Download App

Chapter 2: 2. Noda Kesucian

"Akh! Lepaskan aku!"

Nevere memegang rambutnya yang ditarik oleh Nergal. Nevere tidak diberikan pilihan. Ia hanya bisa menerima perlakukan Nergal, pria asing yang tidak ia kenal. Kulit kepalanya terasa seperti terkelupas. Nevere menahan pedihnya.

Nergal menyeret kembali Nevere ke ranjang. Ia memaksa Nevere untuk membuka mulutnya dan membuat Nevere meminum red wine yang sudah ada obat di dalamnya.

"Uhuk ... Uhuk ... Uhuk ..." Nevere memuntahkan wine tersebut.

"Beraninya kau mengeluarkannya!" bentak Nergal. "Kau pikir, kau wanita terhormat yang harus aku perlakukan baik, hah? Kau hanyalah wanita sampah!" bentaknya lagi.

Nergal memasukkan red wine itu ke dalam mulutnya dan memaksa Nevere menikmatinya sembari berciuman dengannya. Tubuh Nevere menegang. Ia memukul-mukul bahu Nergal supaya ia melepaskannya. Akan tetapi, Nergal menekan kepala belakang Nevere untuk memperdalam ciumannya.

'Tuhan ... Bantu aku,' batin Nevere.

Nevere menggigit bibir Nergal. Nergal melepaskan pagutannya karena bibirnya berdarah. Nevere terus menangis dan meronta-ronta sampai ia sendiri merasa lelah karena perbedaan kekuataan Nevere dan Nergal sangat jelas.

"Apa yang kau berikan padaku?" teriak Nevere. "Dasar gila! Aku tidak mengenalmu! Kenapa kau melakukan hal ini padaku?" teriak Nevere.

"Heuh!" Nergal tersenyum angkuh. Ia menatap Nevere seperti wanita hina.

Nevere merasa ada sesuatu yang salah dengan tubuhnya. Kamar tersebut memiliki suhu yang cukup dingin. Akan tetapi, Nevere merasa tubuhnya panas.

'Panas ini sangat menyiksaku,' batin Nevere.

Nergal memegang pipi Nevere. Sentuhan itu membuat tubuh Nevere semakin terasa gila seperti ada ribuan semut yang menggigitnya. Nevere menahan keanehan itu sebisa mungkin. Ia tidak ingin memohon pada bajingan yang membuatnya dalam posisi seperti saat ini.

Pandangam Nevere mulai tidak jelas. Ia menepis tangan Nergal dan mengambil kartu akses yang terletak di atas laci.

"Kau mau pergi ke mana?" teriak Nergal.

"Akh! Biarkan aku pergi. Aku mohon padamu," pinta Nevere. Namun, Nergal tidak mempedulikannya meski ia memelas.

"Tidak!" tolak Nergal tegas. "Kau membutuhkan tubuhku sekarang. Kau tidak bisa menolakku dan akan menyerahkan dirimu seperti kau menjajakan tubuhmu ke Michael atau pria kaya lainnya," ujar Nergal.

"Tidak! Aku bukan wanita seperti itu! Kau tidak bisa melakukan hal ini padaku. Tidak bisa!" Nevere berusaha melepaskan dirinya meski lagi dan lagi ia gagal.

Kaki Nevere semakin lemas. Tubuhnya berkeringat cukup banyak. Rasa panas yang ia rasakan semakin bertambah dari detik ke detik.

"Apa yang kau berikan padaku? Ugh! Ini menyakitkan," rintih Nevere.

"Memohonlah padaku, aku akan membantumu," ucap Nergal angkuh.

Plak!

Nevere menampar Nergal. "Aku tidak akan sudi melakukannya! Cuih!" Nevere meludahi wajah Nergal yang terlihat menjijikkan.

Nevere menggigit lengannya sendiri untuk menahan kesakitan yang berangsur-angsur melenyapkan kekuatan Nevere. Nergal semakin kesal melihat Nevere yang sangat keras kepala dan tidak mau memohon padanya.

Sikap Nevere padanya seperti sebuah hinaan yang tidak bisa Nergal toleransikan. Nergal menggendong Nevere yang lemas dan membaringkannya di atas ranjang. Dalam situasinya saat ini, Nevere terus menolak Nergal.

"Apa kau tahu? Sekarang, kau seperti wanita yang kesepian!" bisik Nergal.

"Pergi! Menjauh dariku! Jangan menyentuhku! Pergi, aku mohon!" pinta Nevere.

"Aku tidak akan melepaskanmu."

Deg!

Nergal menarik dress yang melekat di tubuh Nevere. "Hentikan!" teriak Nevere. Ia mundur dan menutup bagian tubuhnya terbuka menggunakan tangan. "Tolong, jangan sentuh aku. Apa kau tuli? Apa kau tidak mendengar bahwa aku sudah memohon padamu berkali-kali?" Airmata Nevere membanjiri pipinya.

Di depan Nevere ada seorang iblis yang menginginkan tubuhnya. Nevere tidak pernah berada pada posisi itu, hingga ia tidak bisa berpikir jernih karena Nergal benar-benar menakutkan.

Nergal tidak peduli. Ia menarik Nevere dan mengikat tangan Nevere ke belakang menggunakan dasi miliknya. Nergal menarik rambut Nevere yang sudah berantakan. Make up tipis yang menghiasi wajahnya, sudah luntur tersapu oleh airmata.

Wajah Nevere tanpa make up terlihat lebih manis. Membuat Nergal bergairah. Nafsunya menggebu-gebu untuk segera menikmati tubuh yang sudah berada dalam cengkeraman tangannya.

"Malam ini kau akan menjadi milikku sampai aku bosan dan aku sendiri yang akan membuangmu."

Tubuh Nevere yang gemetaran menolak semua sentuhan Nergal. Kebencian tertanam lekat di saat Nevere tidak sepenuhnya sadar. Nevere tidak akan pernah melupakan penghinaan Nergal terhadapnya.

Obat yang Nergal campurkan membuat Nevere semakin ingin disentuh. Akan tetapi, Nevere memilih menyiksa dirinya sendiri dibandingkan harus menyerahkan harga dirinya pada pria yang tidak ia kenal.

"Bibirmu terasa manis," bisik Nergal sembari mengecup telinga Nevere.

Sentuhan tangan Nergal membuat tubuh Nevere menagih ingin lebih. Nevere berusaha untuk tetap sadar. Ia membenci dan mengutuk Nergal. Rasa panas pada tubuhnya semakin meningkat.

Srak!

Nergal menghempaskan dress milik Nevere ke lantai. Nevere terus menangis tanpa henti. Suara tangis yang sesenggukan membuat Nergal semakin bergairah dan semakin tidak sabar untuk menikmati tubuh Nevere. Satu per satu kain yang menutupi keduanya, sudah Nergal tanggalkan.

"Aku benci padamu! Aku benci padamu! Aku mengutukmu! Aku mengutukmu!" teriak Nevere.

Hiks ... Hiks ... Hiks ...

Nergal membungkam Nevere menggunakan bibirnya. Sentuhannya lembut, tapi rakus. Nevere menolak dan tidak ada kata nikmat.

Nergal mengacak-acak tubuh Nevere dari ujung rambut sampai ujung kakinya. Lilin feromon semakin membuat Nevere tidak berdaya.

"Bisakah aku memohon padamu sekali lagi, Tuan Nergal?" gumam Nevere. Setidaknya, Nevere masih berharap Nergal akan melepaskannya.

"Memohonlah untuk aku memasukimu, bukan melepaskanmu," ucap Nergal. "Aku benci pada wanita yang pura-pura suci sepertimu!" sambungnya.

Siapa Nergal sebenarnya? Nergal menekan kepala Nevere. Ia memaksakan miliknya menerobos kesucian Nevere. Nevere mencengkeram erat seprai. Tubuhnya terasa tercabik-cabik dan sesuatu seperti merobek bagian bawahnya.

"Sa—sakit. Sa—sakit sekali. Hentikan! Aku bisa mati," rintih Nevere.

Nevere menepis tangan Nergal yang memegang kepalanya. Ia merangkak untuk kabur lagi, tapi tidak ada tenaga yang tersisa. Darah menetes pada pahanya. Nergal menarik Nevere dan membuka kaki Nevere di hadapannya.

"Kau mau kabur? Tentu saja aku tidak mengizinkannya," ucap Nergal.

Nergal mencium bibir Nevere. Ia tidak peduli kesakitan seperti apa yang menyiksa Nevere. Kuku Nevere mencakar punggung Nergal ketika Nergal memaksakan miliknya lagi.

"Apa kau suka ketika aku berada di dalammu?" bisik Nergal.

"Tidak! Kau tidak bisa melakukan hal ini padaku. Aku tidak mau melakukannya denganmu!" Nevere masih berusaha melepaskan dirinya. "Akh! Sakit!" teriak Nevere tiba-tiba.

Nergal tidak peduli. Sejak awal ia meminta seseorang untuk membawa Nevere, sudah pasti ia merencanakan untuk menghancurkan kehormatan Nevere. Kamera terus merekam dari awal sampai detik ini.

Tangisan, rintihan, permohonan, dianggap sebagai sebuah hiburan. Nevere tidak tahan lagi. Ia merasa mual dan sekujur tubuhnya sakit. Hingga semuanya menjadi gelap dan telinganya berdegung tidak bisa mendengar apapun, bahkan suara napasnya sendiri.

"Aku tidak akan berhenti, meskipun kau pingsan!"


Load failed, please RETRY

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login