Download App

Chapter 55: Kunjungan Piere

Dengan gerakan cekatan, Savia kemudian memilih beberapa macam botol ramuan yang ada di tempatnya. Ia segera meracik dan menggabungkan ramuan-ramuan tersebut menjadi sebuah ramuan di botol baru.

"Ambillah ini dan berikanlah secepatnya pada kakekmu. Aku akan memberikan ramuan penetral ini secara berkala untuk membersihkan racun di dalam tubuhnya. Aku tak dapat memberikannya sekaligus karena ini akan berdampak buruk baginya. Biarkan ia menerima sedikit demi sedikit ramuan penetral agar tubuhnya mampu menerima itu." Savia menjelaskan dengan sungguh-sungguh.

Avery mengangguk dan menerima botol kecil yang berwarna keperakan itu dengan tatapan serius. Beberapa saat kemudian ia menangkap sesuatu yang mencurigakan. Seketika, Avery refleks menoleh dan terbelalak. "Ada orang di sini," bisiknya tiba-tiba.

Tatapan Savia dan rombongannya berubah menjadi waspada. "Apakah mungkin ada yang mengikuti kalian?" tanyanya. "Apa kau yakin saat kemari kalian tak diikuti oleh seseorang?" lanjutnya.

Avery mengerutkan alisnya. "Aku tak begitu yakin. Tapi ... kurasa memang ada yang mengikuti kita dari apa yang kutangkap. Dan aku yakin, jika itu kemungkinan besar adalah orang suruhan Maltus," ucap Avery kemudian.

"Ho ... Maltus. Ya, aku tak akan heran jika ia mampu melakukan itu," timpal Savia. "Cepat kalian pergilah lewat pintu lain, aku akan mengalihkan mereka. Bersembunyilah sementara di taman belakang melalui ini," ucap Savia kemudian dengan tanggap. Ia lalu membuka sebuah portal pintu keluar di dinding bagian sisi lain ruangan rahasianya itu dengan sihirnya. Savia sendiri baru bergerak keluar setelah memastikam rombongan Avery keluar dari tempatnya dengan aman.

Savia kembali menutup ruangan rahasianya dan berjalan menuju ruang depan miliknya. Benar saja, sesuai dugaan Avery, di sana telah berdiri beberapa pria berjubah hitam tegap yang menatapnya dengan wajah garang dan penuh kecurigaan. Mereka tampak seperti pasukan pengawal sorcerer dilihat dari pakaian seragam yang mereka kenakan di balik jubah itu.

"Apakah ada orang asing yang masuk kemari?" tanya seorang pengawal pria berbadan kekar dengan raut serius itu.

Savia mengerutkan alisnya. "Tidak ada siapa pun. Memangnya siapa orang asing yang kalian maksudkan hingga pasukan pengawal sampai datang ke tempat ini?" tanya Savia dengan nada penuh keingintahuan.

"Orang asing yang tampak berbeda. Seorang wanita berambut cokelat. Jika mungkin mereka bergerombol, salah satu dari mereka adalah Shewolf," jawabnya.

"Shewolf?" ucap Savia berpura-pura terkejut. "Di area Pemukiman Dalam para sorcerer? Hm ... sungguh menarik! Apa kalian pikir aku percaya bahwa ada seorang Shewolf yang masuk ke dalam pemukiman kaum sorcerer?" lanjutnya lagi. Savia menggeleng seolah tak percaya. "Jangankan Shewolf, kalian sendiri pun bahkan tak ingin masuk ke dalam sini jika bukan karena tugas dan keterpaksaan belaka, benar?" lanjutnya.

"Ssh! Jangan banyak bicara, Savia." Seorang pria berperawakan tinggi langsing kemudan maju dari belakang para pengawalnya yang kekar.

Jubah hitam yang membalut baju keemasannya dengan corak dan pola tertentu itu membuat Savia dapat langsung mengenalinya dengan mudah. "Piere," sapa Savia dengan senyum sedikit mencemooh.

"Halo, Savia," balas pria yang bernama Piere itu. "Kau tampaknya sudah sungguh sangat nyaman tinggal di sini, benar?" lanjutnya dengan senyum mengejek.

"Waah, lihatlah siapa ini yang datang. Piere si anjing peliharaan Maltus," sindirnya. "Tentu saja, siapa sangka jika daerah Pemukiman Dalam ini adalah tempat yang sungguh-sungguh 'menyenangkan' untuk ditinggali. Terima kasih, karena berkatmu aku jadi dapat merasakan tinggal di tempat yang begitu 'menakjubkan' ini, Piere," balas Savia penuh dengan makna mendalam.

Piere yang berhidung sedikit lancip hanya tergelak puas. "Oh, sungguh menyenangkan! Kau dan mulut lancangmu itu masih belum berubah! Aku senang karena kau tampak baik-baik saja. Aku begitu bahagia karena dapat mengunjungi kawan lama yang semakin membusuk di sini!"

Savia tak gentar dan hanya tersenyum sinis menanggapi ucapan Piere. "Hmm ... sangat menyenangkan bukan? Tunggulah hingga suatu saat posisi kita berubah. Saat itu, giliran aku yang mungkin akan mengunjungimu di sini. Sekarang, pergi dari rumahku Piere!" geram Savia.

Piere hanya mengendikkan bahunya dengan tak acuh. Ia kemudian menatap ke sekeliling rumah Savia dengan tatapan merendahkan. "Yah, jika ini memang bisa dibilang sebagai sebuah rumah, tentu saja. Tapi sayangnya ... ini hanya mirip seperti kandang tikus yang begitu kotor saja bagiku," ucapnya mencemooh.

Savia memicingkan kedua matanya sebelum akhirnya berseru, "Aku bilang pergilah dan jangan pernah mengunjungiku lagi, Piere!!" teriak Savia mngingatkan Piere lagi. Ia benar-benar muak dan tak suka dengan kunjungan pria itu.

"Oh, tenang saja Savia, aku tak akan pernah mengunjungimu lagi. Kau bisa tinggal di sini selamanya dengan tenang, haha ...," balas Piere dengan puas.

"Ck ... ck ... ck, Piere ... apakah kau tak takut jika aku mungkin dapat menciptakan sebuah ramuan istimewa yang nantinya akan aku gunakan untuk menghancurkanmu?" ucap Savia kemudian.

Piere membeku seketika dan menatap Savia dengan gusar. Ia sempat terkejut dengan ucapan Savia. Tapi setelahnya, ia tersenyum mengejek dan mencemoohnya. "Oh ya, kau hanya mampu menggertakku. Kau pikir aku akan percaya kau mampu melakukan sesuatu di tempat seperti ini? Bahkan untuk membuat ramuan dasar saja aku yakin kau tak akan mampu. Bahan-bahan yang kau perlukan untuk membuat suatu ramuan tak akan pernah kau dapatkan di Pemukiman Dalam seperti ini. Malangnya kau ... masih berkhayal terlalu tinggi!" ucap Piere sambil menggeleng-gelengkan kepalanya seolah merasa prihatin.

"Dan malangnya kau, masih bertahan pada suatu hal palsu yang semu yang pada akhirnya akan menghancurkanmu nantinya. Jangan bangga dengan pencapaianmu sekarang, Piere, kau tak akan pernah tahu ... mungkin suatu saat pemilik sebenarnya akan mengambil kembali kedudukanmu sekarang itu," balas Savia.

Piere menganga dengan membentuk raut wajah menyepelekan. "Kau maksudmu? Haha! Hahaha! Savia ... betapa lucunya dirimu. Penyihir yang telah hancur karena mempraktekkan ilmu hitam dan sedang dihukum di Pemukiman Dalam seperti ini untuk waktu yang lama, berani berkhayal yang terlalu tinggi! Kau tak ingat? Hukumanmu di sini adalah SELAMANYA!" tegas Piere dengan mata melotot garang.

"Kraaakk!"

Tiba-tiba ... suara ranting patah yang terdengar sampai ke dalam ruangan itu mengalihkan perhatian Piere dan anak buahnya. Piere seketika menoleh ke arah sumber suara itu.

"Siapa itu?!!" teriak Piere spontan.

Selagi Piere bergerak menuju jendela samping taman rumahnya, Savia sendiri sedang menahan napasnya dengan was-was. Ia takut jika rombongan Avery akan ketahuan!

____****____


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C55
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login