Download App

Chapter 3: Perubahan

Arya saat ini sedang duduk di salah satu bangku taman yang berada di kampusnya. Di tangannya, Arya sedang menggenggam sebuah buku yang terbuka. Meski ada buku di tepat hadapannya, tapi Arya tidak bisa membacanya sama sekali.

Itu bukan karena Arya tidak bisa membaca. Dia sudah berumur 20 tahun dan sudah duduk di bangku kuliah, jadi tak mungkin dirinya buta huruf, lalu kenapa Arya tidak bisa membaca buku di hadapannya?

Itu karena dia tidak bisa konsentrasi pada bukunya. Meski tadi pagi, tubuh Arya tidak begitu berbeda dari biasanya, hanya otot dan kekuatannya yang bertambah besar, tapi sekarang Arya mulai merasakan perubahan-perubahan lainnya, seperti pendengaran dan penciumannya yang menajam.

Arya bisa mendengar berbagai percakapan dari orang-orang di sekelilingnya dengan sangat jelas. Inilah penyebab utama kenapa dirinya tidak bisa konsentrasi. Suara orang-orang di sekitarnya membuat dirinya pusing saat dia mendengar suara mereka yang terdengar sangat kencang di telinganya.

Hal ini jauh lebih mengganggu di kelasnya tadi. Dirinya kesulitan membedakan penjelasan dari dosennya dengan suara dari beberapa mahasiswa yang sedang mengobrol di bagian belakang. Semua informasi dari suara-suara di dalam kelasnya langsung masuk ke telinga dan otaknya, sehingga dirinya harus ekstra konsentrasi untuk bisa mendengar suara dosennya.

Jika hal ini terus berlanjut, maka nilainya bisa saja menurun. Hal ini jelas tidak diinginkan olehnya, karena beasiswa yang dia terima untuk bisa masuk ke kampus ini bisa dicabut dan dia tidak bisa lagi melanjutkan pendidikannya. Ini adalah hal terakhir yang Arya inginkan terjadi padanya, selain kehilangan Ibunya tentu saja.

Saat Arya mencoba untuk fokus pada bukunya, dia mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya. Tanpa menolehkan kepalanya, dia bisa menebak siapa itu dari aroma yang dia cium. Sekarang dia bisa membedakan orang hanya dari aromanya.

"Apa yang kau inginkan, Rio?"

Rio yang berniat mengejutkan Arya langsung berhenti, begitu mendengar suara pria yang sedang memegang buku itu.

"Heheh... sepertinya ketahuan ya."

Sambil cengengesan dengan tidak jelas, Rio segera mengambil tempat duduk yang kosong di samping Arya tanpa meminta maaf pada Arya, karena berniat mengejutkannya.

"Apa yang sedang kau baca?"

"Buku."

Senyum kesal muncul di wajah Rio saat mendengar jawaban singkat Arya mengenai pertanyaannya. Ini adalah kebiasaan buruk Arya, dia hanya akan menjawab pertanyaan dengan jawaban yang sesingkat mungkin saat ditanya pertayaan basa-basi.

"Aku tahu kau sedang membaca buku, tapi buku apa yang sedang kau baca adalah apa yang sedang kutanyakan!"

Arya segera menunjukan sampul bukunya pada Rio, sebelum kembali meletakan halaman buku yang terbuka di hadapannya lagi. 'Ilmu Ekonomi untuk pengusaha pemula.' adalah apa yang terpampang pada sampul depan buku yang sedang dipegang oleh Arya.

"Apakah mengeluarkan suara sedikit saja akan membuatmu rugi besar!?"

"Maaf, tapi saat ini Aku tidak ingin berbicara...."

Rio mulau menatap sahabatnya itu dengan tatapan khawatir. Mereka sudah berteman sejak SD dan selalu berada di sekolah yang sama, bahkan sampai di bangku kuliahpun, mereka masih berada di fakultas yang sama, yaitu fakultas ekonomi. Jadi Rio dapat mengetahui bahwa ada yang salah dengan jawaban yang Arya katakan tadi, karena biasanya dia hanya akan menjawab "Ya... ", jika Rio menanyakan pertanyaan seperti yang tadi dia tanyakan.

"Arya, apakah kau baik-baik saja?"

Rio sebetulnya ingin menjawab bahwa dirinya memang baik-baik saja, tapi sayangnya keadaannya memang tidaklah baik-baik saja. Ini tidak seperti dia sedang sakit atau apa, tapi ini karena perubahan yang terjadi padanya.

"Nah, Rio... Apakah kau mempercayai keberadaan penyihir yang bisa menyembuhkan orang dengan merubah orang tersebut?"

Bukannya menjawab pertanyaan Rio tadi, Arya malah memberinya pertanyaan yang sangat aneh. Tentu saja Rio akan memberikan pandangan curiga kepadanya saat mendengar pertanyaan aneh yang tidak biasanya keluar dari mulut Arya.

"Ada apa dengan pertanyaan itu? Bukankah kau adalah pria yang gila dengan logika yang tidak mempercayai hal-hal mistis seperti itu?"

Apa yang dikatakan oleh Rio memang benar, biasanya dia tidak akan mempertanyakan pertanyaan bodoh semacam itu, bahkan jika teman-temannya sedang membahas topik tersebut. Dia biasanya menjadi orang yang selalu menyangkal hal-hal konyol seperti itu, makanya dia mendapatkan julukan "Monster Logika" dari teman-temannya sendiri.

"Itu mungkin karena Aku melihat seorang penyihir kemarin yang menyebuhkan seseorang yang sedang sekarat, tapi orang itu malah berubah menjadi mahluk yang tidak diketahui,"

Arya memutuskan untuk berkata jujur pada Rio, meski dirinya masih menutupi bahwa dirinya adalah orang yang ditolong oleh penyihir itu. Orang itu mungkin tidak akan terlalu menganggap serius apa yang dia katakan.

"Nah, Arya... apakah kau habis menonton film horror yang membuatmu sangat ketakutan sehingga kau tidak bisa melupakannya?"

Seperti yang diduga oleh Arya, Rio tidak menanggapinya dengan serius. Lelaki yang duduk di sampingnya sekarang memasang wajah yang menghina ke arah Arya. Sebetulnya Arya ingin sekali langsung menyingkirkan wajah itu darinya, tapi sayangnya Arya saat ini merasa tidak bisa mengatur kekuatannya, jadi jika dia menggunakan tangannya untuk menjauhkan wajah Rio darinya, dia merasa akan melempar jauh lelaki itu.

"Sebetulnya film macam apa yang kau tonton hingga membuatmu ketakutan seperti itu?!"

"Entahlah... yang jelas itu adalah mahluk yang memiliki kekuatan besar, lalu pendengaran dan penciuman yang tajam... menurutmu mahluk macam apa itu?"

Rio menampakan wajah berpikir sebentar, sebelum akhirnya mengeluarkan jawabannya.

"Manusia serigala... jika mendengar kata mahluk yang miliki pendengaran dan penciuman yang tajam, maka jawabannya pasti adalah manusia serigala.... atau mungkin manusia anjing?"

Arya sangat tidak ingin menjadi manusia anjing, jadi dia berharap bahwa dirinya memang adalah manusia serigala, seperti tebakan pertama Rio. Ngomong-ngomong soal serigala, kemarin malam dia merasa bahwa mahluk yang menyerangnya memang adalah manusia serigala atau setidaknya mahluk itu memiliki bentuk yang mirip dengan serigala.

"Sebetulnya kemarin... Aku bertemu dengan serigala."

"Huh!? Bertemu dengan serigala?! Di tengah kota begini?! Apa kau sedang bercanda!?... Aku bahkan tidak pernah mendengar pendaki gunung yang bertemu dengan serigala di Indonesia!"

"Kau benar... kemarin mungkin hanya anjing besar."

Perkataannya tadi sebetulnya adalah harapan dari Arya, tapi sayangnya Arya sudah mengerti bahwa mahluk itu tidak mungkin adalah anjing berukuran besar. Jelas-jelas mahluk itu telah melempar dirinya ke dinding dengan sangat keras dan hampir membunuhnya.

Mata Arya mulai terasa pusing saat meneruskan percakapannya dengan Rio. Sepertinya matanya sekarang juga sudah mulai berubah. Dia sudah mulai tidak bisa fokus pada tulisan di hadapannya, bahkan dia merasa sedikit perubahan warna dari penglihatannya.

Arya memegang sebelah matanya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya masih memegang buku, tapi dengan posisi terkulai ke arah lantai. Dia mulai merasakan perubahan pada tubuhnya semakin besar.

"Oi, Arya... apakah kau baik-baik saja?!"

Rio menjadi khawatir dengan Arya yang terlihat kesakitan. Dia sudah merasa bahwa sejak tadi Arya sangatlah aneh. Dia bahkan membicarakan sesuatu yang biasanya tidak dia bicarakan. Pasti ada hal yang tidak beres dengan dirinya.

"Maaf, Rio... sepertinya Aku harus pergi ke UKS..."

Arya mengatakan hal tersebut, lalu berjalan dengan cepat meninggalkan Rio yang masih memasang wajah khawatir.

"Oi, Arya... Apakah kau perlu kuantar!?"

"Tidak usah..."

Arya segera menjawab pertanyaan Rio, sebelum lekaki itu menyusulnya. Dia tidak pernah berniat ke UKS sejak awal dan dia juga tidak ingin sahabatnya itu menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan tubuhnya saat ini.

Rio hanya bisa melihat Arya dengan tatapan khawatir. Meski dia menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan Arya, tapi dia juga sadar bahwa Arya saat ini tidak ingin membuatnya khawatir ataupun mengetahui apa yang sedang terjadi padanya. Dia ingin merahasiakan masalah apa yang menimpanya pada sahabatnya sendiri.

Itu selalu terjadi sejak mereka kecil. Setiap kali Arya dalam kesulitan, dia tidak pernah mengatakan apapun pada Arya. Meskipun Arya selalu saja bisa membantunya saat dia dalam kesulitan, meskipun Rio tidak pernah menceritakan apapun padanya. Ini membuatnya sangat kesal. Kenapa sahabatnya selalu saja bisa membantunya menyelesaikan masalahnya, tapi dia tidak bisa membantu sahabatnya saat sahabatnya sedang membutuhkan bantuannya.

Meskipun Rio berlari menghampirinya, dia sangat yakin lelaki itu akan mengusirnya. Arya tidak pernah ingin dibantu saat dia sedang menyelesaikan masalahnya. Rio sadar bahwa Arya akan marah padanya, jika dia ikut campur dengan masalahnya kali ini. Sungguh menyebalkan rasanya, jika sahabatmu tidak mengandalkanmu sama sekali.

Sementara Arya tidak menyadari apa yang sedang dirasakan oleh Rio saat ini, lelaki yang masih memegangi salah satu matanya itu terus berjalan. Dia ingin segera mencari tempat dimana dia bisa sendirian.

Perubahan yang terjadi pada tubuhnya mulai menyakiti dirinya. Pusing di kepalanya semakin bertambah dan berbagai informasi yang berlebihan terus masuk ke kepalanya, mulai dari penciuman, pendengaran dan penglihatannya, terus saja mengirim informasi yang biasanya tidak bisa dia terima ke otaknya.

Saat dirinya tengah berjalan, tiba-tiba saja telinganya menangkap suatu suara yang sangat entah kenapa bisa menarik perhatiannya.

"Aawww... tanganku..."

Dari jarak yang lebih dari 100 meter dari posisi Arya berdiri saat ini, dia dapat melihat seorang gadis yang secara tidak sengaja melukai tangannya. Sepertinya dia sedang mengerjakan tugas seni dari dosen, lalu secara tidak sengaja melukai telapak tangannya dengan pisau yang dia gunakan untuk mengerjakan karya seninya.

Meskipun dari jarak yang sangat jauh, tapi Arya dapat melihat darah segar yang mengalir dari tangan gadis itu, bahkan dia bisa mencium darah tersebut dari jaraknya saat ini.

Tanpa disadari oleh Arya sendiri, bibirnya telah membentuk seringai yang tidak pernah terlihat di wajahnya. Sebuah seringai yang sangat menakutkan.

"Dia... terlihat.... sangat... enak..."


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C3
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login