Download App

Chapter 2: Salah Orang

"Udah sampai nih Lisa," seru Hana padaku.

Rumah ini seperti dalam mimpiku.

"Lisa, hei malah ngelamun."

Hana membuyarkan lamunanku, Hana  lantas turun dari mobil diikuti aku, semula aku bertanya kenapa tidak menunggu kekasihnya dulu. Namun, Hana bilang Aby yang menyuruhnya untuk masuk. Akhirnya kami mengetuk pintu rumah yang bergaya tradisional itu.

Tuk-tuk! Satu ketukan kami layangkan ke pintu.

"Iya sebentar!" Terdengar suara dari dalam rumah.

Krek! Seseorang membukakan pintu.

"Oalah ini, pacarnya Aby, masuk Nak." Seorang wanita seumuran mama mempersilakan aku masuk, sementara aku dan Hana kebingungan.

"Eh kamu bawa temen ke sini, ajak aja temennya masuk." Ibu itu berkata lagi padaku.

"Tapi Bu—"

Ah, aku baru saja mau menjelaskan jika kekasihnya Aby bukan aku, melainkan Hana. Namun, ibu itu lantas menyuruh kami masuk.

"Ibu, pacar Aby udah dateng!" Ibu itu memanggil seseorang lagi dari dalam kamar.

Hana masih membisu, sementara aku merasa tidak enak hati padanya. Tak lama seorang wanita dengan rambut putihnya keluar dari dalam kamar.

"Ayo Nak duduk dulu, cantik sekali kamu. Pantas saja cucuku sampai mabuk kepayang." Wanita itu membelai pipiku.

Aku lihat wajah Hana semakin memerah, sungguh aku tak bermaksud begitu. Setelah lama berbincang-bincang aku baru tahu wanita yang menemui kami di luar tadi adalah ibu Aby, Merlin. Sementara, wanita tua yang berambut putih itu nenek Aby, Putiah.

Setelah menunggu sekian lama, seorang pria berjalan menuju ke arah Hana lantas duduk di sebelahnya.

"Loh udah lama sampainya sayang?" tanya pria itu pada Hana.

Kali ini yang dibuat bingung ibu dan nenek Aby, mereka saling bersitatap Nenek Putiah mencoba bertanya pada Aby.

"Aby, pacarmu 'kan Alisa, kenapa kamu manggil Hana sayang?"

Aby lantas tertawa sambil memandangi Hana.

"Nek, pacar Aby itu Hana, bukan Alisa. Nenek salah orang, pantes aja muka Hana jutek gini." Aby menggoda Hana.

"Astaga, ya ampun maaf Ibu yang salah. Ibu kira Alisa pacar kamu, aduh Hana maafin Ibu ya Nak."

Hana hanya tersenyum, tetapi nenek Aby tak bersuara. Seperti tidak yakin pada perkataan cucunya.

"Tapi lebih cocok Alisa yang jadi cucuku," seru nenek Aby.

Hah, apa? Tidak, tidak mungkin. Mana mungkin aku mau  dengan kekasih temanku sendiri.

"Mama, jangan begitu gak enak sama Hana." Aku mendengar ibu Aby berbisik pada ibunya.

Hana hanya merengut saja, Aby berusaha mengubah suasana hatinya.

"Wah gimana kalau Hana masakin buat Nenek aja, Nenek suka banget bubur kacang ijo ya 'kan Nek?"  Aby berkata pada Hana.

Hana memasak? Selama lima tahun menjadi sahabatnya aku belum pernah melihat dia menyalakan kompor, ya dia anak tunggal di keluarganya hidupnya berkecukupan untuk mengambil segelas air pun dia hanya perlu memanggil pembantu di rumahnya.

"Sayang, aku 'kan gak pernah megang kompor," bisik Hana pada Aby.

"Wah Hana bisa masak, ya udah Tante juga pengen ngerasain masakan calon menantu Tante."

Ibu Aby memboyong Hana ke dapur, sementara Hana terlihat kebingungan.

"Tante, Hana lupa caranya yang pertama apa dulu ya?"

"Rebus dulu kacang ijonya sampai lembut," celetuk nenek dari belakang diikuti aku menuntun beliau.

"Oh iya Nek," jawab Hana.

Hana mencoba menyalakan kompornya, karena ini pertama kali untuknya sampai ke-tiga kali percobaan kompor itu tetap tak mau hidup.

"Aku bantu ya, Han."

Aku menawarkan bantuan pada Hana, sekali percobaan kompor itu hidup, nenek dan ibu Aby lantas tersenyum padaku.

"Nah itu jahenya kamu geprek dulu." Ibu Aby mengarahkan telunjuknya ke wadah bumbu dapur.

Hana mulai mencari yang dimaksud jahe oleh ibu Aby, dia terlihat bingung.

"Eh Hana, itu kunyit!" seru ibu Aby.

Hana hanya bisa menyembunyikan rasa malunya, nenek Aby mendekati Hana dan menunjukkan yang namanya jahe.

"Ini jahe, kamu beneran bisa masak, Nenek jadi ragu."

Hana hanya bisa tersenyum malu. Acara masak-masak akhirnya selesai setelah drama di dapur mulai dari Hana yang memasukkan garam terlalu banyak sampai gula merah yang lupa dimasukkan oleh Hana.

"Gimana Nek rasanya?" tanya Aby.

"Lumayan enak, tapi harus lebih banyak belajar lagi, apalagi besok mau nikah harus terbiasa di dapur."

Hana memandang Aby sesekali tersenyum pada nenek.

"Oh ya kalau Alisa, sudah kerja?" tanya Nenek Aby padaku.

"Alisa punya butik kecil-kecilan Nek." Aku tersenyum pada nenek.

"Wah hebat sekali masih muda sudah punya usaha."

"Hana juga udah kerja kok Nek, ya 'kan Han?" Aby tiba-tiba memotong pembicaraan neneknya.

"Ya, kalau cuma bisa kerja tapi gak bisa ngurus rumah buat apa?" jawab nenek Aby terlihat wajah Hana yang sudah tidak sedap dipandang.

Malam pun tiba akhirnya aku dan Hana pamit pulang.

"Sering-sering main ke sini Nak Lisa."

Nenek memelukku dengan hangat, sementara Hana hanya sekadar disalaminya saja. Aku memutuskan untuk lebih dulu masuk ke dalam mobil, tidak enak rasanya jika menjadi obat nyamuk di antara mereka berdua.

"Sayang kalau aku harus jadi menantu yang diinginkan Nenek kamu aku gak bisa, kamu tau sendiri 'kan aku gimana?" Hana menatap mata kekasihnya, Aby.

"Iya aku paham, tapi apa yang dibilang Nenek benar, kamu harus berubah aku juga mau punya istri yang bisa ngurus aku, anakku, keluargaku, untuk masalah uang kamu gak perlu kerja aku bakal kasih seberapa pun kamu minta."

Hana menggelengkan kepalanya, aku hanya melihat dari jauh perdebatan di antara keduanya.

"Aku mau bebas dan gak mau diatur sama keluarga kamu, kalau kita nikah aku juga gak mau tinggal seatap sama Ibu dan Nenek kamu."

"Hana, sesekali sifat egois dalam diri kamu itu harus diturunin. Ya udah aku malas berantam, kamu pulang dulu tenangin pikiran kamu."

Hana yang terlihat kesal hanya mengangguk. Lantas masuk ke dalam mobil.

"Han, maaf ya kejadian di rumah Aby tadi sumpah aku gak tau."

"Santai aja Lisa, aku percaya kok kamu gak ada maksud apa-apa kita 'kan udah temenan sejak lama gak mungkin kamu ada niatan ngerebut Aby dari aku."

Akhirnya aku bisa bernapas lega setelah mendengarnya sendiri dari mulut Hana apalagi dia sudah bisa tersenyum padaku.

"Oh iya sepupu Aby ternyata udah nikah Lisa, aku baru tanya Aby tadi kayaknya kamu harus berburu lagi." Hana terkekeh.

"Ah, ya udah lagian gak mau mikirin itu dulu."

Ting! Notifikasi masuk ke gawaiku.

"Mbak, aku mau ketemu sama kamu, ini Nina."

Wanita itu, mau apa dia bertemu denganku? Rasanya malas sekali melihat wajahnya teringat lagi akan kejadian di kamar hotel tempo hari.

"Kenapa tiba-tiba masam gitu mukanya?" tanya Hana.

"Gak apa-apa Han, yuk jalan."

   


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login