Download App

Chapter 2: Bab 2

~ Sebelumnya ~

"Tidak perlu, pemandangannya benar-benar bagus di sini." Tom menghela napas ketika di berdiri di sebelah Sandi dan menatap ke arah kaki gunung. "Tidak peduli berapa kali aku mendaki, saat aku melihat pemandangan ini aku tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas sekali saja."

"Ini adalah keajaiban alam!" Brian melakukan pengamatan mendalam di sebelahnya.

Setelah meminum minuman dingin mereka, mereka bertiga mengawasi para turis yang menyebar untuk mencegah mereka dari pergi ke tempat-tempat berbahaya mana pun demi berfoto-foto, karena ada orang-orang setiap tahunnya yang berkeliaran sendiri dan menjadi terpisah dari kelompok wisatawan.

Saat itu, Sandi mengalihkan kepalanya sedikit untuk melihat ke arah langit. Pada saat itu, dia tampak seperti mendengar suara beling pecah, dan potongan-potongan keramik pecah jatuh ke atas tanah dengan suara yang keras dan jelas.

Burung-burung yang beterbangan membuat suara yang tajam, dengan bergegas keluar dari hutan dan menyebar ke langit. Para binatang juga tampak sedang kabur menyelamatkan nyawa mereka, dengan liar berlarian keluar dari hutan. Perubahan mendadak ini membuat semua orang terpaku sesaat, dan udara membawa rasa pergolakan yang kental, dan setiap napasnya terasa panas seperti menghembuskan api.

"Tom! Kumpulkan orang-orang ke tempat yang aman dengan cepat!" Sandi adalah orang pertama yang bereaksi.

"Mungkinkah..." Wajah Brian memucat. Sebagai seorang pemandu wisata yang senior, dia sering membaca tentang fenomena ini di buku-buku.

Gempa bumi!

Sandi dan yang lainnya dengan cepat mengarahkan orang-orang ke sisi jalan. Ada sebuah tempat terbuka di sana dan sangat tidak bijaksana untuk lari menuruni gunung sekarang. Ketika ada batu-batuan yang berjatuhan, maka konsekuensinya tidak akan bisa di bayangkan. Para turis tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi melihat wajah dari ketiga para pemandu, mereka bisa menentukan kalau hal itu bukanlah hal yang bagus. Mereka menyebar ke sisi jalan sedangkan Sandi dan yang lainnya menjaga ketertiban dan mencoba untuk menjaga situasi agar tidak berubah menjadi kacau.

"Aduh, sakit!" Sandi menoleh ke belakang, perempuan muda yang sebelumnya diam-diam mengambil foto dirinya berdiri dari tanah. Lututnya terluka, darah terus menerus mengalir keluar. Dia menggapai-gapai dengan perasaan panik, "Tolong, tolong!"

"Tom kamu bawa mereka dan terus jalan. Aku akan menolong perempuan itu." Kata Sandi.

"Aku tahu, kamu berhati-hatilah!" Tom mengangguk ke arah Sandi dan kemudian terus dengan hati-hati menjaga ketertiban kelompok ketika Sandi berbalik dan berlari kembali ke arah perempuan yang sedang panik sembari mencoba untuk berdiri, tapi sayangnya dia tidak bisa bergerak sama sekali.

Sandi melihat ke arah lukanya, lalu mengeluarkan perban dan alkohol medis dari tas yang sedari tadi dia bawa untuk menghentikan pendarahannya. Waktu sangat mendesak, jadi Sandi menggendong perempuan itu langsung di punggungnya. Dia baru saja bersiap untuk membawa perempuan itu pergi, ketika dengan suara *bum*, seluruh daratan bergetar.

Perempuan itu mengeluarkan teriakan yang melengking, dan Sandi dengan terburu-buru menyeret perempuan itu ke tempat yang secara keseluruhan terbuka. Gempa bumi itu berlangsung sekitar sepuluh detik sebelum akhirnya gunung menjadi tenang kembali. Binatang-binatang juga secara berangsur-angsur menjadi tenang. Sandi melepaskan perempuan itu, kemudian dia berdiri untuk melihat ke sekitarnya.

Beruntungnya, tidak ada kerusakan di puncak gunung, meskipun paviliun itu masih utuh, barang-barang yang berada di dalamnya berserakan ke segala tempat, toko yang di bangun sederhana itu separuhnya roboh. Perempuan itu duduk dengan pandangan kosong di tempat itu, terlihat kalau perempuan itu tidak ada reaksinya.

"Apa kamu baik-baik saja?" Sandi bertanya dengan berbisik-bisik.

Perempuan itu berkedip, menatap Sandi selama beberapa detik lalu menggelengkan kepalanya kuat-kuat, "Aku baik-baik saja, terima kasih!"

Sandi membantu perempuan itu untuk berdiri, lalu membawanya ke tempat yang aman di tempat terbuka. Brian telah mengamati ke arah mereka, dan setelah melihat sosok Sandi, dia menghelakan napas panjang penuh dengan rasa bersyukur. Dia berlari menghampiri, dengan sedikit debu di wajahnya namun keseluruhan penampilannya cukup bersemangat.

"Syukurlah kalian berdua baik-baik saja." Brian menepuk pundak Sandi, "Lebih beruntungnya, tempat ini bukanlah pusat gempa, jadi tidak ada seorang pun yang terluka."

Sandi mengangguk. Perempuan yang duduk di punggungnya juga secara emosional stabil. Tepat ketika mereka mau pergi ke tempat yang aman untuk menunggu di selamatkan, suara berderak terdengar. Sandi dan Brian dengan tidak sadar menghadap ke langit, hanya untuk melihat sebuah titik yang secara perlahan menjadi lebih besar dan pada akhirnya sesuatu terjatuh menghantam ke dalam puncak gunung.

"Hey! itu orang, bukan?!" Teriak Brian.

Orang yang terhantam ke tanah itu memakai pakaian compang-camping, dan seluruh tubuhnya di penuhi dengan luka. Dia duduk dengan agak terkejut, lalu dengan hati-hati menatap ke sekelilingnya, dan setelah melihat Sandi dan yang lainnya, dia berhenti dan terlihat cukup kebingungan.

Setelah sepuluh detik saling bertatapan satu sama lain, pria itu dengan perlahan menundukkan kepalanya, dan lalu Sandi dan yang lainnya mendengar suara isak tangis.

Pria itu menangis dan berteriak, "Aku kembali! Aku akhirnya kembali!"

Brian menatapnya dengan pandangan kosong, "Apa maksudmu kamu kembali?"

"Aku lebih mengkhawatirkan tentang hal yang lain daripada dirinya yang kembali." Sandi menatap ke arah langit dan kemudian pada pria yang masih menangis itu, "Dia terjatuh dari tempat yang tinggi dan menghantam ke puncak gunung yang menjadi sebuah kawah."

"Aku kaget dia masih hidup." Kata Sandi.

Brian membeku, "Ya, bagaimana dia masih hidup?!"

~~~~~

Bulan Oktober 2030, sebuah gempa bumi meletus yang mempengaruhi seluruh dunia dan berlangsung hanya dalam sepuluh detik.

Segera setelahnya, ratusan dari ribuan orang yang menghilang di seluruh dunia kembali, yang telah berada di dalam aliran dunia yang tiada batasnya yang berjuang untuk bertahan hidup, bertarung mati-matian untuk tetap hidup. Hingga pada hari itu, aliran dunia tanpa batas itu dengan tiba-tiba runtuh dan semua yang masih hidup kembali ke tempat mereka ketika mereka menghilang.

Mereka masih membawa kekuatan mengerikan dari aliran dunia tanpa batas itu, memanggil diri mereka sendiri sebagai Orang yang Selamat. Dunia membentuk sebuah organisasi yang mendedikasikan diri untuk menghadapi orang-orang ini, dan hukum yang baru tercipta karena hal ini.

Sebuah dunia yang baru telah tiba.

Seminggu setelah gempa bumi, dunia masih di tengah-tengah beradaptasi dengan perubahan yang sangat besar. Teori kiamat dan teori evolusi bertebaran di internet, dan bahkan ada lebih dari tiga debat pada satu subjeknya, dengan berbagai macam jejak pendapat secara daring yang muncul, dan tidak sedikit yang menyebabkan pertengkaran dan menyebabkan masalah.

Sandi tidak memiliki pendapat mengenai akhir dunia atau evolusi dunia.

Bersambung


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login