Download App

Chapter 2: Penghianatan

Ares menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia mengusap dadanya yang terasa sesak. Martha benar-benar membuatnya sakit hati malam ini. Lelaki yang meniduri istrinya itu memandanginya dengan ekspresi mengejek. Seakan harga diri Ares sebagai suami diinjak begitu saja.

"Kau lelaki miskin!"

"Aku sudah katakan, sebaiknya aku mencarikan berlian untuk ulang tahunku!" gerutu Martha. Mata Ares menatap tajam lelaki yang sedang tertawa memandanginya.

"Aku sudah membelikan berlian yang kau inginkan, Martha. Tapi sekarang kau menghukumku seperti ini?" sahut Ares. Suaranya merendah. Ares mencoba menahan tangisannya. Ares tidak ingin menangis walaupun hatinya benar-benar terluka.

Ch!

"Kau tidak mungkin bisa membelikan aku cincin berharga itu, Ares!"

"Kau lelaki miskin!" jelas Martha sambil menunjuk wajahnya.

"Martha, aku bisa memberikan apapun kepadamu. Apa yang kau inginkan sayang?" tanya lelaki bertubuh tinggi itu. Ares menatap dengan tajam lelaki yang sedang berdiri di samping istrinya.

"Keluar! Aku akan memukul kepalamu!" ancam Ares kemudian.

"Keluar, brengsek!" sahutnya lagi. Ares mencoba mendorong tubuh lelaki itu hingga keluar dari dalam kamar. Hati Ares benar-benar hancur menatap Martha sedang bercinta dengan lelaki lain.

"Kau tidak usah mengusirnya!" ucap Martha saat Ares mengunci rumah mereka. Lelaki itu sudah pergi. Martha melipat tangannya di dada dan menatap Ares dengan pandangan tidak suka.

"Aku suamimu!" ucap Ares sambil berjalan ke arah Martha.

"Ya, aku tahu kalo kau adalah suamiku. Tapi kau tidak udah terlalu kasar kepada dia, Ares!" ucap Martha yang masih membela lelaki itu.

Ares duduk di kursi yang berada di dalam kamar mereka. Ares mengacak rambutnya frustasi. Nona bekas bercinta lelaki itu dan istrinya masih jelas terlihat dan membuat Ares muak.

"Aku sudah bilang, Ares. Apa yang kau bisa berikan kepadaku? Tidak ada!" ucap Martha sambil menunjuk dirinya. Perempuan itu benar-benar kesal kepada Ares.

"Aku meminta berlian, kau bahkan tidak bisa menyediakan benda itu untukku. Apakah itu yang disebut suami?" cercah Martha. Ares menunduk ke bawah. Dia ingin murka, dia ingin menampar Martha dan memberikan pelajaran kepada istrinya itu namun Ares mencoba menahannya sekuat mungkin.

"Aku sudah membeli berlian ini, ambillah!" ucap Ares. Dia mengeluarkan cincin berlian dari sakunya.

Martha menatap cincin berlian itu. "Kau membeli cincin yang paling murah, aku benar-benar tidak menyangka kalo kau suami yang tidak berguna!"

"Jadi, jangan salahkan aku kalo aku bersama lelaki lain!" teriak Martha. Dia melempar cincin berlian tepat di depan Ares. Martha bergegas berlari keluar dari dalam kamar.

Ares menghela napas kasar ke udara.

"Martha, mau ke mana kau?" sahut Ares saat melihat istrinya bergegas keluar.

"Aku ingin ke rumah ayah, jangan mengejarku!"

"Kau lelaki miskin!" umpatnya.

"Martha, bersabarlah dulu! Aku perlu waktu, tuan Davidson tidak memberikan seluruh gajiku. Aku bisa membelikan benda apapun untukmu, sayang!" sahut Ares yang berusaha mengejar istrinya itu. Martha bergegas naik ke dalam taksi dan melaju meninggalkan Ares.

"Sial!" umpat Ares di dalam hati.

***

Ares menatap botol wiski yang baru saja di belinya malam ini. Istrinya -Martha- tidak pulang lagi ke rumah. Seharusnya Ares menampar wajah perempuan itu. Namun karena rasa sayang Ares kepada Martha, dia tidak tega melakukannya.

Ares meneguk botol wiskinya hingga tandas. Dia menatap ponselnya, sudah pukul sepuluh malam dan perempuan itu belum menghubunginya. Ares merasa gagal sebagai suami saat ini.

Dring!

Ponselnya bergetar. Ares bergegas mengangkat benda persegi itu lalu melihat siapa yang sedang meneleponnya malam ini.

"Halo Tuan Robert?" sahut Ares kemudian.

"Kau lakukan apa kepada putriku, Ares?" suara itu membuat Ares harus menahan sabarnya lebih panjang.

"Martha, dia kabur dari rumah," jawab Ares segera.

"Karena kau tidak bisa membahagiakan anakku. Aku tahu kalo lelaki miskin sepertimu tidak pantas untuk Martha!" maki tuan Robert.

Ares menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Dia menyingkirkan dua botol wiski yang sudah habis.

"Dia bercinta dengan lelaki lain," ucap Ares berterus terang.

"Martha tidak akan melakukan itu jika kau bisa membahagiakannya!" balas tuan Robert secepat mungkin.

"Dia menghianatiku," sahut Ares lagi. Dia berusaha membelas dirinya.

"Aku sudah tahu, kau lelaki miskin dan tidak mungkin bisa membahagiakan Martha. Besok adalah acara keluarga Smith, segera temui Martha atau anak perempuanku itu tidak akan mau sama kamu lagi," jelas tuan Robert panjang lebar.

"Robert, kau harus tahu bahwa menikahkan Martha kepadamu adalah pilihan terburuk selama hidupku! Kau harus paham itu!" ucap tuan Robert. Lelaki itu segera menutup panggilannya.

Ares yang kesal segera melempar botol wiskinya hingga pecah berkeping-keping.

"Sial!" umpatnya.

Sudah lima tahun dia bekerja sebagai tukang perabot untuk tuan Davidson. Berada di Barcelona bukan pilihan Ares. Sebelumnya dia sudah tinggal di Las Vegas. Ares besar di panti asuhan dan saat remaja, dia memilih untuk merantau agar bisa menemukan jati dirinya.

Namun sekarang, Ares merasa bahwa memilih Martha sebagai istrinya adalah pilihan yang salah.

"Uhft!" Ares menghela napas panjang. Dia mengeluarkan segala beban yang ada di lubuk hatinya.

Ares keluar dari dalam rumah. Dia perlu menghirup udara segar. Berada di dalam rumah dan membayangkan Martha sedang bercinta dengan lelaki lain benar-benar membuat Ares sakit hati.

"Ares!" suara itu membuat Ares spontan mencari siapa yang sedang memanggilnya. Ada Senorita yang melambaikan tangan. Walaupun umur Senorita beda jauh dengan Martha, namun perempuan itu adalah sahabat baik istrinya.

"Di mana Martha? Kau sudah memberikan cincin berlian kesukaanya? Aku membawahkan kue untuknya," ucap Senorita. Dia menatap Ares dengan kening berkerut. Wajah Ares tidak terlihat bahagia.

"Ada apa Ares?"

"Mana Martha?" tanya Senorita. Dia mencari Martha yang tidak terlihat di dalam rumah. Ares menghela napas kasar ke udara.

"Aku memergoki Martha sedang bercinta," jelas Ares. Bola mata Senorita membulat sempurna. Dia menutup mulutnya dengan salah satu tangan.

"Kau serius?" sahut Senorita tidak percaya.

"Ya, itu benar-benar membuatku terluka!" ucap Ares sambil menunduk ke bawah. Senorita bisa mengerti perasaan lelaki itu.

"Tapi, kau yang salah, Ares!" sergap Senorita kemudian. Ares spontan menonggakan wajahnya dan menatap Senorita dengan ekspresi kesal.

"Mengapa aku yang salah?" gerutu Ares.

"Ya, kau tahu kalo Martha sangat menginginkan berlian itu, kau tidak memberikannya secepat mungkin. Pantas saja Martha berpaling!" sahut Senorita. Ares menggelengkan kepala tidak percaya. Mengapa otak Senorita dan Martha tidak beda jauh? Pikir Ares.

"Aku harus menabung," jawab Ares singkat.

"Ya, itu adalah masalahnya! Kau tidak bisa membahagiakan Martha sehingga dia berselingkuh," gerutu Senorita. Ares benar-benar terpuruk. Hanya karena dia miskin, membuat Ares dihina habis-habisan seperti ini.

"Kamu tahu kan kalo Martha adalah perempuan yang sangat dikagumi. Dia cantik, pintar bahkan merupakan anak konglomerat. Kau beruntung, Ares!"

"Tapi kamu tidak bisa menjaga istrimu!" cercah Senorita.

"Aku mencintai Martha, hanya saja uangku belum cukup membelikan berlian itu," ucap Ares membela dirinya.

"Apa sih susahnya menjual barang berhargamu, Ares?" balas Senorita lagi.

"Martha seperti mendapatkan nasib sial, bersamamu!" sambung Martha lagi. Ares menatap wajah perempuan di depannya dengan tatapan tajam.

Setelah memaki Ares, Senorita bergegas pergi.

"Hai, dia yang berselingkuh!"

"Seharusnya aku yang marah kepada Martha, mengapa aku yang disalahkan?" sahut Ares tidak terima.

Bersambung …


Load failed, please RETRY

Gifts

Gift -- Gift received

    Weekly Power Status

    Rank -- Power Ranking
    Stone -- Power stone

    Batch unlock chapters

    Table of Contents

    Display Options

    Background

    Font

    Size

    Chapter comments

    Write a review Reading Status: C2
    Fail to post. Please try again
    • Writing Quality
    • Stability of Updates
    • Story Development
    • Character Design
    • World Background

    The total score 0.0

    Review posted successfully! Read more reviews
    Vote with Power Stone
    Rank NO.-- Power Ranking
    Stone -- Power Stone
    Report inappropriate content
    error Tip

    Report abuse

    Paragraph comments

    Login