Download App

Chapter 5: Janji Suci Danish

Marsha geleng-geleng kepala mendengar janji suci Danish yang tidak ia mengerti artinya. Setiap kalimat yang diucapkan terdengar tidak masuk akal karena pernikahan ini hanya sebuah hukuman atas kecerobohannya sekaligus bayar hutang keluarga dari kakek desa sukamaju.

"Pernikahan ini sah di muka agama namun aku justru merasa tidak?" gumam Marsha sambil telan ludah melihat acara telah usai. Jari manisnya sudah tersemat sebuah cincin berwarna putih yang di taburi diamond kecil.

"Tuan Danish selamat atas pernikahannya dan juga Nyonya Maxwell. Kini kalian dua sudah menjadi pasangan suami istri. Karena kalian sudah sah menjadi suami istri, Tuan Danish dan Nyonya Maxwell sudah bisa melakukan apapun," ucap sang pastor tersenyum hangat.

"Saya mengerti Bapa. Apakah ini termaksud Bapa?" tanya Danish sambil menyentuh dua buah ceri merah alami Marsha menggunakan ibu jari ya. Kedua bola mata Marsha terbelalak mendengar ucapan Danish barusan ia telan ludah jika itu terjadi di depan tamu undangan. Namun, para tamu sepertinya mendukung momen ini secara perlahan Danish mulai merapatkan tubuh kekarnya pelan sambil menarik Marsha.

"Tuan, bisa tidak dipending dulu saya malu karena banyak melihat," bisik Marsha.

"Tidak! Karena acara ini sudah kubayar mahal." Setelah mengatakan itu Danish langsung mempersatukan dua buah ceri merah alami itu.

"Ya Tuhan aku sudah tidak suci lagi karena pria dewasa ini dia asal main nempel aja," jerit Marsha dalam hati.

Tepuk tangan bergema sampai ada tamu yang bersiul melihat momen sakral tersebut. Sama halnya dengan dengan Nenek tua ikut turut bahagia karena Danish akhirnya mau menikah diusianya yang sudah matang bersama dengan wanita muda jauh dari Danish yang pantas cocok disebut Paman.

"Ayo kita sapa Nenek," ucap Danish ketika sudah selesai menikmati buah ceri merah alami milik Marsha yang manis.

"Apa? Nenek?!" pekik Marsha. Ia sama sekali tidak menyadari ada anggota keluarga Danish di sana. Danish menarik Marsha karena lama bergerak sang Nenek yang melihat kedatangan mereka tersenyum merekah.

"Akhirnya keluarga Maxwell memiliki anggota keluarga baru," lirih Nenek.

Marsha sedikit kesulitan berjalan karena gaun yang ia kenakan panjang dan berat apalagi jika melangkah membuatnya semakin sulit menarik gaun tersebut. Danish melepaskan tangannya dari Marsha dan langsung memeluk sang Nenek yang sudah dia anggap sebagai Ibu dan Ayah karena Danish sudah anak yatim-piatu karena kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan maut.

"Nenek terima kasih merestui pernikahanku ini walau aku mengadakan mendadak dan singkat," ucap Danish lalu memeluk kedua kaki sang Nenek.

"Minggir kau anak durhaka. Nenek tidak mau melihat wajahmu yang sudah keriput," ucap Nenek tua sambil menggeser Danish dari kedua kakinya lalu tatapannya teralih ke Marsha yang tertegun karena melihat drama singkat tersebut.

"Astaga Nenek dalam sekejap aku dilupakan karena sudah memiliki cucu baru," kesal Danish namun dia tidak marah karena Nenek berhak mengatakan itu karena perlakuannya dari kecil sampai sekarang ini Nenek lah yang mendidiknya.

Nenek tua menyambut hangat Marsha walaupun menantunya ini Musa namun baginya itu tidak masalah asal cucu dewasanya menikah dan tidak menjadi pria tua kelak. Acara resepsi sederhana telah usai, Nenek menuntun Marsha menuju mobil tepat di depan gedung pernikahan mereka. Danish terlihat kesal karena perhatian Nenek berlebihan kepada Marsha dan berbalik dengannya tapi, Danish memilih tidak peduli dan fokus pada ponselnya.

"Sudah tahu kan apa yang kau lakukan nanti setelah tiba di mansion menantu?" tanya Nenek antusias.

"Apa Nenek?" tanya Marsha gugup. Otak kecilnya tidak bisa mencerna maksud perkataan Nenek.

"Kupingmu sedang sakit menantu? Nenek tidak suka bicara dua kali. Masih muda tapi kau sudah pikun," ucap Nenek kesal. Marsha terpengarah mendengar ucapan Nenek seketika ia telan ludah takut membuat kesalahan lagi.

"Aku terjebak dengan pernikahan aneh dan bertemu dengan orang-orang sesuka hati berbicara," batin Marsha dalam hati.

"Sudah sana kalian dua masuklah karena malam ini adalah malam yang cocok untuk mencetak generasi Keluarga Maxwell," tambah Nenek tanpa filter ucapannya.

"Apa?!" pekik Marsha lagi.

"Danish bawa istrimu pulang cepat! Sepertinya dia sakit kuping dan obatnya adalah amunisi dasyat darimu!" teriak Nenek. Untung aja parkiran saat itu tidak ada siapapun kecuali mereka dan Nenek bisa sesuka hati berteriak.

"Baik Nenek. Maxwell junior akan launching malam ini ia kan Marsha, istriku?" ucap Danish sambil tersenyum penuh arti. Tubuh Marsha bergetar karena jarak antara ia dan Danish hanya beberapa sentimeter. Apalagi setiap perkataan Danish dan Nenek yang absurd membuatnya semakin tercengang.

"Aku sudah tidak kuat lagi." Pada akhirnya Marsha seketika langsung pingsan di tempat.

"Wanita lemah," decih Danish. Kini mereka bertiga saat ini sudah berada dalam mobil mewah milik Danish hendak menuju mansion. Marsha terbaring di pangkuan Danish sementara Nenek berada di depan bersama dengan supir.

"Danish ternyata istrimu lemah belum mulai mencetak tapi dia sudah pingsan duluan," ucap Nenek kesal.

"Nenek, Marsha masih butuh menyesuaikan dirinya dengan kita," balas Danish sekenanya.

"Dasar. Ini akibatnya kalau kau penyuka daun muda dia akan kaget dengan rudal tegak bengkok milikmu itu makanya menantu pingsan," tambah Nenek.

"Ini daya tarikku Nenek makaya cucumu ini gagah dan perkasa. Nenek mau melihatnya hitung-hitung bonus," tawar Danish tanpa berdosa sedikitpun.

"Diam kau! Dasar cucu kurang asam." Nenek melempar bola kecil ke wajah Danish kebetulan ada di dashboard.

"Aduh sakit Nenek lihat hidungku jadi bengkok," keluh Danish berpura-pura.

"Rasakan itu makanya mulut dijaga." Danish dan Nenek sama-sama tertawa. Sementara itu Marsha yang sudah sadar sedari tadi mendengar semua obrolan absurd Nenek dan Danish. Kulitnya merinding dan tubuhnya bergetar, Marsha membayangkan semua perkataan Nenek dan Danish terjadi kepadanya.

"Oh Tuhan aku masih muda dan pria ini tua dan layak disebut Paman. Apa jadinya kalau itu terjadi." Marsha menjerit dalam hati tanpa sadar jari-jemarinya menarik tuxedo Danish.

"Wanita ini pintar juga berakting ternyata dia sudah sadar sedari tadi. Menarik sekali aku akan buat kau menjerit malam ini," kekeh Danish dalam hati. Senyumannya terlihat membayangkan malam ini dia dan Marsha akan melewati adegan yang panjang dan indah di mansion miliknya.

"Nenek!" panggil Danish.

"Apa? Kau mau pipis?" tanya Nenek ceplas-ceplos sampai sang supir tersedak mendengar ucapan majikannya.

"Di mansion nanti Nenek," balas Danish tak kalah absurd.

"Dengan menantuku?" tanya Nenek lagi.

"Biar bibit unggulku segera launching Nek,"tambah ya sambil melirik Marsha sudah terlihat gelisah karena obrolannya dengan Nenek.

"Sebelum kau melakukan proses pembibitan ada baiknya kau beri pupuk duluan. Nenek akan hubungi Alex biar menantu dicek terlebih dahulu." Marsha semakin tidak karuan di pangkuan Danish.

"Itu lebih baik Nenek." Marsha langsung batuk-batuk dan tanpa sengaja mulutnya mengarah ke arah ke junior Maxwell.


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C5
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login