Download App

Chapter 2: Chapter 2. Misi sistem.

" Jadi tugasku disini sama saja dengan membesarkan anak itu, kan?"

Rasanya seperti pengasuh saja. Tapi sejujurnya aku tidak begitu dekat dengan anak-anak jadi aku tidak yakin bagaimana cara menghadapi persoalan ini.

Aku memang memiliki adik, tapi biasanya adik pertamakulah yang mengurus adik bungsu kami.

apa aku menyerah saja?

Tapi katanya akan ada hadiah kalau aku berhasil. Sungguh sebuah dilema.

Tok Tok

Suara ketukan pintu menghentikan lamunanku. Itu juga merupakan suara yang membuatku sadar akan keadaan sekitarku yang awalnya kuabaikan karena fokus pada sistem. Ah, sistem...

[Semoga beruntung, Tuan rumah!]

katanya dan menghilang.

"Tuan muda? apakah anda sudah bangun?"

Pertanyaan seorang pelayan wanita dari balik pintu tidak begitu aku hiraukan. Sebaliknya, aku terduduk dan melihat sekelilingku.

Perabotan mewah, cermin besar, kasur besar, hmm, tapi badan kecil. Tak apalah, sistem juga bilang bahwa aku saat ini memang baru berusia 4 tahun.

Awalnya aku ingin terus mengabaikan orang dibalik pintu ini tapi sialnya tenggorokanku gatal dan aku terbatuk. Dengan keras.

"Tuan muda? Tuan muda, maaf tapi saya akan masuk. Ya tuhan!" Seru pelayan itu terkejut saat ia membuka pintu dan melihatku terbatuk.

Apasih, bukannya aku memuntahkan darah atau semacamnya.

eh, tunggu...

warna merah ditanganku ini,...

darah kan?

Shit. Lalu bagaimana dengan rencana melihat adik laki-lakiku yang baru lahir? Bukankah 'aku' seharusnya baik-baik saja setidaknya sampai melihat sendiri adik laki-lakiku saat ia dibawa ke gudang?

Aku tidak tahu bagaimana waktu berlalu, tapi kepalaku sungguh terasa pening. Sayang sekali aku tidak punya pan**ol disini. Kalau ada pasti aku sudah minum 3 tablet.(anak baik tidak meniru. tolong minum dalam dosis aman dan sesuai petunjuk dokter.)

Saat pikiranku mulai jernih, seorang dokter(?) muncul dalam pandanganku sambil memegang tanganku sedangkan aku masih dalam posisi tertidur. Mungkin aku berhalusinasi, tapi aku dapat melihat cahaya samar keluar saat dokter itu memegang tanganku. Mungkin ini yang disebut sihir.

"Sheel, sungguh, kapan kamu akan baik-baik saja. Hiks"

"Tidak apa-apa Carla, dia akan sadar."

iya, ayahku benar. Lagian, bukankah ibuku seharusnya baru saja selesai melahirkan? kenapa dia bisa ada disini? bukannya aku khawatir atau apa, tapi ini sungguh membingungkan.

-sistem!

teriakku dalam hati.

[hadir!]

"Tapi ini sudah 3 hari!"

kata mereka bersamaan yang mana membuatku semakin pucat. Aku? Tidak sadar? 3 hari? kapan?!

- Jelaskan!

"Sheel! akhirnya kau bangun!"

kata 'ibuku' dengan suaranya yang khawatir. Sungguh mereka terlihat sangat normal disini, tapi setelah melihat ingatan yang diberikan sistem rasanya agak menjijikkan. Syukurlah orangtua asliku terutaka ibuku didunia sebelumnya merupakan seorang aktris, jadi aku sedikit terbiasa untuk bermain akting dengannya.

setidaknya akting yang cukup untuk tidak muntah tepat didepan wajah 'orangtuaku'

Tapi masalahnya, aku jadi tidak bisa melihat penjelasan sistem. Ah, sudahlah!

- Jelaskan nanti. Awas saja kalau hilang.

"apakah ada perasaan tidak nyaman? apa ada yang sakit?"

"Nona, tuan muda baru saja bangun. Mungkin sebaiknya anda tidak banyak berkomunikasi denganya dulu."

"diam! orang sepertimu tahu apa?! aku ibunya! tidakkah kau lihat sekarang putraku sedang melihatku?!"

Melihat ibuku berdebat dengan dokter, aku meraih tangan ibuku dengan sekuat tenaga tapi tetap saja, ini lemah.

"M..ma,..."

suaraku juga serak. Apa aku benar-benar tidur selama 3 hari?

"Putraku! iya sayang! ibu disini." katanya lembut dan bersemangat. Bahkan air mata haru tergambar diwajahnya.

"A..dik.."

seketika ruangan menjadi beberapa celcius lebih dingin. Kali ini ayahku yang menjawab.

"Sayang, kamu tidak perlu peduli tentang itu, oke? Biarlan ibu dan ayahmu yang mengurusnya."

Aku hanya mengangguk saja. Sungguh merepotkan melihat mereka seperti ini. Mereka bahkan menyebutnya 'itu' meskipun dia juga masih merupakan bagian dari darah mereka sendiri.

hmm, aneh.

Dan waktupun berlalu. Dokter itu sepertinya ingin mengatakan sesuatu, tapi tidak secara langsung jadi orangtuaku harus keluar dari ruangan dulu.

Jadi ruangan pun sunyi.

- Jadi?

Rasanya sangat menyebalkan untuk bicara, lagian sistem juga bisa mendengarnya jadi seharusnya tidak masalah.

[Emm, jadi, sebenarnya,... Terdapat sedikit komplikasi. Mungkin karena jiwa tuan rumah berasal dari dunia yang berbeda jadi membutuhkan pembiasaan terlebih dulu. Tapi tenang saja! anda akan baik-baik saja! Selama anda tidak menggunakan sihir, maka tubuh anda akan aman!]

- oh, lalu sampai kapan aku hidup?

Sepertinya sistem tidak berbohong, buktinya kepalaku tidak lagi terasa sakit.

[Sampai anda terbunuh atau menyelesaikan misi! Mohon ingat untuk tidak mati sebelum misi anda selesai atau anda akan mendapatkan 'death point'! Jadi Tuan rumah, cobalah hidup sebisa mungkin dan selama mungkin!]

-dimana orangtuaku sekarang?

[Mereka sedang diluar, mendiskusikan tentang anda. oh, mereka menuju kesini.]

Setelah perkataan sistem, pintu kamarku terbuka lagi dan orangtuaku masuk dengan air mata sambil memelukku. Setelah banyak drama, ini itu, akhirnya sepakat bahwa ibuku akan tidur bersamaku malam ini sedangkan ayah ingin mengurus beberapa dokumen.

Dan sekali lagi, misi bertemu adik laki-laki gagal.

.

.

.

Keesokan harinya setelah sarapan, aku akhirnya bebas. Orangtuaku sedang sibuk jadi aku akhirnya memiliki waktu damai. Dan dengan bantuan sistem, aku bisa menjelajahi mansion tanpa tersesat.

[Tuan rumah! Jika kita menuju arah ini, maka akan ada dapur.]

Kata sisten yang saat ini berada dalam wujud gagak dan hinggap di bahuku. Untungnya, gagak ini berukuran seperti bayi gagak jadi tidak berat sama sekali.

"Terus berikan instruksi. Aku harus melihatnya sesegera mungkin."

[Siap, Tuan rumah!]

Sambil menjelaskan jalan dan arah yang bagus untuk berjalan tanpa pengawasan orang lain, Rasheel berjalan tanpa suara. Terima kasih kepada orangtuanya dimasa lalu karena begitu menakutkan sehingga dia bisa belajar bagaimana cara kedapur tengah malam tanpa membangunkan siapapun. Bahkan mungkin seekor tikus tidak bisa mendengar langkah kakiku.

[Sampai!] kata sistem dengan ceria.

Dan apa yang terpampang dihadapanku adalah sebuah pintu gudang. Samar-samar aku bisa mendengar bayi yang menangis dan juga suara pelayan dari ruangan lain yang sibuk bergosip.

"mereka ini tuli atau gimana sih, tidak mendengarkan tangisan bayi ini." aku menggerutu dan kemudian memasuki ruangan sambil membuka pintu dengan pelan. Tak lupa mengunci pintu.

Gudang ini ternyata cukup luas. Jika masuk Lebih dalam, maka akan ada ruangan lain. Benar-benar seperti labirin. Bahkan tanpa bantuan sistem aku sudah bisa mengetahui arah bayi itu karena tangisannya yang semakin keras semakin aku masuk.

Dan kemudian, ke-te-mu.

adikku.

Aku melihat kearah kasur yang sangat sederhana. Ini bahkan lebih sederhana dari sofa dikamarku.

"Diam. Sistem, berikan aku susu formula dan botol bayinya."

Dan kemudian botol bayi yang berisi susu formula muncul dari udara dan jatuh tepat ditanganku.

Perlahan aku duduk sambil membungkus bayi itu dalam pelukanku. Seingatku, bayi suka mendengarkan irama jantung maka dari itu ada baiknya untuk membiarkan kepalanya dibagian kiri tubuh kita. Dan yah, dia memang sedikit tenang tapi menangis lagi.

"Diamlah, aku akan memberimu makan sekarang."

Kataku sedikit tidak sabaran lalu memasukkan botol bayi kedalam mulut kecilnya itu selembut yang kubisa. Mata bayi ini sangat merah yang mana mengingatkanku pada darah. Rambutnya juga hitam, tetapi anehnya itu berkilau dengan cantik.

"Bagus, kau sebaiknya tidak mengompol saat aku memelukmu seperti ini."

Tapi bukankah pencegahan sepertinya lebih baik?

Perlahan aku memeriksa bagian popoknya dan bagusnya, ini sepertinya baru diganti. Tapi pencegahan lebih baik.

"sistem. handuk." kataku

[siap!]

Dan kemudian handuk muncul dari udara dan jatuh diatas kasur, tapi kemudian yang menjadi masalah adalah,...

Bagaimana memasangnya tanpa membuat bayi ini menangis.

haah,...

Ngomong-ngomong, bukankah bayi ini belum memiiki nama? Haruskah aku memberinya satu? Diplot aslinya, nama Claude diberikan padanya setelah usia 7 tahun. Tunggu, bukankah itu sangat terlambat?

Jika ingatanku benar, nama Claude tidak memiliki arti yang baik. Haruskah aku menggantinya.

"Nathaniel" kataku lembut.

Dan anak itu melihatku.

Matanya benar-benar seperti batu rubi yang berkilau. Bukan darah.

Sangat menggemaskan. Aku tersenyum kecil.

"Nathan. Nathaniel, itu namamu."

Dan anak itu tertawa. Untuk pertama kalinya.

Tapi,...

PISSS

yah, dia juga mengompol.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login