Download App

Chapter 22: Membayar Utang

Zophie memandang Kate yang berkata dengan suara yang tenang, seolah amarahnya telah mereda. "Kepala Pelayan, aku tidak akan pernah melanggar perintahmu. Aku hanya melakukan apa yang Anne suruh kepadaku."

Kata-kata yang diucapkan Zophie membuat Anne seolah berpura-pura terkejut. Pelayan itu menyahut, "Dia berbohong. Mengapa aku menyuruhnya melakukan hal seperti ini jika itu bukan bagian dari pekerjaanku?"

Zophie merespon balik, "Jadi, bagaimana aku bisa tahu kamarnya saat diriku baru saja bekerja di rumah ini dalam waktu yang cukup singkat? Dan bagaimana bisa aku bisa masuk ke ruangan ini dengan teh yang telah diisi dengan kontrasepsi?"

Kate bergantian memandang keduanya dan bertepuk tangan untuk menarik perhatian dari Anne dan Zophie yang saling menatap dengan penuh rasa marah. Dirinya menyahut, "Berhenti. Aku hanya akan mengakhiri ini di sini. Tapi jika ini terjadi lagi, maka kalian berdua akan segera diusir dari kediaman ini, jadi pastikan kalian berdua bekerja dengan baik."

Kate melontarkan kata-kata itu pada keduanya lalu kembali ke dapur. Anne berbisik kepada Zophie agar dia bisa mendengarnya, "Wah, kamu tahu kamu sangat beruntung hari ini. Aku pasti akan mengusirmu, jadi tunggu saja."

Zophie membalas, "Tidak peduli seberapa banyak kamu akan mencoba. Apa menurutmu aku hanya akan berdiam diri saja?"

Anne mendesis dengan kasar, "Baiklah. Mari kita lihat siapa yang akan menang."

***

Tak terasa sekarang sudah tiga bulan sejak Zophie pertama kali datang untuk bekerja di Kediaman Lucius Artorius. Sehari setelah gaji pertamanya cair, dia pergi menemui Meera, sang pemilik teater, membayar cicilan utang bulan pertamanya. Dia menghabiskan sekitar delapan puluh persen gaji miliknya itu untuk melunasi utangnya. Itu adalah uang pertama yang dia miliki dalam kehidupannya sekarang.

Sisanya digunakan Zophie untuk membeli pena yang dia inginkan dengan uang yang dia peroleh dari pekerjaannya. Ia merasa begitu tersentuh karena sekarang dia bisa membeli sendiri apa yang dia inginkan dengan bangga, sehingga tak sadar dia sendiri hampir menangis. Dia mengutuk anjing yang bernama Maker setiap kali hal buruk terjadi seolah mengusir malapetaka.

Setelah menerima gaji bulan ketiganya kemarin, dia dalam perjalanan kembali ke Kediaman Lucius Artorius hari ini, tentunya setelah membayar jatah yang dia telah sepakati dengan Meera setiap bulan. Tak lupa juga ia bertemu dengan Miya, Lylia dan Layla untuk pertama kalinya setelah sekian lama mereka tak menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.

Zophie yang tiba di kediaman sekitar senja, berjalan di sepanjang jalan masuk yang dari gerbang utama ke pintu depan. Taman rumah itu terlihat baru saja memasuki musim semi, sehingga pemandangan menakjubkan dari berbagai tunas dan bunga-bunga mulai tampak mekar. Dia berjalan dengan santai, menikmati udara segar, berpikir dirinya bisa menikmati pemandangan yang mewah akhir-akhir ini, tapi dia mendengar gemerincing kereta tak lama kemudian.

Hanya sedikit orang yang mengunjungi Kediaman Lucius Artorius. Pangeran sendiri biasanya berkunjung sekali atau dua kali dalam seminggu, dan dia selalu membawa pasangan bersamanya seperti seekor piaraan. Zophie sudah bertanya-tanya apakah sudah waktunya dia berkunjung? Tapi dengan tenang dirinya mundur agar tidak terlihat oleh sang bangsawan.

Saat dia melangkah keluar dari jalan dan menunggu dengan kepala tertunduk, kereta ungu ditarik oleh empat kuda hitam besar tiba-tiba lewat.

Melihat pola warna-warni perak dan ungu terukir di pintu kereta, Zophie dengan santai mengangkat kepalanya, dan karena itu dirinya jadi bertemu dengan pangeran yang berada di dalam melalui jendela yang ada. Tanpa sadar gadis ini malah mengerutkan kening. Pertemuan pertamanya dengan Pangeran yang tidak ingin dia hadapi lagi setelah hari berat itu. Kini hal itu otomatis membawa kembali ingatan lama yang ingin dihapus olehnya.

Menggelengkan kepalanya dengan cepat dan sepenuhnya menghentikan pikirannya yang sedang terbang liar, dia kembali berdiri, berpikir bahwa kediaman itu akan tampak berisik lagi hari ini.

Zophie akhirnya tiba di kediaman itu dengan berjalan kaki dan hal itu cukup memakan waktu yang lama. Dirinya mencoba masuk melalui pintu belakang dan menaiki tangga menuju tempat tinggalnya.

Lobi di lantai pertama cukup berisik, terdengar Alice yang berteriak panik dan berlari ke atas melewatinya. Setelah itu para pengawal dan pelayan juga ikut naik mengikutinya. Sambil berbisik, Zophie bertanya pada pelayan dapur yang familier, "Apa yang terjadi?"

Pelayan itu menjawab, "Alice pasti sudah gila. Dia tiba-tiba melepas pakaiannya di depan Yang Mulia."

Batin Zophie menjerit, "Omong kosong apa yang mereka bicarakan? Tidak, ini mungkin tidak masuk akal. Tapi, pangeran pernah mencoba merayuku dengan matanya yang indah itu. Apa mungkin dia telah mengirimkan sinyal yang sama ke Alice juga?"

Zophie hanya bisa mengangguk, berpikir bahwa dia adalah tipe pria yang akan melakukan hal seperti itu. Kini Zophie memecah keheningan dengan bertanya, "Tapi kenapa dia lari sambil menangis?"

Pelayan itu kembali menjawab, "Hei, apa menurutmu pangeran akan membiarkannya pergi? Dia perlu tahu siapa dirinya dan apa posisinya di sini. Wanita itu begitu berani melepas pakaiannya di depan seorang bangsawan lalu berlari ke arahnya."

Zophie kembali berpikir di dalam kepalanya, "Apa yang wanita itu pikirkan? Mengapa dia melakukannya?"

Di dalam pikiran Zophie semua hal berputar-putar, tak bisa mengalihkan diri dari pertanyaan tentang kelakuan buruk Alice yang begitu misterius. Secara tiba-tiba Anne melangkah masuk, senyuman tampak terukir di wajah wanita itu dari arah sudut sana.

Anne bahkan nyaris tidak bisa menahan tawanya saat melihat Alice melompat sambil menangis. Wanita itu bergumam halus, "Dasar bodoh."

***

Tiga bulan setelah diturunkan menjadi seorang pelayan, sang kepala pelayan masih memiliki ekspresi yang cemberut dan tidak senang setiap kali bertemu dengan Anne. Wanita itu terus berharap bahwa dia akan dipromosikan menjadi pelayan pangeran lagi setelah satu atau dua bulan ke depan.

Pangeran mengunjungi kediaman itu sekali atau dua kali seminggu, Rumah Lucius Artorius tidak memiliki banyak pengunjung lain. Hanya ada beberapa orang yang biasa terlihat di sana yakni Albert, kepala pelayan dan pengurus rumah tangga agung, dan asisten pribadi Joseph yang selalu mengikuti pangeran.

Ada sepuluh pelayan, termasuk Kate si kepala pelayan yang mengelola Kediaman Lucius Artorius, Isla si pelayan yang bertanggung jawab untuk urusan kebersihan, Alice, mantan pelayan pangeran pengganti Anne, wanita yang telah diturunkan pangkatnya menjadi pelayan kebersihan, Zophie, dan pelayan lainnya yang bertugas sebagai kebersihan, ahli dapur, dan binatu. Terdapat juga lima pelayan pria, termasuk seorang penunggang kuda, penjaga gerbang, dan tukang kebun. Itulah mengapa Alice yang bertugas melayani pangeran setelah Anne diturunkan dari pangkatnya menjadi pelayan kebersihan.

**To Be Continued**


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C22
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login