Download App

Chapter 29: Knotting (21+)

Avery dan Dom saling menatap dengan intens ketika mereka berdua telah sama-sama berkomunikasi melalui telepati. Tatapan lapar Dom mulai menelusuri lekuk tubuh Avery yang sedang duduk di atas pangkuannya.

Dom mulai membelai lengan terbuka Avery sebelum akhirnya ia memelorotkan tali gaun tidur satin milik istrinya itu.

Avery memejamkan matanya merasakan sentuhan Dom. Ia mendesah kecil ketika gesekan gaun tidur licinnya menggelitik kulit terbukanya yang berpadu dengan sentuhan panas Dom.

Bra berenda hitam yang kini terekspos nyata di hadapan wajahnya membuat Dom membulatkan kedua matanya. Bagaimana bra mungil itu menyokong dan membentuk bulatan padat penuh yang sintal milik Avery, seketika membuat hasratnya bergejolak.

Dom kemudian dengan lembut melepas pengait bra milik istrinya itu dan meluncurkan kedua talinya melewati lengan ramping Avery dengan gerakan praktis hingga kedua payudara Avery yang polos kini menggantung bebas, bulat, dan menantang di hadapan wajahnya.

Dom menangkup kedua bulatan kenyal milik Avery dengan telapak tangannya yang panas. Ia membenamkan wajahnya diantara kedua celah bukit kembar tersebut. "Indah ... hangat ...," gumamnya sambil mendesah lega.

Kedua ibu jarinya mengusap-usap pucuk payudara Avery hingga mengeras sepenuhnya. Desahan demi desahan mulai meluncur dari mulut erotis Avery disertai oleh cengkeraman lembut jemarinya yang sedang meremas rambutnya dengan gemas. Ya, Avery-nya sedang menerima sinyal-sinyal hasrat yang memabukkan yang sedang ia kirim untuknya.

Tak ingin berlama-lama lagi, Dom kemudian membuka mulutnya dan melahap serta menghisap sajian kenyal menggemaskan di hadapannya itu dengan liar. Ia menghisap dan memainkan lidah panasnya seolah begitu lapar dan terhanyut dengan kedua bukit erotis Avery.

"Mmmh ... Sayang, perlahan ...," desah Avery yang sesekali sedikit berjengit karena gigitan gemas Dom.

Setelah beberapa saat, Dom kemudian membuka kedua matanya dan melepaskan hisapannya pada dada kenyal Avery yang telah membengkak dan basah.

"Apa yang kau harapkan, Sayang, tentu aku tak bisa melakukannya dengan perlahan-lahan," ucapnya lalu membaringkan Avery setelah melucuti sisa kain yang menempel pada tubuh molek wanitanya itu. Dom sendiri kemudian melepas seluruh baju penghalang yang membatasi kulitnya dengan gesit dan melemparnya ke sembarang arah. Kini ia dan Avery telah sama-sama polos dan panas.

Avery membasahi bibir bawahnya dan mengerjap dengan gugup. Ia begitu terpesona dengan tubuh polos Dom yang menyerupai pahatan sempurna yang telah terpampang nyata di hadapannya itu.

"Oh ... Sayang, jangan hanya memujiku dalam pikiranmu saja ...," gumam Dom yang kemudian memagut Avery dan menciuminya dengan intens seolah ingin menghisap habis saliva Avery dengan cara yang begitu erotis.

Untuk beberapa saat kemudian, Dom melepaskan pagutannya dan membiarkan Avery mengisi paru-parunya dengan oksigen lagi. "Benapaslah ... Sayang," bisiknya dengan napas yang berat.

Dom kemudian mulai menelusuri perut rata Avery dengan lidahnya lagi. Hingga di satu titik, ia harus terhenti karena jemari Avery yang malu-malu menutupi mahkotanya, di mana inti panasnya berada.

Dengan lembut, Dom mengecup jemari Avery sebelum perlahan menyingkirkannya untuk dapat menyibak harta manis yang sebelumnya masih tertutup itu. "Tunjukkanlah padaku ... Sayang," bisiknya.

Avery yang begitu panas karena merona, tak mampu untuk tak mendesah ketika jemari kokoh Dom mulai menyibak dan menekan mahkotanya dengan cara lembut yang intim.

"Aah ... Dooom," desahnya tertahan.

Dom mendekat ke arah telinga Avery dan berbisik, " Kau telah begitu basah, Sayang ... apa kau siap untuk ini ...," bisiknya sambil meraih jemari Avery dan melekatkannya pada kejantanannya sendiri yang tengah mengeras dan panas.

"Oh ...!" pekik Avery tertahan.

Dom tersenyum seksi dan meraih dagu Avery yang merona dan sedang berpaling darinya. "Bagaimana milikku, Sayang?" tanyanya menggoda.

"E ... entahlah," jawab Avery gugup. Ia menelan ludahnya dan kembali menggigit bibir bawahnya. Walau begitu jemarinya tak bisa lepas dari batang kokoh besar yang tengah ia genggam dan usap itu.

Dom tersenyum puas, karena lagi-lagi ia telah membaca pikiran Avery yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata itu. "Benar Sayang ... begitu besar dan berbeda, bukan? Kami kaum beast memiliki senjata yang sedikit 'spesial' dari manusia biasa maupun lainnya," bisik Dom.

Avery kemudian menatap Dom karena tersentak dengan sesuatu yang asing di bawah sana. Lagi-lagi ia bertanya di dalam pikirannya.

"Mmmh ... ya Sayang, itulah 'kelebihan spesial' kami," ucap Dom ketika merasakan sentuhan lembut jemari Avery pada bagian miliknya yang berbentuk 'spesial'.

"Sayang ... bagian yang terasa berbeda itulah yang akan mengantarkan berlipat-lipat kenikmatan padamu nantinya. Bagian milikku itu akan dapat membesar dan mengunci sempurna ketika aku memasukimu, Sayang ... dan, jangan berharap aku dapat melepaskan itu selama beberapa menit sebelum aku menuntaskan pelepasan seutuhnya padamu di dalam sini ... dan itulah yang dinamakan 'knotting' (proses pelepasan semen alpha hingga alat vitalnya dapat mengembang dua kali lebih besar dari ukuran sebelumnya)," jelas Dom dengan cara yang seksi sambil kembali mengusap inti dan perut Avery.

Avery meremang dan memanas secara bersamaan. Dom sendiri tersenyum puas ketika Avery mulai kehilangan fokusnya ketika ia kemudian mulai membenamkan salah satu jemarinya ke dalam inti Avery.

"Ooh ... Doom," ucap Avery tertahan.

"Lepaskanlah saja Sayang, karena setelah ini kau tak dapat menahan apapun kecuali kenikmatan dan kegilaan yang tak masuk akal secara bersamaan," bisiknya mesra.

Dengan gerakan cekatan, Dom segera mengarahkan miliknya pada inti Avery dan dengan sentakan lembut, ia melesakkan keperkasaan kokohnya ke dalam liang Avery.

"Mmmmh ... Avery Sayang ...," racau Dom bersamaan dengan sentakan dan lesakan sempurna yang seutuhnya masuk ke dalam liang Avery yang kemudian menelan keperkasaannya.

"Dom ...!" Avery terkesiap dan mencengkeram seprai ketika benda kokoh asing itu memasukinya. Milik Dom terasa begitu kuat, penuh, besar, dan panas.

"Nikmat bukan, Sayang ... mmmh, sempit sekali, Sayaaangh ...," lenguh Dom. Ia sendiri masih bergerak perlahan dan tak ingin membuat istri mungilnya itu terkejut dengan gerakan liarnya.

Pagutan dan ciuman mesra, Dom layangkan bertubi-tubi lagi seiring dengan gerakan pinggulnya yang semakin lama semakin intens untuk memompa Avery dengan lembut hingga kencang. Pinggul Avery sendiri bergerak dan meliuk tanpa sadar merespon kenikmatan-kenikmatan vulgar yang Dom salurkan.

Beberapa saat setelah pompaan dan sentakan-sentakan erotis yang semakin intens itu mencapai puncaknya, Dom mencengkeram dan segera menahan pinggul ramping Avery dengan kedua tangan kokohnya untuk membantu menopang Avery dari kegilaan yang sebentar lagi akan meledak dalam rahim wanitanya itu.

"Sayang ...bersiaplah, nngghh ... aaaahhhh," desah Dom ketika kemudian ia meledak dan klimaks di dalam inti Avery.

"D ... Doooom ... i ... ini, sunggguhhhh ... aannghhh ...." Avery membelalak, meracau, sekaligus melemah karena ledakan kenikmatan yang begitu besar yang menyembur dan mengunci liang intinya secara bersamaan dengan cara yang erotis, membuatnya begitu melayang seperti telah kehilangan akal sehatnya.

Semburan dahsyat Dom dan pelepasan panasnya sungguh-sungguh terasa luar biasa. Avery dapat merasakan batang berdenyut yang kokoh itu masih saja terus-menerus melepaskan semen panas padanya seolah tak ada hentinya. Ia menghangat, mengerang penuh nikmat karena sensasi luar biasa yang Dom alirkan ke dalam intinya. Bagaikan semprotan air yang lembut sekaligus panas, Avery dapat merasakan miliknya yang terisi, perlahan-lahan mulai terasa penuh sesak, mendesak, namun terasa menghangat dan meleleh secara bersamaan. Ia berkali-kali turut klimaks dan menggila dengan cara yang erotis!

Beberapa saat setelah Dom selesai menuntaskan pelepasannya, perlahan-lahan ia kemudian menarik miliknya dan ambruk dengan napas yang masih memburu di samping Avery.

"Oh...!" Avery terkesiap kecil ketika ia dapat merasakan lelehan hangat mengalir diantara kedua celah pahanya.

Dom tersenyum puas dan membelai perut Avery yang tampak sedikit membuncit. "Biasakanlah untuk menerima milikku ini, Sayang ... karena mulai kini kau akan sering menampung semua milikku," ucapnya sambil mengecup puncak kepala Avery.

"Ta ... tapi, ini terlalu banyak!" lirih Avery kemudian sambil membenamkan wajah meronanya dalam dada liat Dom. Ia begitu terkejut saat Dom kemudian menekan lembut perutnya dan seiring dengan itu, lelehan-lelehan panas yang luar biasa banyak kemudian berlomba untuk menyembur dan merembes membanjiri seprai di bawahnya seolah tak ada habisnya itu.

Dom tergelak geli setelah lagi-lagi ia membaca isi hati Avery yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata itu. "Aku akan membersihkanmu dengan air hangat jika kau merasa seperti itu, Sayang," ucap Dom yang kemudian membopong tubuh Avery dan berjalan menuju kamar mandinya.

"Tak perlu malu, Sayang ... akupun sering merasa seolah seperti sedang mengompol ketika melakukan pelepasan sendiri yang luar biasa banyak," bisiknya sambil mengerling jahil.

"DOOM!!!" teriak Avery memanas sambil memukul bahu Dom.

Dom tergelak penuh kepuasan. "Terima kasih, Sayang," ucapnya sambil mengecup kening istrinya yang luar biasa menggemaskan itu sebelum ia menurunkan Avery di bawah shower kamar mandinya.

____***____


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C29
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login