Download App

Chapter 23: 23 Berbincang-bincang

Amanda merutuki diri, kenapa melamun saat guru itu menjelaskan.

Teman-teman kelas menatapnya dengan raut khwatir.

"Aduh, gimana nih." Amanda bergumam dan terdengar oleh Roy.

Roy sedari tadi memperhatikan Bu Dita punya ide untuk membantu Amanda." Lo mau gue banti, nggak?" Bisik Roy tersenyum.

"Nggak perlu!" Tegas Amanda. Dia masih marah sama cowok itu.

"Gue bisa kasih tahu apa yang barusan Bu Dita jelasin, tapi dengan satu syarat."

Amanda menatap Roy bingung.

"Gue tahu kalau lo masih marah sama gue, tapi gue udah minta maaf dengan tulus, Da. Gue nggak ada maksud apa-apa sama ucapan gue kemarin."

"Tahu, kok," jawab Amanda singkat.

Mata Roy langsung berbinar. "Jadi, lo udah maafin gue?"

"Hmm."

"Jadi kita udah baikan?"

"Belum."

"Lah? Katanya udah maafin gue, kok, baikannya belum? Gimana, sih," decak Roy.

"Terserah gue, dong." Ketus Amanda.

"Roy, Amanda, apa yang sedang kalian bicarakan?!" Bentak Bu Dita saat ucapannya diabaikan.

Amanda dan Roy langsung diam mendengar teriakan Bu Dita. Katanya Amanda bisa jelasin, Bu!" Sahut Roy, membuat Amanda melotot

dengn apa yang dikatakan Roy barusan.

"Woi, gue nggak tahu apa yang Bu Dita jelasin tadi," bisik Amanda menatap tajam Roy.

"Kan gue bilang bisa bantu loh asalkan dengan satu syarat," ucap Roy tersenyum.

"Apaan?!" Geram Amanda.

"Gue maubkita baikan." Roy menaikan alisnya dan tersenyum," bisik Roy menakuti Amanda akan kemarahan Bu Dita.

Akhirnya dengan sangat terpakasa Amanda menerima syarat yang diajukan Roy. Meskipun dia marah dengan cowok itu. "Yaudah dasar cowok nyebelin."

"Gitu, dong."

Akhirnya, waktu istirahat telah tiba, Amanda berhasil lolos dari Amukan Bu Dita berkat Roy. Amanda bahkan belum ikhlas memaafkan Roy, karena terpksa dia harus memaafkan cowok itu berkat Bun Dita.

"Da, kantin, yuk," ajak Nabila menghampiti Amanda yang tengah memasukan bukunya ke dalam tas.

"Ayo," jawab Amanda.

Saat Amanda, Nabila, dan Irma hendak duduk di salah satu meja di kntin, merek di kagetkan oleh tiga orang cowok yang tiba-tiba ikut bergabung. Siapa lagi kalau bukan Roy dan kawan-kawan.

"Astagfirullah, gue kirain mahluk jenis apaan yang tiba-tiba nongol." Nabila mengelus dadanya karena kaget kehadiran Riko tepat di sampingnya.

"Mahluk tuhan yang paling sekseehh,blah," jawab Riko dengan suara manjanya. "Aw! Sakit, njir." Nabila menjitak kepala Riko.

"Jijay gue dengarnya," ucap Nabila.

"Ya udah, nggak usah dengar, tutup aja telinga lo," balas Riko tak mau kalah.

"Kalian kenapa ke sini, sih? Ini tuh meja khusus kami bertiga, nggak muat enam orang," omel Irma melirik Padli tajam.

"Kalau gue sukanya di sini, lo mau apa?" Sahut Fadli.

"Gue mau usir lo, lah."

Fadli mengambil kursi agar muat di meja itu."nggak bisa usair gue, kan?" Fadli menaikan alisnya.

"Ya udah kalau lo nggak mau pindah, biar gue aja." Irma bangkut, namun pergelangan tangannya dicegah oleh Fadli.

"Eh, jangan, dong. Kan gue mau makan bareng lo, ngapain pergi?" Cegah Fadli.

"Gue nggak mau duduk sama orang yang suka gombalin cewek di depan pacarnya sendiri." Irma menepis kasar tangan Fadli lalu pergi.

"Eh, Irma, kenapa pergi!?" Amanda yang tadi menyimak mereka berdebat bingung dengan sikap Irma barusan.

Fadli bangkit dan mengejar Irma yang sudah keluar dari pintu kantin, membuat Amanda tambah bibgung. Sedangkan Roy, Nabil, dan Riko hanya santai.

"Nab, kita susul Irma, yuk. Dia, kan, belum makan,masa udah pergi." Kata Amanda berdiri ingin menyusul Irma.

"Udah, nggak apa-apa. Lo di sini aja, biar mereka bisa ngobrol," kata Roy menahan tangan Amanda.

"Benar apa yang Roy bilnag, Da, biarkan Irma sama Fadli dulu. Biar pada baikan," ujar Nabila.

"Hooh, tuh mereka berdua kata Tom and jerry aja, salah paham terus," ujar Riko.

"Baikan? Memangnya mereka kenapa? Tanya Amanda bingung dengan ucapan ketiganya.

"Oh, astaga. Gue lupa kasih tahu lo kalau Irma dan Fadli itu udah pacaran sebelum lo pindah ke sekolah ini. Hehe, " ucap Nabila setengah berbisik, takut ada yang mendengarnya.

"Tapi, kok, mereka nggak kelihatan pacaran. Kalau mereka ngomong pakai 'lo, gue',bukan 'aku,kamu',ujar Amanda.

"Lo tahu, kan, merek anak OSIS juga?" Tanya Roy mentap Amanda yang masih bingubg.

Amanda mengangguk. "Iya," jawabnya

"Lo nggak tahu di organisasi itu punya peraturan keramat? Kalu lo melanggar peraturan itu, sama aja lo masuk kekandang harimau," ucapn Roy membuat Amanda tak paham.

"Terus hubungan Irma dan Fadli apa?"

"Jelas hubungannya ada, karena mereka berdua pacaran backsteet,"

Ujar Riko.

"Kenapa harus backstreet? Meangnya nggak bisa dipublikasikan?" Tanya Amanda.

"Nah, itu dia masalahnya. Aturan di OSIS pasal ke dua itu keramat banget, dan, pokonya, berdampak bagi Irma dan Fadli kalau hubungan mereka ketahuan," jawab Riko.

"Pasal kedua? Memangnya di pasal itu bunyinya apa?"

"Bunyinya; dilarang pacaran sesama pengurus OSIS dan MPO; pasal itu telah mereka langgar, an konsekuensinya berat, deh," sambung Roy Amanda akhirnya mengerti satu hal lagi tentang organisasi yang sudah dia masuki selama beberapa bulan ini.

"Oh, jadi mereka berdua backstreet karena nggak mau ketahuan langgar pasal?"

"Iya, jawab mereka kompak.

"Terus, konsekuensinya apa dong?"

"Konsekuensinya mereka_" Roy hendak menjwab sebelum Nabila memotongnya.

"Heh, lo bertiga nggak lapar apa? Gue udah lapar banget tahu!" Nabila memegang perutnya.

"Eh, iya, jadi lupa tujuan kita ke sini," Amanda mengangguk tengkuknya.

"Ya, udah, cerinyanya di tunda dulu, biar gue sam Riko yang pesan makanan," ucap Roy.

"Kalian mau makan apa? Tanya Riko.

"Bakso sama es teh," ucap Nabila.

"Gue samain aja, deh,"

Keduanya mengangguk lalu pergi memesan makanan. Tetapi Amanda masih penasaran dengan hal tersebut.

"Pasal kedua itu keramat banget, ya, Nab,?" Tanya Amanda sambil menunggu makanan mereka.

"Hmmm ya gitu deh, makanya jangan coba-coba langgar pasal itu," jawab Nabila.

"Konsekuensinya apa sih, Nab?

"Pokonya beresiko banget deh, da, kalau lo ketahuan pacaran sesama pengurus,lo bakalan_"

"Pesanan datang!!!!!"

Kalimat Nabila lagi dan lagi terpotong Riko dan Roy kembali membawa pesanan.

Akhirnya mereka berempat makan tanpa Irma dan Fadli. Amanda masih penasaran konsekuensi pasal keramat itu.

Sekeramat apa, sih, pasalnya? Batin Amanda.

Amanda, Nabila, Irma, Riko, dan Fadli saat ini berada di rumah Roy untuk mengerjakan tugas kelompok. Perasaan Amanda saat masuk ke rumah ini adalah merasa nyaman, seakan ada hawa menarik.

"Kalian duduk di sini, gue mau ke kamar mengambil leptop sekaligus ganti baju," ucap Roy kemudian berlalu meninggalkan mereka di ruang tamu.

Setelah beberapa menit mereka duduk, seorang wanita paruh baya keluar dengan seorang perempuan terlihat lebih muda dari Amanda dan teman-temannya. Mereka terlihan berbincang kemudian mereka terhenti saat mereka melihat Amanda dan temannya duduk dan menatap mereka juga.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C23
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login