Download App

Chapter 16: PERJANJIAN BARU DENGAN GALANG

"Temani aku malam ini," kata Galang tanpa menolehkan wajahnya ke arah Jovanka. Gadis itu diam saja seolah-olah dia tidak mendengarnya. Mereka tiba di depan pintu sebuah ruangan private. Galang membuka pintunya, mempersilakan Jovanka untuk masuk ke dalam.

Belum juga melangkah jauh, tiba-tiba Galang menarik tangan Jovanka dan berusaha merengkuh tubuhnya. Jovanka yang menguasai ilmu beladiri pun langsung sigap menangkisnya. Dengan sebuah gerakan cepat, Jovanka memutar badannya sambil balik memelintir tangan Galang.

Tetapi Galang juga bukan lelaki tanpa ilmu. Dengan sigap dia kembali menangkap tangan lain Jovanka dan dengan sekali tarik, tubuh Jovanka pun ikut berputar dan berhenti tepat di depan Galang. Hidung mereka saling bertemu.

Mengetahui kemampuan beladiri Jovanka, Galang menjadi semakin tertarik dengan gadis itu. Dia tersenyum tipis. Tangannya segera merengkuh tubuh molek gadis angkuh di depannya itu.

"Temani aku malam ini," bisik Galang mengulangi permintaannya.

"Katakan alasanmu," ujar Jovanka ketus. Netranya menatap tajam ke arah Galang dengan marah.

"Karena aku menginginkanmu," sahut Galang tanpa mau melepaskan pelukannya. Jovanka membelalakkan kedua bola matanya penuh kekesalan.

"Itu tidak seperti yang tertulis di perjanjian," elak Jovanka sambil berusaha mengurai pelukan Galang.

"Jangan munafik. Kamu pun menginginkanku, Jova," kata Galang sambil menatap lekat mata gadis itu.

"Dalam mimpi kamu, cih," sahut Jovanka marah.

"Bagaimana kalau kita buat perjanjian baru saja?" tanya Galang. Jovanka memandang lelaki itu dengan serius.

"Untuk apa?" tanya Jovanka tak acuh sambil mengalihkan pandangan matanya ke tempat lain. Menatap mata elang milik Galang membuat debaran aneh di dadanya. Dia tak mau debaran-debaran itu mengganggu konsentrasinya.

"Untuk mendapatkan kamu," jawab Galang dengan pandangan dingin yang kembali hadir di wajahnya.

"Apa untungnya buatku?" tanya Jovanka sambil berusaha mendorong badan tegap Galang menjauh darinya. Tangannya menekan dada lelaki itu. Dada bidang Galang terasa sangat keras dan berotot. Sekilas Jovanka teringat pengalaman panasnya bersama lelaki itu.

Jovanka menatap Galang dengan tajam sambil tersenyum sinis. Galang yang melihat bibir basah itu tersenyum pun menjadi tak bisa lagi menahan hasratnya. Tanpa banyak bicara, dia mengecup bibir gadis di depannya itu dengan panas. Jovanka tak bisa mengelak. Dia pun sebenarnya menikmati kecupan itu, tetapi akal sehatnya masih bisa membuatnya menahan diri.

"Tolong lepaskan aku, Tuan," kata Jovanka tegas sambil mendorong tubuh Galang dengan tenaganya. Galang pun melepaskan pelukannya sambil tersenyum dan mengusap bibirnya yang basah.

"Kalau kamu setuju, kamu bisa meminta apapun yang kamu mau," kata Galang sambil duduk di depan Jovanka. Gadis itu menatap Galang dengan tajam. Dia berusaha menimbang dengan seksama usul yang dikatakan lelaki itu.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Jovanka akhirnya. Galang mencibirkan bibirnya. Ternyata tak sesulit yang dibayangkan.

"Kamu harus siap kapanpun aku menginginkanmu," jawab Galang dengan santai.

"Sama saja seperti wanita simpanan," desis Jovanka kesal.

"Terserah apa pendapatmu tentang itu. Tapi asal kamu tahu, kalau kamu mau maka aku pun tak akan bercinta dengan wanita lain lagi," kata Galang serius. Jovanka mengernyitkan keningnya.

"Berapa kali kamu melakukannya dalam seminggu?" tanya Jovanka sambil menelusuri tubuh Galang dengan pandangan matanya. Tanpa disadari pandangannya terpaku pada pangkal kaki yang terbuka lebar. Jovanka menelan salivanya dengan susah.

"Mata ini kenapa musti melihat ke arah sana?" batinnya kesal. Wajahnya memerah saat pandangannya dipergoki oleh si empunya kaki.

"So, bagaimana? Deal?" tanya Galang sambil merentangkan kedua tangannya di sandaran sofa. Badan atletis yang telentang pasrah meskipun masih berpakaian lengkap itu sangat rugi untuk dilewatkan. Tetapi Jovanka hanya melirik sekilas saja.

"Aku pikir dulu," jawab Jovanka singkat. Galang tertawa mendengarnya.

"Kenapa?" tanya Jovanka heran.

"Kamu yang kenapa. Kenapa harus memikirkannya?" tanya balik Galang dengan heran.

"Terserah aku. Toh aku yang akan memberimu jawaban. Kalau mau tunggu ya tunggu saja," jawab Jovanka santai. Galang hanya bisa terdiam sambil menatap kesal ke arah gadis cantik dan molek di depannya itu.

Keheningan sesaat di antara mereka akhirnya buyar saat terdengar ketukan pintu yang nyaring. Pintu terbuka dan masuklah Lavender sambil tersenyum dan mengucapkan salam.

"Kamu sudah lama di sini, My Dear?" sapa Lavender kepada Jovanka. Gadis itu hanya mengangguk kecil mengiyakan.

"So, jadi penawaran apa yang hendak Tuan sampaikan?" tanya Lavender sambil menatap Galang dengan serius. Galang memalingkan wajahnya ke arah Jovanka.

"Aku sudah membicarakannya dengan artis kamu ini," jawab Galang. Jovanka menatapnya bingung.

"Kapan kamu bicara bisnis dengan saya?" tanya Jovanka sambil menatap Galang dengan heran. Galang hanya mengangkat bahunya sambil memberi isyarat lewat matanya. Jovanka menatapnya bingung namun segera sadar dengan apa yang dimaksud lelaki itu.

"Apakah itu namanya bicara bisnis?" tanya Jovanka dengan nada mengejek.

"Tentu saja. Kita saling diuntungkan dengan hal itu, bukan?" jawab Galang sambil balas bertanya. Jovanka terdiam sejenak. Dia mencoba berpikir secara realistis. Penawaran Galang bahwa dia bisa meminta apapun yang dia mau membuatnya berpikir panjang.

"Maaf, sebenarnya apa yang sedang kalian bicarakan?" tanya Lavender menyela pembicaran itu.

"Apa yang dia tawarkan dan apa pula yang kamu harus bayar untuk tawaran itu, Dear?" tanya Lavender dengan lembut. Jovanka menatap lelaki di depannya kemudian menghela nafas panjang.

"Aku bisa membintangi semua produknya, filmnya dan semuanya sebagai pemegang kontrak eksklusif dengan perusahaan ini, Om," jawab Jovanka. Lavender menatapnya tak percaya. Dia pun menoleh ke arah Galang. Lelaki itu menganggukkan kepalanya dengan ekspresi datar.

"Tapi?" tanya Lavender yang sudah tahu arah pembicaraan gadis di depannya itu. Jovanka tersenyum melihat rasa ingin tahu Lavender.

"Back to his first reuquested," jawab Jovanka yang membuat Lavender sedikit berpikir. Dia pun mencoba mengingat apa yang pernah dikatakan oleh Jovanka dulu.

"Menjadi simpanannya. Benarkah Galang tetap menginginkan Jovi menjadi simpanannya?" batin Lavender sambil menatap Galang dengan tajam.

"Anda benar-benar menginginkan artisku, Tuan?" tanya Lavender kemudian. Galang tergagap kaget saat akhirnya Lavender mengetahui keinginannya.

"Begitulah," jawab Galang tak acuh meskipun sebenarnya dalam hatinya dia sangat mengharapkan anggukan dari kepala Jovanka.

Lavender memandang Jovanka dengan penuh perhatian. Bibirnya tersenyum dan matanya mengerjap ke arah Jovanka seakan mengatakan untuk tenang dan memikirkan baik-baik keputusannya.

"Well, Tuan Galang. Kurasa apa yang tuan inginkan bukan menjadi wewenang saya untuk ikut campur," kata Lavender.

"Kalian sudah cukup dewasa untuk menentukan hal seperti itu," lanjutnya. Galang hanya menatap lelaki gemulai itu dengan dingin meskipun dalam hatinya membenarkan apa yang didengarnya.

"So kalian silakan saling bicara dan mengambil keputusan. Setelah itu, baru aku akan masuk untuk urusan kontrak dan kerjaan lainnya," pungkas Lavender sambil berdiri.

"Deal?" tanyanya kepada Galang. Lelaki itu menatapnya lekat namun sejurus kemudian menganggukkan kepalanya. Bagaimanapun ini lebih baik daripada lelaki kemayu itu ikut campur urusan dalam negrinya.

"Is it also okay with you, My Dear?" tanya Lavender sambil mengedipkan matanya ke arah Jovanka. Gadis itu masih saja diam tanpa memberikan reaksi apapun atas pertanyaan Lavender. Hingga akhirnya lelaki itu melangkah dengan gemulai meninggalkan mereka. Belum juga langkahnya mencapai pintu, tiba-tiba Jovanka memanggil Lavender dan mengatakan sesuatu yang sungguh diluar dugaan dua lelaki yang ada di sana.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C16
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login