Download App

Chapter 5: Perundungan Kecil

"Oke, semuanya sudah saya periksa. Ngomong-ngomong, Bapak sudah mengingatkan sama kalian bukan, kalau kalian harus memiliki peralatan kemah untuk tidur di malam hari. Kalau kalian tidak memiliki tenda kemah, maka kalian harus menumpang dengan tenda yang sudah Bapak siap-kan atau tenda teman yang lainnya ya," tegur Pak guru.

"Oh iya Bella, kamu bawa tenda kemahnya kan?" tanya Vania.

"Ya iya lah Vania, liat nih di belakangku, berat banget tenda bawaan-ku dan perlengkapan lainnya, nggak mau aku tidur di tenda yang diisi orang rame," jawab Bella sembari menepuk belakang tasnya.

Setelah mengetahui hal itu, Vania tersenyum. "Bagus deh kalo begitu, kalo gitu barang-barang beratnya biar aku aja yang bawa."

"Ayo semuanya, ikutin Bapak ke tujuan perkemahan kita," ucap Pak guru sambil memimpin perjalanan murid-muridnya tersebut.

Bella melepas salah satu tas yang digendongnya. 

"Yaudah nih, bawain tenda kemahnya aja, ini lumayan berat," ucap Bella sembari mengambil tas dari pundaknya untuk diberikan kepada Vania, agar Vania membawakan tas tendanya.

Vania pun menggendong ke pundak tas yang dipinjamkan oleh Bella. "Fyuhh ..." Vania mengeluh kecil. "Lumayan berat juga ya ini tas."

Teman-teman kelasnya dan Vania kemudian berjalan dari belakang mengikuti Pak guru kelasnya. Sinar matahari di siang hari mulai bersinar terang benderang memancarkan sinarnya, namun cahaya matahari yang lumayan panas di siang hari itu menjadi sedikit berkurang panasnya karena udara dari pepohonan hutan sekitar yang membuat bukit hutan itu menjadi sedikit sejuk.

Vania terus berjalan, ia merasa kalau dirinya sudah berjalan sedikit lama, lalu ia bertanya kepada Bella tentang waktu saat ini. "Bella, cek jam kamu dong, udah jam berapa sekarang?"

Bella memeriksa jam tangan yang berada di tangan kirinya. Terlihat jam itu menunjukkan waktu sudah mencapai jam 14.30 siang.

"Jam 14.30," jawabnya singkat.

Di tengah perjalanannya, Vania berpapasan dengan Neman yang sedang asik bercanda dan berbicara sambil berjalan dengan temannya, Max dan Joshua.

Neman selalu ke gym untuk olahraga, minimal dua kali dalam seminggu, tak pernah Absen. Hasilnya terlihat dari otot-otot tangannya yang terlihat sedikit besar dan berurat. Di tengah perjalanannya berjalan menuju tujuan kemah, dia merasa risih akan tas yang digendongnya. Neman melihat Vania dan Bella yang sedang berjalan, lalu menghampirinya.

"Oe, mata empat, bawain nih tas gue. Inget ya, bawainnya harus hati-hati, itu di dalem tas ada banyak barang-barang penting yang nggak bisa lu ganti kalo rusak atau lecet. Paham ga?" Neman menjulurkan tasnya kepada Vania.

Vania mengangguk, seolah mengiyakan permintaan Neman, Lalu ia mengambil tas Neman dari tangannya dan membawanya. Tas Neman terasa sangat berat, Vania heran akan benda-benda yang dimasukkan Neman kedalam tas yang sedang ia bawa ini.

"Heh! Elu, kalo gue tanya itu dijawab, jangan ngangguk ngangguk doang. Paham ga lu, hah?!" Neman bertanya dengan nada yang tinggi, membuat orang-orang yang ada di sekitar menjadi memperhatikannya, namun tak melihat kearahnya. Ketakutan mereka saat hendak melihat Neman terasa seperti melihat Medusa yang akan membekukan mereka disaat mereka menatap dirinya.

"I-iya, paham," Vania menjawab dengan terbata-bata.

"Awas lu kalo sampe lecet barang-barang gue di dalam."

"Bawain juga nih tas gue." ucap Max, yang ikut juga menitipkan tasnya kepada Vania.

Vania menyambut tas milik Max dengan tangan kirinya, karena tangan kanannya sudah digunakan untuk membawa tas milik Neman.

"Josh, lu ga sekalian minta bawain tas lu sama ini si mata empat?" tanya Neman kepada Joshua.

"Nggak ah, bawaan gue ga berat kok, lagian, kasian tu anak."

"Yaudah, yang capek juga bukan gue." 

Neman melihat Anton Wilbur yang sedang berjalan di depan mendaki seorang diri, ia tampak kelelahan dari jauh.

"Eh, ada si mata empat versi jantan tuh, samperin yok."

Neman berlari dengan cepat lalu melompat ke punggung Anton. Anton terjatuh akibat loncatan dari Neman.

Neman yang melihat itu tertawa terbahak-bahak. "Gitu doang jatuh ... Haduh, lemah banget lu." Neman mengeluarkan air ludahnya dari bibirnya ke arah Anton dan mengenai badan Anton.

Murid-murid lain yang mengetahui itu hanya bisa diam seolah tak melihat, karena tak ingin ikut campur urusan mereka.

Bella kasihan melihat Vania yang membawa tas berat punya Neman dan Max. Ia menawarkan bantuan kepada Vania. "Vania, sini biar aku yang bawain satunya."

Bella yang sedang berada di sebelah kiri Vania, seketika langsung mengambil tas milik Max yang tadi sedang dipegang oleh Vania di tangan kirinya.

"Makasih Bella."

Padahal Vania sudah membawa bawaan yang berat saat membawa tas milik Bella yang sedang ia gendong di punggungnya sekarang ini, tapi ia tak bisa menolak permintaan Neman, karena tak ingin mendapat perlakuan yang lebih parah dari ini. Membawa tas bukanlah hal yang susah dibandingkan apa yang akan Neman lakukan ketika keinginannya ditolak.

Waktu terus berlalu. Rombongan kelas Vania yang sudah berjalan beberapa lama, kini telah sampai ke tempat tujuannya. Terlihat sangat ramai murid-murid dari sekolah yang sama namun beda kelas sedang berkumpul di gunung hutan tujuan kemah tersebut. Gunung hutan itu sangat luas, banyak pepohonan pinus yang mengelilingi tempat tersebut sehingga menghasilkan udara yang sejuk.

Vania yang kelelahan seketika duduk di tanah yang hijau. "Ahhh," ia menghirup udara dalam-dalam. "Akhirnya sampe juga."

Udara di sana terasa sangat sejuk, udara berhembus lebih cepat dan lebih kuat dari biasanya, membuat rambut Vania sedikit berantakan. Pepohonan yang luas membuat naungan untuk mereka berteduh dari teriknya matahari, membuat cahaya matahari yang terik menjadi berkurang panasnya.

Max menghampiri Vania dan Bella yang sedang duduk santai di rerumputan dingin.

"Mana tas?"

Vania mengambil tas milik Neman dan Max yang tergeletak dengan posisi berdiri, agar barang yang ada di dalam tak kenapa-kenapa. Kemudian ia memberikannya kepada Max.

Max mengambilnya lalu pergi cepat dari situ, tanpa mengucapkan kata terima kasih atau sepatah kata apapun setelah menerima barangnya, yang mana itu sudah menjadi kebiasaannya.

Pak guru mendekati murid-muridnya. Ia memberikan perintah. "Sekarang, kalian pasang tenda kalian di tempat yang kalian inginkan, tapi jangan jauh-jauh dari sini, tenda-tenda kemah kelas kita harus tetap berdekatan agar tidak tersesat."

Mengetahui perintah Pak guru kelasnya itu, murid-muridnya segera mengeluarkan peralatan kemah dan langsung bergerak membangun kemahnya masing-masing.

Vania kemudian melepaskan tas kemah milik Bella dari pundaknya, lalu di letakkan di bawah. Vania kemudian menyusun rangka-rangka perkemahan, kemudian Vania dan Bella menyusunnya untuk memasang kemah tersebut.

Setelah beberapa menit, akhirnya mereka berdua selesai membangun tempat perkemahannya sendiri.

"Ahh, akhirnya tenda kita selesai juga nih ... oh iya Bella, aku pergi sebentar ya, aku mau ketemuan sama teman-ku," ucap Vania kepada Bella.

"Oke lah, aku juga mau ngumpul nih sama temen-temen yang lain, kamu hati-hati ya."

"Iya Bella, kamu juga hati-hati."


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C5
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login