Download App

Chapter 2: KLIP 2 MENGEMIS CUMBU

Novel ini adalah kelanjutan dari Novel yang berjudul Cinta Di Bingkai Jendela.

Ditulis oleh novelist erotis J.S. Dirga

Karena karya ini ditulis secara eksplisit maka esensi dari erotisme akan dikemukan dengan leluasa di novel ini.

_____________________

🍁Sebagaimana hasrat cinta yang tertahan serupa api yang membakar maka segala upaya untuk memadamkannya hanyalah mengipasi baranya.

Tentu tidak ada upaya yang dapat dilakukan untuk dapat menepis segala resah di dada gadis itu.

Rasa di dalam hatinya meloncat-loncat. Dari memandang menuju pada kekaguman, dari kekaguman menuju cinta, dari cinta menuju birahi dalam sekejap.

Telah lama gadis itu mondar mandir di kamarnya, kadang melangkah ke arah pintu, kadang melangkah ke arah jendela.

Dia ingin mencari cara bagaimana bisa menyapa pria rupawan itu.

Hanya sesaat, ternyata cinta telah mengarahkan jalannya, entah nafsu atau cinta yang membuat dia menjadi gila, gila dalam segala hal.

Hampir setiap hari gadis itu bermanja dalam kesendiriannya.

Malam ini dia harus mencari cara untuk dapat menyapa pria itu.

Rumah berjarak 8 meter bayangkan, betapa dekatnya. Jika ada benda jatuh dari rumah maka suaranya akan terdengar sampai ke rumah Avriella.

Tiba-tiba terlintas di pikiran gadis itu setiap malam minggu tiba cowok itu biasanya memandangi bintang-bintang sambil merokok dan ini adalah kesempatan. Ya,,, kesempatan yang tak akan lagi dilewatkan.

Aku harus mengusir rasa takut, aku harus berani, berani walau menyapanya hanya sebatas tulisan.

Lalu, setumpuk kertas telah dia sediakan di dekat jendela itu.

Satu kalimat pertama akan dibuat.

Sekarang Avriella melepas gorden itu, tentu tidak akan ada lagi yang bisa menghalangi pemandangannya, dia harus benar-benar berani malam ini.

Entahlah aku sudah mabuk, aku benar-benar mabuk kepayang dengan cowok itu.

Setiap hari aku bersedih, setiap malam aku menangis, menangisi betapa menderitanya mencintai bayang-bayang, betapa menderitanya bermanja tanpa sentuhan, berapa gelisahnya tidur tanpa teman dan kasih sayang.

Dada Avriella mulia terasa panas, menunggu detik-detik pria itu membuka jendelanya.

Semakin berdebar. Banyangn di jendela itu mulai terlihat, dan semakin berdebar lagi, ketika cowok itu membuka jendelanya.

Tubuh Avriella mematung, tangannya gemetar.

Wajahnya terlihat pucat.

Dia takut, tapi dia bahagia. Dia gugup tapi dia ingin selalu gugup. Kegugupan yang disengajakan begitu saja menetap di dadanya.

Wajah pria itu sekarang menatap indahnya bintang-bintang.

Dua lengannya diletakkan di bingkai jendela.

Sesekali pria itu menghisap rokoknya.

Avriella menunduk, kadang juga wajahnya terangkat.

Dan, bah. Pria itu menatap Avriella.

Matanya sedikit menyipit. Ya,,, dia sekarang menyipitkan mata, mata yang bertanya-tanya.

Tidak biasanya jendela itu terbuka, pikir pria itu. Dan tidak biasanya juga gadis itu menampakkan wajahnya.

Kemudian Avriella menempelkan kertas yang bertuliskan.

[Hai... Suka lihat bintang-bintang juga ya?]

Maka tulisan itu di tempel di dinding kaca secara terbalik agar pria itu bisa membaca.

Sesaat pria itu melihat lagi indahnya bintang-bintang.

Lalu matanya kembali menatap Avriella.

Dan matanya semakin menyipit. Keningnya berkerut. Itu lantaran, dia sedang membaca tulisan yang ditempelkan di dinding kaca itu.

Tubuh pria itu terangkat.

Dia bertanya-tanya, kok perempuan ini begitu berani menyapaku pikirnya.

Lalu pria itu pergi dan menutup kaca jendelanya.

Tapi lampu itu belum padam.

Tentulah Avriella benar-benar kecewa. Wajahnya seperti ditampar seribu malu, ya dia benar-benar malu.

Kok segila itu ya, kok aku berani menempel tulisan. Kok aku sebego ini.

Wajahnya menunduk ke bawah. Di koridor terlihat gelap.

Wajahnya mematung. Kesedihan telah merasuk di dalam hatinya. Kesedihan yang muncul dari rasa ketidakberdayaannya untuk dapat sekedar menyapa dan disapa.

Lalu tiba-tiba pria itu menempelkan tiga lembar kertas di jendelanya yang bertuliskan:

💙Kenakalan-kenakalanku ini Avriella

Serupa cairan candu yang hendak kau tepis namun kenyataannya kau rindu

Memanglah ketiadaanku yang secara tiba-tiba bak hempasan badai menerpa

Membusungkan jiwa tuk menggapaimu melampiaskan gejolak rasa

Kini di hatiku

Tumbuh jentik-jentik debar yang sama

Kiranya hujan takkan mampu membasahi percik asmaramu

Yang melebihi gelora api di pelukku. Akan kutakluklah segalamu

Memenuhi seserpih hasrat bercumbu bersamamu

Dalam pinangan sepi hatimu yang gebu]

Dan mata Avriella terbelalak membaca puisi erotis itu.

Dia seperti seorang gadis yang tak mengerti apa-apa namun dapat memaknai puisi pria itu.

Secara tiba-tiba Avriella kemudian menulis lagi dan menempelkan tulisan yang berisi:

♥️Andai Engkau bisa membuatku jatuh dalam pelukan

Seanggur yang memabukkan

Seranjang dada sedegup kencang

Akankah Engkau pintalkan serangkai cerita tentang keindahan cinta yang syurga

Tentang kinasih yang dibuai asmara

Lalu engkau tak membiarkan sekejap pandanganku menepi

Dari harum aroma cawan yang engkau sajikan di atas nampan birahi.

Kumohon

Sudilah kiranya engkau singgah di istana sepiku.

Di puncak malam bukitan rindu temui aku♥️

Tak berlangsung lama pria itu menulis lagi:

💙 Sejujurnya, ingin kutepis sepimu dalam bilik kesendirian.

Sebab malam, cuma mengintip resah di celah gumamku yang mempertanyakan;

Adakah semacam sunyi yang mencubit dinginmu?

Di saat gemintang yang berpendar Membiarkan ketelanjangan rembulan

Tuk menemukan hasratnya yang hilang?

Ataukah semacam gelitik yang merayap merunjami tubuhmu sebelum racau mendebarkan peluh?

Aku akan datang dengan membawa perapian di dada yang tak sempat terbakar setelah bara mengabukan airmata.

Bukalah pintumu Avriella, sebab di pintu itu aku mengetuk💙

Avriella mendadak menutup gordennya.

Tubuhnya diam, menyapa dinding ruangan, dia hanya menatap bercak putih yang mulai memudar.

Lalu Avriella bergegas lari ke ruang tamu untuk membuka pintu rumahnya.

Sesaat setelah gadis itu di depan pintu dan membukanya.

Apa yang terjadi? Pria itu berdiri di depan pintu.

Dia menggunakan celana jean biru langit, kaos abu-abu tua.

Ditambah gelang plastik warna hitam polos. Pria ini pendiam dengan pesona dewa yang mendebarkan.

Apalagi wajahnya yang rupawan disungkup keredupan sinar rembulan.

Avriella melirik ke kanan dan ke kiri.

Secara tiba-tiba, gadis itu menarik tangan pria itu.

"Ayo masuk. Nggak ada siapa-siapa,"

Dada gadis perawan itu semakin panas.

Napasnya kembang kempis.

Dan pintu itu pun dikunci.

Sesaat wajah Avriella menunduk.

Bibir bawahnya tergigit. Cowok itu masih berdiri dengan tatapan sendu. tatapan itu nakal, tatapan itu sungguh binal.

"Siapa namamu?" tanya Avriella.

Lalu Avriella mendekatkan tubuhnya ke dada pria itu.

Napasnya ngos-ngosan.

Pria itu masih diam.

"Aka Davier," jawabnya. Matanya mematung.

Ya,,, mereka saling menatap.

Bola mata Avriella bergerak ke kanan dan ke kiri.

Dia mengamati satu persatu mata pria itu.

Wajahnya tertunduk, dia meraih tangan kanan cowok itu.

Perlahan diangkat, diangkat semakin dekat. Lalu, Avriella meletakkan telapak tangan Davier ke dadanya. Tentu mata gadis itu terpejam.

Cowok itu meraih dagu Avriella, maka wajah gadis itu terangkat.

Sungguh, sejuta pesona terhimpun di wajah gadis itu, serupa bunga melati yang bersaput embun di tengah bunga-bunga plastik yang indah, indah tetapi diam.

Ya,,, keterdiaman yang menyimpan sejuta tanya tentang cinta yang surga terang bidadari yang dibuai asmara.

Pria itu memiringkan wajahnya, dia menatap kecantikan yang masih bersembunyi di teduh rona wajah gadis itu.

Wajah itu perlahan mendekat, mendekat.

Dan, dua tatap itu mematung. Dua bibir yang saling diam. Duhai betapa indahnya cinta saat bibir perawan itu bergetar menahan malu.

Avriella menatap kekosongan.

Dadanya semakin bergemuruh.

Perlahan jemari pria itu mengelus bagian telinga Avriella.

Wajah gadis itu terangkat lagi.

Dia telah dibuai rayu, dan dia,,, dia mengemis cumbu.

Kedua insan itu terlibat birahi.

Mereka mendengus, kecup itu yang tadi cuma menempel kini saling melumat.

Dari melumat lalu saling memintal, saling mengulum basah di bibir perawan.

Tubuh mereka bergeser, semakin bergeser ke sofa ruang tamu.

Avriella menekan tubuh pria itu hingga dia terhempas ke kursi.

Gadis itu mengigit telunjuknya, dia memberikan isyarat; kamu sungguh menggodaku.

Pria itu telah duduk tertelentang di sofa dia menyerah pasrah.

Tidak banyak yang ingin dia lakukan.

Gadis ini binal, pikirnya. Gadis ini nakal, gadis ini sensual. Gadis ini terlahir punya daya tarik tak ternilai.

Seribu pria akan memperebutkannya.

Gadis itu menarik kaos abu-abu itu ke atas dan terlepas.

Tangannya meraba dada bidang itu.

Dadanya kembang kempis.

Dari leher, sampai ke pusar jemari gadis itu menjalar.

Pria itu terpejam menatap kekosongan, dia merasakan seribu gelitik di dadanya.

Avriella terus meraba dan meraba.

Dia mendekatkan bibirnya ke telinga pria tampan itu.

Dengan desah, Ahhhaaaa,

Tentu terasa hangat di telinga pria itu, napas perawan yang menusuk-nusuk telinganya.

"Kamu tampan Ka." Seperti serigala kelaparan gadis itu berbisik di telinga Davier.

Mata Aka terbuka, hanya berjarak dua jari mata Avriella menyentuh matanya.

Pipi gadis itu menempel. Pipi itu lunak, cuma aroma bedak remaja yang tercum. Gadis ini tidak menggunakan parfum namun harus keringatnya sungguh sensual.

Tangannya terus meraba, dan hap.

Tangan gadis perawan itu masuk ke dalaman Aka.

Pria itu menggigit bibirnya.

Tangan gadis itu diam. Dia merasakan ada yang belum pernah terpegang olehnya, ada sesuatu yang ingin dia dapatkan dan sekarang menempel di telapak tangan kanannya.

Gede,,, gede,,, pikirannya.

Gadis itu menciumi dada Aka.

Sesekali kecupan itu merambat ke leher. Kecupan itu semakin basah.

Gadis itu kembali melumat bibir ungu kecoklatan Aka.

Tak berlangsung lama. Gadis itu melepas resleting Aka.

Dengan dua tangannya dan blasss.

Dua sisi resleting itu terbuka.

Daleman berwarna biru navi itu terlihat.

Serupa gundukan, ada setetes cairan yang membasahi gundukan itu.

Tangan pria itu mengelus rambut Avriella yang terurai.

Avriella membuka tanktopnya.

Mata pria itu terbuka, dia menelan ludahnya.

Namun dia masih tidak banyak bergerak, gadis itu sungguh agresif.

Perlahan tangan gadis itu memerosotkan dalaman Aka.

Perlahan dan terus ke bawah, rambut itu mulai terlihat, dan kini jelas terlihat.

Kepriaan Aka semakin jelas dan.

Ya,,, semuanya terlihat.

Dada gadis itu berdebar lebih cepat.

Ada gemuruh di dadanya yang meracau.

Tanganya menyetuh, batang itu.

Tubuh Aka sedikit bergeser, dia merasakan gelitik. Ya,, gelitik tangan gadis itu yang lembut.

Tangannya dingin. Batang itu panas.

Perlahan itu dielus, dielus, dan semakin dielus.

Dan Avriella pernah membaca novel dewasa, tentu dia tahu apa yang akan dia lakukan.

Bibir perawan itu menyentuh kepala.

Sedikit kecupan, matanya menatap Aka, dengan tatapan genit yang hunjam.

Lalu blassss mulut itu menelan kepriaan Aka.

Wajah Aka terangkat.

Tanganya menekan kepala gadis itu.

Dan terbenam, semakin terbenam lalu mentok.

"Mentokin," bisik Aka.

Wajah gadis itu menggeleng-geleng. Dia susah bernafas.

Dan,,, Ahhh. Dia mengeluarkan batang itu lagi.

Lalu, seperti seorang gadis mengulum lolipop, bibir gadis itu memainkan Kont*l Aka.

Semakin tegang, semakin licin.

Tak puas hanya dengan mengemut dia menggesek-gesek dadanya ke sana.

Dia menghimpit kepriaan itu dengan dua dadanya.

Dada itu masih perawan tidak begitu besar, cuma serupa bukit. Bukit yang menggunung. Padat dan masih kencang.

Lalu diemut lagi, sambil meraba-raba paha berotot Aka.

Bulu itu hitam rapat, terlihat lama tidak dicukur.

Lalu rasa iba menyusup diam-diam di hati pria itu, dia kasihan dengan birahi gadis itu yang memohon cumbuannya.

Perlahan Aka meraba dada gadis itu, terus meraba ke bawah, ke bawah terus ke bawah dan balass. Ya, wajah Avriella menengadah, maka Aka melumat lagi bibir itu, sambil meraba bagian bawah gadis itu.

Pria itu merasakan, ada becek, ada basah, ada lendir yang bercampur air.

Ya, gadis ini benar-benar terangsang pikirnya.

Dengan cepat Aka meraih tubuh mungil itu, dia mengangkatnya ke sofa.

Gadis itu duduk, kepalanya bersandar di dinding sofa.

Aka mendekatkan wajahnya.

Dekat semakin dekat dan bibir itu saling memintal.

Lalu bibir itu turun ke leher, gadis itu menggelinjang.

Kecupan itu turun ke dada, gadis itu merintih.

Kecupan itu ke dada kanan, dan ke dada kiri.

"Emuaaach, emuaach," kecupan Aka membuat gadis itu melirihkan kenikmatan yang langit.

Malam semakin larut.

Namun birahi belum padam.

Kecupan Aka terus turun ke bawah.

Dan kecupan itu menyetuh pusar, perut gadis itu terangkat, terasa seribu gelitik merunjami perutnya.

Lidah Aka bermain di pusar gadis itu.

Eum, pusar ini menggemaskan pikir Aka.

Lalu kecupan itu semakin turun.

Dan dalaman itu masih menutupi vaginanya.

Perlahan Aka menurunkan dalaman itu.

Ya,,, hanya bulu halus, bulu ini belum pernah dicukur.

Aka terus menurunkan dalaman merah jambu itu.

Dan, kerang itu benar-benar terbuka.

Avriella mengulum jemari telunjuknya, itu isyarat dia memohon untuk dijilat.

Diapain pokonya asal enak. Dikocok juga boleh. Pikirnya.

Aka perlahan mendorong paha kiri Avriella, dan menarik paha kanannya.

Whooo,,,, kewanitaan itu terbuka lebar, tidak ada lagi yang bisa menghalangi.

Ah, tapi tangan gadis itu menutupinya.

Tentu Aka merasa jengkel.

Maka Aka meraih jari jemari gadis itu yang mencoba menutupi vaginanya.

Lalu jari itu dimasukkan ke dalam mulut Aka, dia mengulum jari jemari Avriella.

Tentulah mata gadis itu terpejam.

Di sinilah waktunya bagi Aka, untuk melumat lobang birahi itu.

Wajah pria itu sekarang terbenam di antara dua paha gadis itu, dua paha yang terbuka lebar, dua paha yang mulus, paha yang molek, bersih dan kencang.

Lalu Avriella merintih.

Karena keras rintihan itu dia menutup bibirnya.

Lidah Aka menusuk-nusuk mem*knya.

"Sruuup" suara lidah Aka.

"Ssssst" Gadis itu semakin rintih.

"Akaaaa," lirih gadis itu.

Gadis itu mengigit bibirnya.

Matanya merapat wajah Aka yang sedang berada di selangkangannya.

Dia mengelus rambut pria itu.

Sesekali Aka membuka ruang gelap itu, ruang itu masih rapat, dua jari belum bisa masuk, jika pun masuk gadis itu pasti menjerit.

Dia terus menusuk lobang itu dengan lidah nakalnya, dan memainkan daging serupa butiran kacang yang menggemaskan.

Eum, gadis ini masih perawan pikirnya.

Pria tampan itu terus menjilati ruang itu.

Avriella semakin bergejolak.

Pahanya mulai bergetar, semakin bergetar, gadis itu hampir mau keluar.

Hidung Aka semakin terbenam dan,,,

"Akaaaaa, aku mau keluar," jerit gadis itu.

"Keluarin La," bisik Aka.

"Ahhhhh Kaaaaaa," paha gadis itu bergetar.

Dan, muncrat cairan itu ke mulut Aka.

Pria itu tersenyum. Itu senyum pertamanya.

Mata pria itu indah, binar matanya seperti bintang di langit-langit malam.

Senyumnya menawan.

Gadis itu meletakkan kedua tangannya ke bahu.

Dan menciumi bibir Aka.

Lumatan itu semakin binal, belum cukup hanya segitu pikirnya.

Aku mau cowok ini menguasai aku sepenuhnya.

Gadis itu mendekatkan bibirnya ke telinga Aka.

"Gendong aku ke kamar tempat aku sering lihatin kamu,"

Lalu pria itu meraih tubuh Avriella.

Dan menggendongnya ke atas.

"Pakaiannya gimana?" Bisik Aka.

"Nggak perlu, keluargaku liburan selama 5 hari,".

Aka mengangguk.

Perlahan Aka menaiki tangga, dua insan yang sedang bertelanjang itu sungguh-sungguh nekat.

Avriella terus menatap keindahan wajah Aka. Sepanjang menaiki tangga. Aku akan berbuat apa saja demi cowok ini pikirnya, matipun aku rela.

Sesampainya di atas ruang kamar.

Aka melirik banyak kertas yang berhamburan.

Lalu Avriella tersenyum. Bukan apa-apa dia malu karena kertas itu yang digunakannya untuk menulis kata-kata kepada Aka.

"Ayo turunin." Bisik Avriella.

Maka Aka menurunkan Avriella di ranjang.

Gadis itu menggoyang goyangkan pahanya.

"Ini audio player?" tanya Aka.

"Eum," Avriella mengangguk.

"Hidupin aja, tapi cuma instrumental Jaz Erotik.

Lalu Aka menekan tombol audio. Tentulah musik bersenandung di ruang kamar itu.

Sesekali wajah pria melirik gorden.

Eum, dan di tembok itu tertulis, [Cintaku Di Bingkai Jendela.]

Mata Avriella masih mengawasi tubuh Aka.

Lalu Aka tersenyum menatap wajah perawan itu.

Avriella tak henti-hentinya mengintai senjata Aka yang masih berdiri lurus.

Mimpi yang sekian lamanya terpendam kini menjadi kenyataan.

Pria ini berdiri tanpa sehelai benang di depannya.

Lalu Aka perlahan menaiki ranjang.

Lutut Avriella bergoyang-goyang dia mengulum telunjuknya.

Aka merebahkan tubuhnya di sebelah kanan gadis itu.

Agak miring.

Mata Avriella mematung di langit-langit kamar.

Sesekali dia melirik indahnya dada pria di sampingnya.

Dia malu, mengingat kejadian barusan. Tapi dia menikmati.

Lebih malu lagi sekarang Aka menatap wajahnya.

Dadanya semakin berdebar.

Perlahan tangan Aka merambat ke pusarnya, terus turun dan perut Avriella terangkat, rangsangan di tubuhnya kembali memuncak.

Apalagi tangan Aka tak berhenti bermain di kewanitaannya.

Lalu Avriella berbisik.

"Kuasai aku ya." Kata Avriella.

Kening Aka berkerut.

"Kamu kan masih perawan?" tanya Aka.

Avriella mengangguk.

Sesat kemudian, tangan gadis itu membelai pipi Aka, tatapannya begitu teduh. Dia menelan ludahnya yang kemudian terasa hambar. Gadis itu mengamati mata kanan dan kiri Aka.

Pria ini sungguh menawan, dari apakah dia diciptakan, gumamnya di antara denting keheningan yang berlagu.

"Ent*t aku Ka. Kumohon, ya?" bisik gadis perawan itu.

Wajah Aka menatap bintang-bintang, dan rembulan menghias di langit-langit malam.

Aluna syahdu instrumental bertebang bersenandung mengiringi detak jantung yang melerai cumbu.

Lalu Aka membawahi tubuh molek itu.

Tangan gadis itu masih mengelus pipi Aka, sesekali dia meraba dada bidang pria itu.

Ternyata angin malam tak ingin hanya diam, dua bibir itu terdorong hanya dengan sekali kecupan.

"Lebarin pahanya La," ujar Aka.

Gadis itu mengangguk.

Sekali lagi dia menelan ludahnya.

"Pelan-pelan ya,,," bisik gadis itu manja.

Tangan gadis itu masih meraba pipi pria itu.

"Tatap mataku La" bisik Aka.

Sembari dia menuntut kepriaanya.

Gadis itu merasakan ada gesekan, ada sesuatu gelitik yang ingin masuk.

Dia sedikit takut. Gadis itu masih menatap indah wajah pria itu.

"Tunggu bentar Ka,"

Gadis itu melumuri jemarinya dengan ludahnya kemudian ditempelkan ke ruang kewanitaannya.

"Ayo Ka," bisiknya.

Seperti seribu gelitik merambat ke dalam vaginanya, gelitik yang perlahan mencoba masuk, gelitik yang bercampur geli.

Ya, gadis itu hampir merasakan keperiann itu hampir masuk, sedikit lagi.

Dia mengigit bibirnya, matanya masih menata dada Aka, kemudian menatao mata Aka.

"Tahan ya La."

Pelan, perlahan, belum masuk , hampir masuk , dan semakin.

"Blasssssssssss, "

"Akaaaaaa," Gadis itu merintih manja.

Pria itu memeluk gadis itu.

Senjata itu telah masuk.

Karena Aka menyadari ini yang pertama kalinya bagi Avriella, maka dia mendiamkan tubuhnya sejenak sambil mengecup dahi wanitanya.

Musik jazz yang tadi bersenandung kini telah padam.

Dan, mata gadis itu terpejam, sesaat kemudian gadis itu membuka matanya.

Perlahan dia membuka senyum, dan Aka pun tersenyum.

Dua senyum yang menyulam cinta.

Dua senyum yang saling menatap bintang-bintang, dua senyum yang saling memadu kasih, dua senyum yang menemui tempatnya.

Perlahan Aka menarik kepriaanya, lalu memasukkannya lagi, dengan pelan, semakin pelan.

"Ssssttt," desah gadis itu mengalun di telinga.

Tangannya perlahan meraba pundak pria itu.

"Dient*t kamu enak Ka,"

Pria itu tersenyum lagi.

"Mem*k kamu basah, enak juga La, hangat."

Lalu Avriella tersenyum lagi.

Lalu Aka mempercepat genjotannya.

"Ahhhhh Ka..."

Gemuruh nafsu yang berkecamuk di dada gadis itu kini semakin panas.

"Akaaaa, terus ent*tin aku, kumohon."

"Kont*l kamu gede, mentokin Ka,"

Gadis itu menekan punggung Aka, dia masih jengkel karena masih ada yang belum masuk semuanya.

Aka menghentak lebih keras.

"Sssstttt," bibir gadis itu tergigit matanya menyipit. Dia telah dibuai sentuhan pria tampan, pria yang lama diidamkan.

"Kamu perempuanku, akan kubuat kamu mengerti itu," bisik Aka menembus telinga gadis jelita itu.

Aka memaju genjotannya, suara ombak pecak, memecah keheningan ruangan, suara basah yang mengikuti desah.

Suara lirih gadis itu tak ingin berhenti, dia sungguh di dalam bara napsu yang bergejolak.

"Ahhhhhh, Ahhhhh, Sssst," Desah gadis itu bertembang di bibirnya yang basah

"Uhhhh Kaaaaa," Lirih gadis itu semakin rintih

"Jangan berhenti Ka," gadis itu semakin memelas cumbu.

Tangannya meraih pipi Aka, dan dua bibir itu kembali lagi bertemu dalam lumatan yang saling memintal, dan mengulum, entah berapa lama lidah itu saling masuk bergantian, saling kulum membasah mendebur karang.

Itulah ciuman yang mengungkapkan betapa jari lembutnya jari jemari angin mencumbui kuntum Krisan di bawah keredupan rembulan.

Itulah ciuman yang menyatukan cinta dan kerinduan, itulah ciuman hangat yang menepis duka lara, itu pula ciuman dari bibir pria dan wanita yang bersama memaknai kehidupan dan cinta.

Kedua insan itu terlibat birahi yang teramat surga.

Birahi sebagai kobaran nyala api cinta membara.

"Terusss Kaaaa, Ent*tin akunya,"

Kedua tangan mereka saling menyatu jari-jari itu saling bertemu.

Aka mengangkat tubuhnya. Ya itu, frog style.

Wajah Aka menengadah, dia teramat menikmati betapa rapatnya kewanitaan itu, betapa basahnya, betapa gelinya, betapa hangatnya, betapa enaknya, sejuta kata tak cukup dilukis untuk mengungkapkan betapa nikmatnya kepriaan yang menjelajahi palung rentan seorang perempuan.

Aka mengigit bibir bawahnya, sesekali wajahnya menatap kekosongan ke arah wajah gadis yang ada di bawah tubuhnya gadis jelita yang malu-malu, gadis jelita yang memburu napsu, gadis yang ingin menepis kebiadaban sepi, gadis yang ingin mengusir ketamakan birahi, gadis yang mengemis cumbu, gadis yang telanjang memohon kepuasa.

"Avriella-ku yang cantik, miring ya?" Bisik Aka pelan.

Avriella menggunduk.

Lalu Aka merebahkan tubuhnya ke samping kanan gadis itu.

Gadis itu miring ke kiri.

Tangan kiri Aka menyangga kepala gadis itu, sementara tangan kanannya mengangkat paha gadis itu ke atas pahanya, biar lebih leluasa.

Dan, Tanganya kembali menuntun kepriaanya masuk.

Belum masuk, baru, tapi hampir, sedikit lagi, baru kepalanya saja di pintu lobang basah itu.

Dan

"Ssssst," desah Avriella.

"Kenapa La,"

"Enak Ka,"

"Cepetin? Apa lambat?"

"Lambat terus cepat,"

Aka tersenyum, dia kemudian mencium pipi gadis itu.

"Ohhh,,, Akaaa, Ahhhh, Akaa,"

Gila, enak banget. Gumam gadis itu.

Cowok ini kuat, dari tadi belum keluar-keluar. Tapi jujur, aku semakin keenakan, semakin lama aku semakin enak.

"Punyamu keras Ka?"

"Oya," sambil menggenjot mem*k gadis itu.

"Keringatan La"

"Sama aku juga"

"Panas punyamu,"

"Punyamu juga panas," lanjut Avriella.

"Aahhhh," desah pria itu terdengar jelas di telinga Avriella. Hembusan napasnya yang hangat semakin memacu libidonya.

Aka memacu genjotannya semakin cepat, cepat dan cepat dan semakin.

"Akkkaaaa," gadis itu merintih manja.

Namun tak sempat merintih keras lantaran bibir Aka melumat mulut gadis itu, maka ciuman itu kembali terpintal.

Suara becek dari kecupan itu memecah ruangan.

Cukup beberapa lama ciuman itu bermanja dalam sentuhan.

"Nungging ya La," bisik Aka.

Aduh, cowok ini kuat banget, aku suka, aku suka.

"Iya Ka,"

Lalu Avriella mengangti posisinya, yang tadi miring sekarang, menungging.

"Lebarin pahanya La,"

Avriella seperti kuda betina yang haus birahi sekarang, begitu pun dengan Aka, dua sejoli yang dimabuk candu birahi.

Lalu Aka menuntun kepriaannya masuk.

Perlahan, lebih pelan. Sedikit lagi

Memang lobang mmx itu sudah basah, licin jadi lebih mudah.

"Blasss,"

"Uhhhhhh Ka," gadis itu merintih.

Tiba-tiba ktl itu dicabut.

"Kenapa Ka?"

"Bentar,"

Gadis itu menunggu.

"La, La?"

Wajah Avriella menoleh ke belakang sesekali dia melihat wajah Aka.

"Kenapa Ka?"

"Patah, La?"

"Apanya yang patah?"

"Ktl-ku.?"

"Kok bisa?"

"Mmx-mu sempit banget,"

"Hahahaha, hahaha,"

Keduanya tertawa.

Ya, mereka benar-benar tertawa.

Bukankah ini adalah seni erotisme yang fantastis.

Karena dia yang tak pernah tertawa sekali saja dalam hubungan intim, pasti dia bercinta dengan orang yang salah.

Kemudian wajah Avriella menghadap lagi ke arah dinding ruangan.

"Udah ah, masukin lagi," Avriella memelas.

Dan Aka kembali menuntun senjatanya masuk.

Dan,

"Blasss."

"Ahhhhh, ini lebih enak La," bisik Aka.

"Mentokin ktl-nya Ka,"

"Ya La,"

Aka menggenjot mmx basah itu, mmx itu semakin enak, mmx itu semakin mengairahkan, semakin basah.

Habislah kata untuk melukiskan betapa rasanya ktl di dalam mmx panas itu.

Aka meraih rambut Avriella.

Rambut itu ditarik, gadis itu merintih.

"Awww Ka. Sssst."

Terlihat Avriella menikmati tarikan di rambutnya.

Lalu tangan kanan Aka menampar kuat pantat gadis itu.

"Sssst, aww,"

Karena gadis itu menjerit maka, ktl itu semakin ditekan.

Semakin terbenam.

Ditepuk lebih keras lagi.

Pantat itu terangkat dan bergetar.

"Awwww Kaaa."

Karena rambut itu ditarik perlahan, maka wajah gadis itu menatap ke atas.

Inilah yang dikatakan;

Rasa sakit dan kenikmatan keduanya saling berhubungan, dan hanya melalui rasa sakit seorang pria dapat memasuki hati wanita.

Wajah gadis itu masih terpejam menengadah ke atas.

Aka mendekatkan bibirnya ke bibir Avriella yang sedang menghadap langit-langit kamar. Hup,,,, bibir itu menyatu dalam lumatan.

Tangan kanan pria tampan itu meraba dada Avriella, meremas dengan penuh kelembutan, meremas satu persatu yang kiri dan kanan.

Bibir mencium, tangan meraba. Lalu mmx dan ktl saling bercerita.

Apa jadinya. Dua sejoli yang terlibat birahi.

Hinga pejam, hingga rintih, hingga lirih.

Mmx itu semakin basah.

"Aku mau keluar Ka,"

"Ayo sayang rebahan,"

Maka Aka merebahkan wanitanya.

Sekarang gadis itu tertelentang Aka mengecup satu persatu dada montok itu.

Diremas dan di kecup.

Lalu Aka menuntun kembali ktl-nya ke lobang mmx Avriella.

"Ahhh, Ahhh,"

Aka merebahkan tubuhnya, sehingga dua dada itu saling menempel.

Aka mendekatkan bibirnya ke telinga Avriella.

"Ngentotin mmx kamu enak La. Aku janji akan ent*tn terus dan tak akan pernah melupakanmu,"

"Ahhh ka," desah gadis itu.

"Kamu gadis cantik yang pernah aku temui dan tidak akan pernah aku temui lagi setelah kamu La,"

Tangan Avriella mengelus kepala Aka.

"Ayo tarik napasnya pelan sayang,"

Maka Avriella mengikuti saran Aka, diem ya.

Lalu Aka mendesahkan kata untuk memacu wanitanya keluar.

"Ahhhhhhhh,,,, Laaaaa, Ahaaaa laaa,"

Genjotan itu perlahan, pelan, pelan, pekan, sedikit cepat, semakin cepat dan cepat.

Maka pelukan Avriella mulai terasa, itu menandakan dia hampir tiba, Avriella hampir keluar.

Lalu keduanya diam, salin diam tubuh itu berhenti bergoyang.

Bibir Aka masih menempel di telinga Avriella.

Kemudian.

"Ayo Ka," bisik Avriella.

"Sssssst,,, sange, sange, sange, sange" bisik Aka.

Sambil menggenjot mmx gadis itu.

Paha gadis itu mulai bergetar, pelukannya semakin erat.

Aka merasakan ada cairan yang semakin licin dan basah.

Dia mempercepat, genjotannya.

"Akaaaaaa aku keluar,"

Aka memeluk wanitanya, sesekali mengecup dahi wanita itu.

Keringat di jakun Aka menetes ke dada gadis itu.

Gadis itu terlihat lemas. Dia memberi waktu hingga mmx itu siap menerima genjotan terakhir.

Lalu Aka mengangkat tubuhnya sedikit.

"Bantu aku La, kalo udah lama keluarnya susah," bisik Aka.

Avriella mengangguk. Dan Avriella tahu apa yang akan dia lakukan.

Dia memegang kedua pipi Aka.

Pipi itu dielus, lalu dia juga meraba seluruh tubuh pria itu.

Dada bidang itu pun dielusnya hingga libido pria itu memuncak.

Setetes demi setetes keringat itu berjatuhan.

"Ent*t terus Ka," jangan berhenti.

"Ahhhh, Ssst, terus Ka, terus, ahhhhh."

Gila,,, ktl ini enak banget, dient*t Aka emang enak. Gadis itu tak berhenti bergumam.

Gadis itu semakin merem-melek.

"Hampir keluar La,"

Dan Avriella menekan dua tanda hitam di dada pria itu.

Itu tempat untuk memacu libido pria.

Ya itulah jalannya;

Jalan menuju hati pria merabah kuncinya di pipinya dan mengetuk tulang rusuknya.

"Ssssst, ahhhh,"

Aka kembali menciumi leher Avriella, mencium dahinya, menciumi matanya uangs sedang terpejam, sehingga wajah itu semuanya tersentuh bibir rupawan lagi menawan.

Tangannya meremas dada gadis itu dada yang montok, dada yang padat, dada yang bersih nampak tiada bercak luka di dada itu.

Dialah bidadari Aka malam ini.

"Genjotan itu semakin cepat, cepat,"

Mata Avriella terbuka.

"Lama banget,,,," tutur Avriella sambil tersenyum manja.

Aka mencium bibirnya.

"Mau dikeluarin di mana?"

"Dalem aja," bisik Avriella.

"Sungguh?"

"Iya,,,"

Maka semakin cepat genjotan itu dipacu, Avriella mengelus lagi pipi pria itu.

"Sssst"

Avriella semakin tegang dia ingin keluar lagi.

"Ka Aku mau keluar lagi,"

"Ayo bareng. Tarik napasnya, dan diem aja ya."

Aka mendekatkan wajahnya ke telinga Avriella karena menatap wajah wanitanya hanya akan melenyapkan fantasinya, itulah mengapa Aka mendekatkan bibirnya ke telinga.

"Ahhhhhhh, ssssst,,,,"

Dua insan itu menyulam rintih.

Suara becek mmx Avriella terdengar, jelas. Suara seperti seorang gadis mengocok telur.

"Akaaaaa, akaaaaa, ahhhhh, aku keluar, " jerit gadis itu. Pahanya bergetar.

Dan dengan sekali hentakan terakhir.

"Ssssst, Aku keluar, La."

Cairan itu memancar di relung kewanitaan Avriella.

Relung itu basah, relung itu berdenyut, kembang kempis.

Semuanya basah membajir peluh di atas tilam bisu.

Tubuh Aka lemas terkulai, terjatuh dalam pangkuan gadis dengan pesona seanggur yang memabukkan. Seranjang dada sedegup kencang.

Avriella cuma menatap bintang-bintang yang bergemerlapan.

Sesekali dia menatap jendela kaca dengan bercak coklat tua itu, sekiaj banyak sudah kisah dihabiskan di sana.

Segala rindu dan kenangan terpaku di sana.

Sekita, mata gadis itu berlinang, ada yang merembes diam-diam di sendu mata itu, dia menangis. Dia bahagia, dia mendapatkan apa yang diinginkannya.

Namun dia juga menangisi ketakutan akan sebuah perpisahan.

Bagaimana jika pria yang dalam pelukannya itu hilang tiba-tiba.

Betapa tidak berartinya cinta dalam ketidakpastiannya?

Lalu bayangan masa lalunya melintas.

Ketika dia mengikuti Aka dari belakang di saat berangkat ke sekolah, mengintip Aka yang sedang bertelanjang dada, yang sedang masturbasi di sofanya.

Seakan semua itu mimpi namun kini telah menjadi kenyataan.

Tak terasa tangisnya semakin deras dan malam.

"Kamu menangis, La."

"Ah tidak, Ka,"

"Tapi airmatamu menetes."

Avriella tersenyum.

Gadis itu mencium dahi pria itu, dan tentu ciuman itu berbalas.

"Aku milikmu La,,,, ya aku milikmu hati dan jiwa."

"Aku juga... Ka" derai tangis gadis itu tak mampu dibendungnya.

"... Ya aku pun menyayangimu nurani dan jiwa, Ka"

Dan, cinta cukup menghimpun dua pengakuan itu.

"Apakah ini cinta?" tanya Avriella.

"Ya, inilah cinta, La."

Tentu itulah cinta.

Sebab nafsu tanpa cinta adalah keburukan, dan cinta tanpa nafsu pasti lebih buruk lagi.

Kemudian malam mengunci diam, dan tak akan ada lagi bintang yang menghujat kemurungan gadis itu dalam kebodohannya, sebab pria yang mendekap kerinduannya telah menadah air mata.

"Tidurlah Avriella-ku sayang."

Gumamnya di antara kesunyian yang syahdu dan lirih angin malam yang memerdu lagu.

🍁🍁🍁🍁

***

TAMAT

JANGAN LUPA VOTE

🍂TERIMAKASIH 🍂


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login