Download App

Chapter 2: Gak Capek Dihukum Terus?

"Assalamualaikum!" Suara orang yang mengucapkan salam memecah keheningan di kelas.

Carla yang sedang menulis penjelasan dari Pak Suryadi mendongak menatap siapa yang baru saja masuk kelas.

"Kalian lagi? Kenapa terlambat?" Pak Suryadi tampak menatap tajam pada dua laki-laki dengan seragam sekolah yang tidak rapi itu. Bajunya dikeluarkan dan dasinya tidak dipakai.

"Anu Pak ... Itu tadi ... Dihukum dulu." Revi mencoba mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

"Iya, Pak. Panas banget lagi." Arfan mengipasi diri menggunakan tangannya.

"Sudah sana duduk!" titak Pak Suryadi. Kedua anak itu langsung menuju ke bangkunya yang berada di belakang. Kemudian Pak Suryadi melanjutkan materi yang sedang dijelaskannya.

Carla sedikit melirik ke arah Revi yang tampak lelah dan menyandarkan kepalanya di tembok. Carla hanya tersenyum simpul ketika Revi juga tersenyum padanya. Jika ini bukan jam pelajaran, Carla pasti sudah menghampirinya dan memberikannya air minum. Terkadang Carla juga merasa kasihan setiap kali melihat Revi yang kelelahan setelah dihukum.

Saat jam pelajaran berganti dan Pak Suryadi sudah keluar, seisi kelas kemudian ribut. Biasalah jika guru baru saja keluar, obrolan receh pun ikut keluar. Tak seperti kelas lain yang terlihat kalem dan tidak ribut. Maklum saja, kelas ini isinya adalah orang-orang prik. Hanya sebagian saja ya.

Drrtttt ... Drrrttttt ...

Ponsel Carla bergetar saat ia baru menyalakan data seluler. Ada satu pesan dari Revi.

Revi Playboy:

Car, punya minum gak? Capek nih gue😥

Me:

Gue lupa gak bawa minum

Revi Playboy:

Yaahhh😞

Me:

Mau beli ke kantin?

Revi Playboy:

Gak usah gak apa-apa, cukup

liatin lo aja capeknya ilang kok 😁

Carla tertawa kecil saat melihat chat dari Revi. Padahal dirinya satu kelas tapi lebih suka berkirim pesan jarak dekat daripada mengobrol langsung. Seisi kelas memang tak tahu tentang kedekatan Revi dengan Carla. Jika di kelas mereka akan bersikap biasa saja. Berbeda jika di luar kelas, mereka terlihat lebih akrab.

Bukan tanpa alasan Carla menyembunyikan kedekatannya dengan Revi. Carla tahu siapa Revi dan banyak siswi yang tertarik dengan ketampanan Revi. Namun sungguh disayangkan, Revi adalah playboy di sekolah. Di tambah lagi dengan teman sekelasnya yang suka menggosip, membuat Carla lebih memilih untuk menutup rapat kedekatannya dengan Revi.

Revi sendiri tak keberatan dengan keputusan Carla. Dia pun tak ingin jika Carla menjadi bahan gosip satu sekolah. Jika bertanya mereka ada hubungan apa? Jelas mereka tidak ada hubungan apa-apa. Mereka memang dekat sejak kelas satu SMA. Entah apa yang membuat Carla begitu tertarik pada sosok Revi.

Jika dibilang tampan, Revi memang tampan. Tapi sayangnya dia bad boy. Tapi jika sudah tertarik ya mau bagaimana lagi. Dekat tanpa harus pacaran juga tidak apa-apa, begitu pikir Carla. Namun saat kelas 11, Carla tak terlalu dekat dengan Revi. Hubungannya merenggang seketika. Tapi Carla pacaran dengan kakak kelasnya dengan alasan untuk membuat Revi cemburu saja.

Ketika naik ke kelas 3 SMA, hubungannya dengan Revi kembali membaik. Mungkin jika orang lain tahu, mereka akan beranggapan bahwa Carla dan Revi itu adalah best couple seperti yang ada di novel fiksi. Revi yang bad boy dan Carla good girl. Bukankah dalam novel fiksi yang seperti itu selalu ada? Mungkin mereka memang bisa dibilang best couple.

Bel istirahat pertama berbunyi. Seluruh siswa berhamburan keluar kelas dan memburu makanan di kantin. Carla masih tetap diam di kelas karena masih sibuk dengan tulisannya. Tadi dia melamun jadi tidak sadar kalau papan tulis sudah dipenuhi oleh tulisan.

Viona pamit keluar duluan karena mau ke toilet dulu. Di kelas hanya ada beberapa orang saja. Termasuk Revi dan dua temannya yang sedang diam di pojokan kelas. Ketika Alfian dan Arfan keluar kelas, Revi menghampiri Carla yang baru saja selesai menulis.

"Car, mau ke kantin?" tanyanya.

"Mau dong," jawab Carla mantap.

"Gue temenin deh, tumben gak bareng Viona?" ucap Revi.

"Tadi dia ke toilet dulu. Ya udah yuk!" Carla berjalan mendahului Revi.

Kedua insan berbeda gender itu berjalan beriringan. Beberapa pasang mata tampak memperhatikan mereka. Tanpa ragu, Revi menautkan jemari tangannya ke jemari tangan Carla. Carla merasa malu dan jantungnya berdegup kencang. Bagaimana tidak, Revi adalah seseorang yang disukainya sejak awal masuk sekolah.

Ketika melewati ruang kelas yang berada di depan tangga, Carla kembali melihatnya. Orang yang dia temui pagi tadi. Orang yang sedang membereskan kelas pagi itu. Carla masih penasaran siapa dia sebenarnya? Yang pasti dia adalah siswa kelas 10.

Sampai di kantin, Carla lebih memilih duduk duluan sedangkan Revi memesan makanan untuknya.

"Rev, gue heran deh sama lo." Carla memulai pembicaraan.

"Heran sama gue kenapa? Gue ganteng banget ya?" gurau Revi.

"Bukan ih, gue heran aja sama lo. Lo gak capek apa dihukum terus? Gue tuh gak tega ngeliatnya," ungkap Carla.

"Ya gak apa-apa, kan emang udah biasa. Rumah gue jauh jalanan macet wajar dong kalau gue kesiangan," jelas Revi.

"Kalau satu atau dua kali ya wajar. Kalau sering kan kasian juga lo nya, dihukum terus mana panas capek pula. Terus kalau lo sakit nanti gak masuk sekolah dan akhirnya ketinggalan pelajaran," cerocos Carla.

Revi diam sejenak ketika mendengar ucapan Carla. "Cieee perhatian banget sama gue," godanya sambil mencolek dagu Carla.

"Ya gue kasian aja sama lo, Revi." Carla memalingkan wajahnya karena malu.

"Gak usah malu-malu gitu kali. Nih makan dulu baksonya," ucap Revi. Pelayan kantin baru saja mengantarkan pesanan milik mereka berdua.

Mereka diam dalam keheningan dan fokus menyantap makanan masing-masing.

"Car, kalau lo maunya gue gak dihukum, gue bakal turutin. Gue bakal datang lebih pagi lagi ke sekolah demi lo." Revi mengangkat dua jarinya.

"Kok demi gue? Ya harusnya demi diri lo sendiri lah. Demi perubahan di diri lo, jangan menyangkut pautkan gue juga," elak Carla.

"Oke deh, gue menjadikan lo sebagai motivator gue aja. Karena lo gue jadi termotivasi untuk berubah." Revi meneguk minuman cappucino miliknya.

"Nah gitu dong baru bener." Carla tersenyum sambil menjentikkan jarinya.

Carla senang jika bisa membantu Revi dalam hal apapun jika itu berhubungan dengan kebaikan. Carla ingin Revi berubah karena dia sudah kelas 3 SMA dan mulai dewasa. Masa iya akan selamanya menjadi bad boy sampai menjadi mahasiswa nanti.

"Carla!" Seseorang memanggil Carla. Gadis itu melirik dan ternyata Viona yang memanggilnya.

"Gue cari di kelas ternyata malah asyik berduaan sama Revi," umpat Viona sambil duduk di sebelah Carla.

"Lo lama banget kalau ditunggu di kelas. Revi ngajak gue ke kantin ya gue iyain, orang keburu laper juga," ucap Carla.

"Lagian lo kemana aja, biasanya langsung ke kantin?" tanya Revi pula.

"Gue ke toilet dulu, perut gue sakit nihh," keluh Viona sambil memegangi perutnya.

"Lo salah makan atau kebanyakan makan angin?" lawak Revi.

"Sembarangan lo, Rev! Gue juga gak tau kenapa dari pagi mules banget," ucap Viona.

"Makanya jangan makan yang pedes terus, Vi," nasihat Carla.

"Iya iya,"

Mereka bertiga tetap mengobrol seru di kantin hingga bel masuk berbunyi. Selama pelajaran ketiga, Carla harus meninggalkan pelajaran karena Viona memintanya untuk menemani ke toilet. Setelah makan di kantin perutnya kembali sakit. Mungkin Viona terkena diare. Untung saja jam pelajaran ketiga sedikit membosankan bagi Carla. Jadi dia bisa beralasan pada guru untuk menemani Viona di UKS.


Load failed, please RETRY

New chapter is coming soon Write a review

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login