Download App

Chapter 9: Chapter 9

Senja kala di langit yang menguning keemasan. Sinarnya menerobos atap kaca sebuah bangunan, menyilaukan pernak-pernik gelas kaca dan beberapa perabotan pembuat kopi yang berada di dalam ruangan.

Bagas menerima pesan WA dari hp anak buahnya yang tengah terbaring di ranjang pasien.

Anak buah,  iya Nathan adalah anak buah pemilik kafe, namun pemilik kafe itu adalah teman sekaligus anak buah Nathan di gangster "Shanks".

Mati-matian Bagas membujuk sang ketua untuk bekerja dan mengelola kafe miliknya.

Bagas tau betul keadaan keuangan keluarga Nathan pada saat itu. Sebelumnya Nathan bekerja di sebuah proyek pembangunan gedung (kuli).

Tak tega melihat remaja seusianya harus menjadi kuli, Bagas membuka seluruh isi tabungannya lalu di berikan pada Nathan.

Jelas itu bukan diri seorang Nathan yang mudah menerima suatu pemberian, di tolaknya mentah-mentah sampai-sampai hubungan keduanya agak renggang.

Uang yang telah ia kumpulkan di taruh di atas meja keluarga.

Sang ibu mendapati bagas termenung memandangi lembaran-lembaran uang kertas di hadapannya.

Ia menceritakan semuanya, semua yang di alami Nathan dan keluarganya pula.

Sang ibu merasa iba sekaligus bangga pada anak lelakinya, yang mempunyai empati dan kepedulian tinggi terhadap sesamanya.

Mereka memikirkan cara untuk membantu kesulitan yang dialami temannya.

Hingga terpikirkan lah untuk mendirikan sebuah kafe.

Ramai-ramai mereka bahu membahu mendirikan sebuah kafe yang sebagian besar di danai oleh Bagas. Lambat laun kafe yang di impikan pun berdiri dengan penuh rasa suka cita.

...

Bagas bersama seluruh teman gengster "Shanks" lainnya mendatangi Nathan yang sibuk dengan ember penuh adukan semen di genggamannya.

para pekerja lainnya agak panik di datangi mereka, di kiranya akan membuat keributan.

"Eh ada apa ini? Nathan punya urusan apa kamu sama mereka?"

Tanya pak Joko mandor disana.

"Tidak pak, mereka hanya temanku saja."

"Mau apa mereka kesini?"

"Entahlah"

Nathan yang masih renggang dengan Bagas waktu itu memilih melanjutkan pekerjaannya tak menghiraukan kehadiran mereka.

Bagas berdiri sekitar sepuluh meter dari Nathan.

"Than, gue tau lo masih kesel sama gue. Gue minta maaf, tapi plis ini permohonan dari gue, tolong terima."

"Lu cuman buang-buang waktu di sini gas, mending lu pergi!!"

"Lu jangan salah paham dulu, kami disini buat Lu. Gak bakalan kita ngebiarin temen kita kesusahan"

"Ya ya makasih atas pengertian kalian, tapi gue gak butuh di kasihani..!!!" Teriak Nathan lantang.

Mendengar perdebatan antara mereka, para pekerja berhenti sejenak. Pak Joko datang untuk menengahi perdebatan itu.

"Ada apa ini kok pada ribut-ribut? Kita sedang bekerja, tolong jangan bikin keributan di sini".

"Tidak pak, kami hanya ingin membawa teman kami dari sini." Farrel ikut angkat bicara.

"Dengar anak-anak, bapak tau Teman kalian sedang bekerja untuk menghidupi keluarganya, Janganlah kalian mengganggunya."

"Justru itu pak, kami disini untuk memberitahu teman kami ada pekerjaan lain yang lebih pantas untuk teman seusia kami."

"Apa bapak tega melihat Nathan harus pontang-panting banting tulang di sini?, Sama aja itu namanya ensiklopedi anak pak" timpal Budi serasa pendapatnya paling benar, padahal ngomongnya saja sudah salah.

"Exploitasi anak Bud"

"Nah itu dia maksud saya.."

"Terus kalian punya rencana apa buat Nathan?".

Bagas segera maju mendekati telinga pak Joko membisikkan sesuatu.

Pak tua itu mengangguk-angguk saja dengan ucapan di telinganya.

"Baiklah kalau begitu, Nathan"

"Iya pak, "

"kamu tak usah kerja di sini lagi." Nanti bayaran kamu saya urus."

"Tapi pak," tercengang dengan keputusan pak Joko.

"Eeett tidak ada tapi-tapi, teman kamu ini benar."

Nathan heran dan penasaran apa yang di bisikkan temannya tadi, sehingga pak Joko kini berada di pihak mereka.

"Kamu beruntung mempunyai teman-teman yang selalu siap membantu di kala senang maupun susah. Apa salahnya kamu mengikuti keinginan mereka, toh itu juga buat kebaikanmu dan juga keluargamu"

Nathan termenung sesaat, bingung entah apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Sudah than, ga usah mikir-mikir lagi, adikmu yang cantik sudah menunggu"

Ada apa sebenarnya, kenapa sang adik ikut-ikut pula dalam permasalahannya.

"Ayo," ajak Bagas meyakinkan dirinya bahwa ini adalah kebaikan untuk dirinya.

Wajah polosnya semakin bingung, bagas menepuk pundaknya matanya berkedip seolah berbicara.

"Ayolah kawan ikut denganku."

Tak punya pilihan lain lagi, selain mengikuti temannya.

Pak Joko merogoh saku celana, mengambil sebuah amplop lalu di masukkan ke saku celana Nathan.

"Nih, sudah kamu pergi sana, jangan lupa kemasi dulu barang-barangmu."

"Ya sudah kalau begitu saya pamit pak, terimakasih selama ini sudah mengizinkan Nathan kerja di sini"

"Sama-sama nak, jaga diri dan keluarga kamu ya. Nanti kapan-kapan bapak bakalan ke tempat kamu"

Mengernyitkan dahi, mendengar ucapan terakhirnya. Ia pikir mandornya akan ke rumah.

Segera meraih pergelangan tangan pak Joko mencium tangannya.

"Yeeyy Nathan kembali..!!!"

Teriak farel menyambut orang nomor satu di gangster nya yang lumayan lama vakum.

Di ikuti oleh seluruh teman-temannya.

"Nathan Nathan Nathan..."

Mereka pun berlalu meninggalkan tempat proyek pembangunan. Menuju sebuah tempat di mana sang adik sudah menunggu.

Sampai mereka di tempat yang di tuju, nampak di sana sang adik telah duduk di atas kursi, tangan menahan dagu di atas meja.

"Kak Nathan..!! " Panggilnya sumringah.

"Mana kopinya? "

"Kopi?"

Semakin bingung lagi pas di tanya mengenai kopi yang di pinta sang adik. Bagas segera menarik tangan Nathan, menunjukkan alat-alat penyeduh kopi yang sudah tersedia lengkap.

Alangkah terkejut bercampur senang, impian kecil yang pernah di ceritakan pada Bagas kini terwujud di depan mata. Tanpa ragu-ragu Nathan membuat secangkir minuman kesukaan sang adik".

Itulah sepenggal kisah di balik pekerjaannya di sebuah kafe.

...

Setelah mendapatkan alamat rumah sakit tempat Nathan di rawat, kafe itu tutup lebih awal.

Mereka berbondong-bondong dengan motor besar-besarnya pergi menjenguk.

Bagas teman setianya yang berbadan tinggi, berambut hitam panjang terikat, memimpin rombongan konvoi melaju paling depan.

Bukan hanya gangster Shanks saja yang menjenguk, melainkan beberapa gangster lainnya yang menyatukan hati dan menyatakan tunduk pada "Shanks", ikut dalam rombongan.

berita mengenai terlukanya Nathan langsung tersebar ke seantero jagat dunia gangster.

Di sisi lain kejadian yang menimpa Nathan menimbulkan berbagai spekulasi.

Ada yang beranggapan bahwa Nathan di keroyok oleh anggota gangster yang menjadi musuh Shanks, mereka merasa tidak mungkin Nathan bisa sampai babak belur masuk rumah sakit kalau bukan karena aksi pengeroyokan terhadap dirinya.

Namun itu belum bisa di pastikan karena belum adanya bukti.

Lagi pula gangster yang sedang berseteru dengan "Shanks" turut hadir dengan membawa bendera putih kecil di setiap anggotanya. Menandakan mereka tidak terlibat dalam kasus ini, dan siap membuktikannya jika di minta.

.

.

.

.

Cilincing 27-06-2022 02:08 am


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C9
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login