sini?" tanya Lina.

"Iya dari sini aja," jawab Arga.

Alder melihat seluruh ruangan itu masih kosong menatap Lina.

"Apa bisa nanti kami menerbangkan balon di ruangan ini?" tanya Alder.

"Tuan, maaf. Sangat berbahaya kalau menerbangkan balon yang berisi helium," jawab Lina.

"Alder, tidak usah. Kamu menerbangkan merpati aja," kata Kaila.

Chelsea menyetujui ucapan Kaila. Dia tidak mungkin menolak permintaan mamanya Alder.

"Kamu suka? Aku mendukung kamu kalau kamu sukanya begitu," kata Alder sambil menangkup wajah Chelsea.

"Sayang, makasih," balas Chelsea dengan senyum manisnya dan pancaran mata penuh cinta pada Alder.

"Sudah, kalian bikin iri aja saat saling menatap," kata Kaila.

Semua orang yang di sana tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapan Kaila.

"Mama jadi sakit perut gara-gara kamu," kata Sienna.

"Mama ke toilet aja kalau sakit perut," balas Kaila.

"Cukup. Kalian buruan pilih apa aja yang mau diminta untuk acara pertunangan kalian," kata Arga.

"Iya, Pa. Kita menggunakan event organizer aja," balas Alder.

"Oke, nanti pilih dekor yang bagus. Kalian mau temanya seperti apa?" tanya Theodor.

"Temanya seperti di film kerajaan saja," jawab Alder.

"Aku mau jadi putrinya," balas Chelsea sambil tersenyum lebar.

Mama mau jadi ratu," kata Kaila.

"Sayang, kamu ratu di hatiku," balas Theodor.

"Kalian romantis sekali," puji Sienna.

"Parah, kalian bikin orang pada iri," kata Rebecca.

Orang tua Chelsea hanya bisa sedikit mengobrol karena mereka tidak terlalu dekat dan takut salah bisa.

***

Suara kamera terdengar di studio foto saat seorang fotografer memotret Paola dengan berbagai macam pakaian yang sangat cantik dan cocok dipakainya.

"Oke, semuanya sudah bagus," kata Vincent.

Jayden menatap Paola penuh kagum. Dia memberikan minuman pada Paola setelah selesai pemotretan beberapa sesi.

"Sini aku bantu," kata Jayden melihat Paola kesusahan membuka tutup botol.

"Terima kasih," balas Paola setelah dibukakan botol minumnya.

Jayden seketika meneguk salivanya saat melihat Paola menegak air itu perlahan hingga menetes dari sela bibirnya. Dia memang selalu dekat dengan Paola, tapi dia pria dewasa yang tidak bisa memungkiri keseksian dari perempuan di hadapannya.

"Jayden," panggil Paola.

Paola yang sudah selesai minum menjentikkan jarinya di hadapan Jayden saat melihat Jayden hanya diam saja.

"Paola, maaf. Ada apa?" tanya Jayden.

"Apa kamu tergoda sama aku?" tanya Paola dengan senyum miringnya sambil mengelap bibirnya yang basah.

"Paola, jangan memancing aku," balas Jayden.

Jayden mengalihkan pandangannya ke arah lain. Dia tidak mau melihat Paola lebih lama lagi.

"Kamu lucu sekali. Kita makan di luar yuk, lapar nih," kata Paola.

"Kamu masih ada beberapa sesi pemotretan lagi. Masih ada produk sampo dan sabun yang harus kamu promosikan," balas Jayden.

"Kamu harus percaya sama aku kalau hari ini semua pemotretan akan selesai dan produk-produk yang aku pegang nanti akan langsung terjual," kata Paola.

Paola menepuk pipi Jayden lalu berlalu ke ruang ganti untuk mengganti pakaiannya.

"Kita jalan sekarang," kata Paola saat sudah selesai berganti pakaian.

Jayden mengajak Paola pergi ke restoran dekat studio. Mereka langsung diberikan ruangan VIP karena Paola tidak terlalu suka berbaur dengan orang-orang yang akan mengganggu acara makannya. Mereka langsung memesan makanan dan minuman setelah duduk di kursi.

"Paola, kamu akan sakit kalau terus merokok," kata Jayden saat melihat Paola menyalakan rokoknya.

"Ini aku ada lagi, kamu mau?" tanya Paola.

"Tidak. Jangan kebanyakan merokok, nanti kamu sakit," jawab Jayden lembut.

"Jayden, rokok itu dapat membuat kita tenang," kata Paola.

"Terserah kamu," balas Jayden.

Mereka menunggu makanan sambil menonton televisi.

"Seperti biasa, berita soal kamu dan Alder yang katanya kamu jadi kekasih gelap pria itu," kata Jayden.

"Chelsea sedih banget jadi kekasih Alder yang tidak begitu dianggap oleh keluarga Alder," balas Paola

"Tetap saja mereka akan segera bertunangan," kata Jayden.

"Biarkan mereka bertunangan terlebih dahulu sebelum merasakan hal yang lebih pahit yang akan terjadi pada mereka," balas Paola.

"Paola, aku teman dekat kamu. Aku tidak mau kamu hancur, bisakah kamu lupakan dendam kamu?" tanya Jayden.

"Kamu akan lihat nanti saat aku berhasil membalaskan semua perbuatan mereka padaku. Semuanya akan aku balas," jawab Paola.

Jayden mengusap wajahnya kasar. Dia berusaha agar Paola tidak menyimpan dendam terus-menerus.

"Tuan, ini pesanan kalian," kata Lucian.

Para pelayan mulai meletakkan makanan dan minuman pesanan mereka di atas meja.

"Paola, selamat makan," kata Jayden.

"Iya, selamat makan juga. Kita bersulang dulu sebelum makan," balas Paola sambil mencondongkan gelasnya.

Gelas mereka saling berdenting. Mereka lalu menyeruput perlahan minuman itu sebelum mulai makan.

***

Alder bersama Chelsea dan keluarga mereka yang masih di hotel sudah selesai membahas dekor dan acaranya akan seperti apa. Mereka saat ini tengah mencicipi makanan yang akan mereka pilih untuk acara pertunangan mereka.

"Apakah rasa dimsum, sushi dan lainnya sudah cocok?" tanya Alder.

"Sayang, aku cocok aja," jawab Chelsea.

"Kakek juga cocok," balas Arga.

Semua keluarga Alder dan Chelsea menjawab cocok dengan makanan yang sudah dipilih.

"Kalian ada acara pemotongan kue?" tanya Christo.

"Pa, ini acara pertunangan, bukan pernikahan. Tidak perlu potong kue," jawab Chelsea.

"Kalau menurut aku, boleh aja ada acara pemotongan kue," kata Alder.

"Sayang, jangan. Ini aja kita ada acara melepaskan merpati, sudah kayak orang mau nikahan aja. Tinggal mengucapkan janji suci aja biar sekalian nikah," balas Chelsea heran dengan konsep yang sudah dibuat.

"Tidak perlu ada acara menerbangkan merpati kalau kamu tidak suka," kata Theodor dengan raut wajah datar.

Chelsea terdiam. Dia tidak bisa berbuat apa pun kalau keluarga Alder berbicara.

"Pa, aku mohon biarkan kami yang susun semuanya bersama karyawan hotel," kata Alder.

"Alder, kita harus ikut. Kamu ini anak semata wayang kami," balas Kaila kesal.

"Iya aku tahu, tapi tidak usah dibawa ribet. Aku mau yang sederhana aja dan yang penting kelihatan elegan," kata Alder.

"Sudah, jangan berdebat masalah yang tadi sudah selesai. Silakan saja kalau kalian mau ubah konsep," balas Arga.

Semua orang yang di sana terdiam kembali dan mencicipi makanan yang tersedia.

"Aku ke toilet sebentar," kata Chelsea.

Chelsea yang sudah di dalam kamar mandi mencuci wajahnya sambil melihat ke kaca.

"Aku lelah dan rasanya pengen pulang. Sebenarnya aku malu, keluarga Alder tidak pernah melihat aku dengan perasaan bahagia. Aku tahu mereka menerima aku karena ada Alder," gumam Chelsea.

Mata Chelsea berkaca-kaca. Dia menghapus tetesan air mata di wajahnya dengan tisu lalu kembali lagi ke tempat keluarga Alder dan dia berkumpul.

"Apa Chelsea menangis?" gumam Alder.

Alder menatap Chelsea. Dia melihat mata perempuan itu memerah merasa curiga.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C16
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login