Download App

Chapter 19: Chapter 19

Warna merah oranye telah nampak di langit petang.

Dari meja kasir Nathan masih nampak memperhatikan gerak-gerik dan fisik adiknya, seperti ada sesuatu yang janggal.

Di luar suasananya tak begitu terang, sehingga penglihatannya tak terlalu bagus.

Mereka berdiri beranjak dari tempat duduknya, melangkah menuju ke meja kasir.

"Halo, Than gue pamit dulu ya. Sekalian mau nganter Aluna pulang."

Nathan tak meladeni Farel yang tengah berbicara padanya.

Pandangan matanya hanya tertuju pada sang adik yang keberadaannya tepat di samping Farel.

Ia begitu fokus memeriksa fisik sang adik, dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Benar saja dugaannya, ketika Aluna tak sengaja menengok ke arah samping. Sang kakak mendapati bagian leher jenjangnya terdapat beberapa titik merah. Seperti bekas cupangan.

Matanya seakan tak percaya, tak mungkin sang adik melakukan hal yang tak sewajarnya dan diluar dugaan.

Ia sangat tak rela jika ada tangan kotor yang berani menyentuh adik kesayangannya.

Emosinya mulai memanas, amarahnya tak terkendali.

Ia beranjak meninggalkan meja kasir mengacuhkan Farel di depannya lantas mendekati Aluna.

Sang adik heran dengan sikap sang kakak, tiba-tiba saja ada di depannya sembari menatap tajam.

"Kenapa kak?"

Nathan tak menjawab pertanyaan sang adik, pandangannya sibuk menatap leher putih yang terdapat beberapa titik merah.

Tangan kanannya memegang samping dagu lalu sedikit mendorong memalingkan paras adiknya ke kanan. Memastikan bahwa benar lehernya telah di sentuh oleh seorang laki-laki keparat.

Aluna sudah tau maksud dari perlakuan sang kakak pada dirinya.

Oh tidak, matanya terpejam erat sesaat. Kak Nathan pasti salah faham dengan tanda merah di leher ini.

Emosi Nathan sudah di ujung, tak kuasa lagi dengan apa yang dilihatnya.

Tanpa ada rasa tega dan kasian pada sang adik, Nathan memejamkan mata sesat lalu menampar pipi adik kesayangannya.

"Plak"

Semua tercengang dengan tamparan yang di lakukan Nathan.

Orang-orang di luar sana berhamburan mengerubungi mereka.

"Ada apa ini ada apa than? ".

Bagas berlari menuju kedua saudara yang tengah dalam situasi panas.

Aluna seakan tak percaya dengan tamparan yang di lakukan oleh kakaknya sendiri.

Ia masih terdiam berdiri memegangi pipi merah bekas tamparan.

Suasana kafe menegang dan memanas. Di landa permasalahan yang cukup serius.

Seorang kakak yang sangat sayang pada keluarganya, ia tak ingin melihat anggota keluarga di sentuh orang asing apalagi sampai di lecehkan. itulah anggapan Nathan pada Aluna.

"Siapa laki-laki brengsek yang menyentuhmu?" Tanya Nathan dengan nada serak. Muka putihnya memerah di makan emosi.

Aluna hanya menggelengkan kepala tertunduk menutupi wajah dengan kedua tangan sembari sesenggukan.

Nathan menghela nafas. matanya kembali terpejam sesaat, lalu menghembuskannya nafasnya dengan gemetar. Tak terima dengan jawaban kosong sang adik.

"siapa Aluna, cepat jawab!!!" Bentaknya.

Tangan kembali terangkat siap menghantam untuk yang kedua kalinya.

Aluna membuka kedua tangan yang menyembunyikan paras merahnya.

Mata merahnya tengah mengalirkan air mata.

"Kalau kakak kesal, marah telah menganggap adikmu ini seperti gadis murahan. Pukul lagi..!! Ayo pukul kak. !!"

Jawabnya dengan derai air mata, sembari memasrahkan parasnya pada sang kakak untuk di tampar lagi.

"Eerrghhhh..!!,, Dug"

Nathan mengarahkan pukulannya ke tembok.

Sang adik sudah pasrah dengan apa yang akan menimpanya.

Aluna sangat kecewa dengan sikap sang kakak. Yang tak meminta penjelasannya terlebih dahulu.

Malah emosi menggebu-gebu yang ia berikan.

Aluna pun beranjak bergegas meninggalkan sang kakak yang masih di landa emosi yang bergejolak.

Ia berjalan lalu berlari sembari mengusap air mata di wajahnya.

Farel yang sedari tadi terdiam tak tahu harus berbuat apa. ia pun ikut berlari mengejarnya dari belakang.

"Aluna, tunggu ..!!"

....

Bagas menghampiri Nathan memegang pundaknya, hendak menetralkan situasi yang terjadi.

"Kita sama-sama cari tahu siapa orangnya"

"Hahhhhh...

Akan ku patahkan lehernya siapa pun orang itu."

Bagas agak terkejut dengan pernyataan Nathan. takutnya orang itu adalah Farel sepupunya karena mereka melihat dari kedatangan hingga kepulangan selalu bersamanya.

Namun itu belum bisa di pastikan, bisa saja orang itu memanglah Farel, atau bisa juga orang lain.

...

Dug.

Aluna membanting tubuhnya di atas kasur.

Ia telah kembali ke rumah di antar oleh farel.

Tangannya memeluk boneka beruang kesayangannya.

Menumpahkan semua air mata di pelukan si boneka.

Isak tangisnya terdengar nyaring.

Ia tak habis pikir dengan sang kakak, menganggapnya sebagai wanita murahan yang mengobral tubuhnya sembarangan.

Kali ini ia sangat membenci perbuatan sang kakak, tanpa basa-basi dan tak menanyakan terlebih dulu apa yang terjadi sebenarnya.

Ia juga marah terhadap orang yang memberikan tanda merah di lehernya secara paksa.

Yang membuat keadaan semakin rumit dan sulit untuk di jelaskan.

Pikiran berkecamuk dan terbagi dalam beberapa masalah sekaligus.

Begitu banyak orang yang ia benci di hari ini. Sungguh menyebalkan dan sungguh sialnya hari ini.

..

Klek

Pintu kamar terbuka, ibunya tiba-tiba datang menghampiri, lalu duduk di sebelahnya yang tengah tengkurap menindih boneka beruang kesayangannya.

Sang ibu mencoba untuk menenangkan anak gadis satu-satunya yang tengah di rundung luka.

Belum keluar sepatah katapun dari kedua orang tersebut. Hanya isak tangis yang terdengar.

Tangan lembut sang ibu mengusap kening merayap ke belakang kepala sampai ujung rambut.

Di usapnya beberapa kali.

Ia menoleh mamanya yang berada tepat di sampingnya.

Menyeka air mata di pipi, lalu bangun dan duduk.

Dengan segera sang ibu merangkul anak gadis kesayangannya di pelukan hangat yang menenangkan.

Isak tangisnya malah semakin menjadi-jadi di pelukan mamanya, namun ia tetap sabar menghadapi emosional sang anak dengan menyeka air matanya dan mengelus-elus dahinya lembut.

Ia membiarkan anaknya untuk menghabiskan seluruh isak tangisnya yang tersisa.

Setelah agak lama, isak tangis itu mulai sedikit mereda. Namun masih terdengar sesekali.

Itulah momen sang ibu untuk mengambil bagian dalam masalah yang tengah di hadapi sang anak.

"Apa yang terjadi sayang? Sampai kamu jadi begini?"

"Heuu.. heuu.. kak Nathan mah, kak Nathan jahat"

"Uss, jep jep jep." Mamahnya bertingkah seolah sedang berusaha menenangkan rengekan anak kecil. Ia berkata sembari menempelkan bibirnya di pipi anaknya yang basah oleh air matanya sendiri.

"Oh Nathan, kamu bertengkar sama kakak kamu ya?"

"Heu, iya mah."

"Ya sudah, kamu tenang dulu ya, udah jangan nangis lagi. Jep jep jep."

Aluna membenamkan wajahnya ke dada hangat sang ibu, merasakan kedamaian dan ketentraman dari pelukan hangatnya.

Apa yang terjadi diantara mereka, sampai membuat sang adik menangis sejadi-jadinya.

Sang ibu juga tak langsung menyalahkan kakaknya. Ia akan mencari tahu terlebih dulu apa yang terjadi di antara mereka.

Sekarang hanya fokus menenangkan anaknya yang masih sesenggukan di dadanya.

....

.

.

.

.

Cilincing 06-07-2022 02:23 am


CREATORS' THOUGHTS
TitikCahaya03 TitikCahaya03

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C19
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login