Download App

Chapter 18: KEMAUAN YANG HARUS DIIKUTI

"Sebaiknya kamu mulai membatasi diri dalam bergaul, Lady Jova. Atau kamu akan menanggung semua biaya rumah sakitku seandainya kamu terbukti menularkan penyakit berbahaya kepadaku," teriak Galang kesal sambil menatap tajam ke arah Jovanka.

Seketika gadis itu membalikkan badannya dan melangkah dengan cepat ke arah lelaki yang berdiri sambil berkacak pinggang dengan angkuh itu.

"Bukankah sebaliknya, Tuan?" tanya Jovanka sambil merangsek maju menyerang Galang.

"Bukankah kamu yang harusnya mulai sekarang memeriksakan diri untuk memastikan bahwa memang benar kamu bersih dari segala penyakit itu?" cerca Jovanka dengan pandangan penuh amarah sekaligus jijik kepada Galang.

"Aku berani bertaruh bahkan kamu pun tidak ingat berapa perempuan yang telah merangkak dibawah selakangan kakimu itu," tuduh Jovanka dengan bara yang berkobar di dadanya. Ingin hatinya meludahi wajah lelaki tampan di depannya itu.

Galang terkesiap mendengar apa yang dikatakan Jovanka, begitupun Lavender yang tiba-tiba merasa Jovanka terlalu blak-blakkan memojokkan Galang.

"Jova, sebaiknya kamu segera pergi atau ada yang akan merasa dikecewakan olehmu, Dear," kata Lavender menengahi. Jovanka menganggukkan kepalanya dan segera berlalu tanpa banyak kata lagi.

"Sebaiknya Tuan jangan terlalu berburuk sangka dengan Jova. Dia sangat emosional jika pribadinya diusik," kata Lavender memperingatkan lelaki itu setelah Jovanka keluar dari ruangan. Galang mendengus kesal tetapi dia paham dengan peringatan yang disampaikan lelaki setengah jadi di depannya itu.

"Berarti syuting akan segera dilakukan," gumam Lavender sambil membaca jadwalnya. Dia tersenyum senang dan berbincang seputar kontrak kerja itu dengan Galang. Tak berapa lama kemudian, dia segera undur diri dari hadapan Galang sebelum lelaki itu menginterogasinya lebih dalam lagi. Sedangkan Galang pun segera bangkit dari kursinya dan keluar dari ruangan untuk kembali ke kantor utamanya.

Sementara itu Jovanka yang kembali merubah diri menjadi Jovita di lantai lima pun bergegas keluar dari toilet dan berlari menuju ke arah lift. Jovita menatap angka di layar yang menunjukkan perjalanan turun lift itu dari lantai atas.

"THING!"

Pintu lift terbuka. Jovita segera masuk dan menutup pintu liftnya. Karena berjalan menunduk, dia tidak menyadari jika ada seorang laki-laki di dalam sana yang terkejut melihatnya.

"Kamu ada urusan apa di sini?" tanya Galang yang heran melihat wanita culun incaran Adam ada di gedung yang sama dengan dirinya. Jovita sontak menatap nanar ke arah Galang dengan kaget.

"Tu-tuan?" tanyanya tergagap.

"Sialan, kenapa harus berjumpa dengannya di sini," batin Jovita kesal.

"Ya. Ada urusan apa kamu ke sini?" tanya Galang lagi. Wajahnya menatap wanita culun di depannya itu dengan heran.

"Oh, ini. Tadi saya perlu mengambil berkas penelitian ke kantor rekanan tempat saya skripsi," jawab Jovita dengan lancar dan menunduk. Tangannya sesekali membenarkan rambutnya yang tidak berantakan dengan gugup. Galang menatapnya remeh sambil berdecak dalam hati.

"Wanita seperti ini yang diinginkan oleh Adam? Mungkin matanya sudah buta," gumamnya dalam hati sambil memperhatikan wajah Jovita dari samping. Dahinya berkerut.

"Wajahnya sangat mirip dengan Jovanka," batinnya. Dia pun menakar tinggi Jovita. Karena Jovita hanya mengenakan sneaker yang flat maka tingginya pun tentu saja jauh lebih pendek dari Jovanka yang terbiasa memakai higheels setinggi sepuluh sampai lima belas senti meter itu.

"Ya, tingginya juga hampir mirip meski jauh lebih tinggi Jovanka sedikit," gumamnya sambil tersenyum tipis. Entah dari mana datangnya, sebuah ide liar tiba-tiba menghampiri kepala Galang. Dia membayangkan sebuah double date dengan Adam. Masing-masing membawa pasangannya. Adam dengan wanita culun ini dan dirinya dengan Jovanka.

"Pasti akan seru jika melihat dua wanita yang mirip rupa tapi beda kelakuan," gumamnya seorang diri. Jovita yang meliriknya sekilas pun heran dengan kelakuan Galang yang tersenyum sendiri itu.

Pintu lift terbuka dan mereka pun melangkah keluar. Jovita melihat Lavender yang sedang duduk di depan sana pun segera berlalu tanpa menyapanya. Lavender yang melihat Jovita keluar dari lift bersama Galang pun paham dan urung melambaikan tangannya. Dia hanya menunduk sambil tersenyum ke arah Galang. Jovita berlalu menuju motor maticnya dan segera melajukannya tanpa menoleh lagi ke arah Galang.

Sementara Galang yang memperhatikan gadis itu hanya bisa menghela nafas saat melihat Jovita yang seenaknya saja main gas keluar dari halaman gedung perkantoran itu.

Sore itu Jovita yang baru tiba di rumahnya langsung tertidur karena kelelahan. Menjelang senja dia pun terbangun. Itu juga karena ponsel Jovanka yang terus saja meraung-raung suaranya. Jovita meraih ponsel itu dan terlihat kesal saat membaca nama yang tertera di sana.

"Ya, halo," sapanya dengan malas.

["Aku tunggu kamu di restoran. Alamatnya kukirim sekarang,"] kata Galang dengan suara yang tidak bisa dibantah lagi. Jovita mendengus kesal. Sebuah makan malam sepertinya menyenangkan, kebetulan perutnya juga mulai lapar. Dia pun bergegas mandi dan bersiap.

Jovita terlebih dahulu mecoba mencari tahu tentang restoran yang dimaksud oleh Galang melalui ponselnya. Sebuah restoran mewah yang berada di sebuah hotel bintang lima di pusat ibukota. Restoran itu bahkan memiliki dresscode unik dengan menetapkan jas atau tuxedo bagi pria dan dress gaun elegan bagi wanita untuk berkunjung ke sana.

"Aturan apa ini," gumam Jovita kesal namun dia pun segera membuka lemari pakaiannya. Dipilihnya beberapa gaun yang sesuai hingga akhirnya pilihannya jatuh pada sebuah gaun malam berleher Sabrina dengan lengan panjang melekat ketat di tangannya dan rok yang jatuh sebatas pertengahan tulang keringnya. Gaun bertabur sedikit bebatuan itu berwarna peach pucat sehingga menambah bersih kulitnya yang memang berwarna terang.

Selesai berdandan, Jovanka segera memesan sebuah taksi online yang tak sampai lima menit kemudian telah berada di depan rumahnya. Jovanka segera melangkah keluar setelah memastikan tidak ada seorang pun yang melintas di depan rumahnya.

"Syukurlah jalanan sepi," batin Jovanka sambil meminta sopir untuk segera berangkat. Hingga tak lama kemudian Jovanka tiba di hotel seperti yang tertera di pesan Galang. Sopir menurunkan Jovanka persis di depan lobi restoran yang berada di area lain lobi masuk hotel itu. Seorang pelayan menyambut ramah sambil menanyakan reservasinya.

Jovanka menyebutkan nama Galang dan dengan serta merta pelayan itu mengangguk ramah sambil mengantarkan Jovanka menuju ruangan VVIP yang telah dipesan oleh Galang.

"Terima kasih," kata Jovanka saat pelayan itu mengetukkan pintu untuknya. Pintu terbuka dan masuklah Jovanka. Galang tertegun melihat Jovanka yang kali ini terlihat begitu anggun dan mempesona. Sungguh berbeda dengan penampilan yang sering dilihatnya selama ini.

Jovanka melangkah anggun dan menunduk sebentar sebelum akhirnya dia duduk di hadapan Galang. Lelaki itu menatapnya lekat seakan tak ingin melepaskannya barang sedetik pun.

"Bisa saya pesan makanannya sekarang?" tanya Jovanka tanpa memalingkan wajahnya dari buku menu. Galang hanya mengangguk tanpa bicara. Netranya asyik memindai setiap inci wajah cantik gadis muda yang duduk di depannya itu.

Sambil membaca menu, Jovanka bertanya kepada Galang, "Kamu mau makan apa?"

"Makan kamu," jawab Galang yang seketika itu membuat Jovanka melepaskan buku menunya dengan kaget dan menatap kesal ke arah Galang yang masih tidak sadar dengan ucapannya.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C18
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login