Download App

Chapter 10: Tespek.

Sesuai keinginana Jesica, tidak ada yang membahas masalah itu. Jesica mulai melewati hari demi hari seperti biasa. Dia bisa kembali beraktifitas seperti hari sebeleumnya tanpa harus takut bertemu pegawai lain.

Dua minggu berlalu, Jesica merasa tidak enak badan dia terlihat sangat pucat. Mila menyarankan untuk cuti saja, tapi Ia menolaknya. Jesica hanya. "Loyakin bisa bekerja?" tanya Mila untuk memastikan keadaan sahabatnya. "Aku nggak apa-apa kok." Jesica meyakinkan Mila untuk tidak khawatir.

Keadaan Jesica samakin parah saat dia tidak bisa makan deangan baik. Baru beberapa sendok saja dia sudah muntah. "Aku ini kenapa sih!" keluh Jesica.

"Sepertinya asam lambungku naik deh," gumam Jesica. Jesica mengonsumsi obat yang biasa dia konsumsi ketika dia sedang sakit asam lambung. Tapi sudah meninumnya tiga kali sehari tetap saja tidak ada perubahan. Jesica menutupi semua ini dari Mila dan kedua teman lainnya. Jesica tidak mau membuat orang di sekelilingnya merasa khawatir dengan keadaannya.

****

Pagi ini Jesica merasa tidak karuan, dia meminta tolong kepada Mila untuk memanggilkan dokter untuk datang ke kamarnya. Karena Mila masih ada pekerjaan yang belum selesai kemarin, dia hanya memnaggil dokter untuk Jesica saja, dia tidak menemani hingga Jesica selesai di periksa.

"Jes, aku kekantor ya," pamit Mila. Jesica hanya emngangguk dan tersenyum seolah mengatakan terima kasih.

"Silahkan masuk, Dok." Jesica mengajak wanita berjas putih itu masuk kedalm kamarnya.

"Apa yang anda keluhkan?" tanya wanita itu dengan ramah, dia terlihat sangat lembut dan anggun.

"Saya merasa mual dan pusing. Terlebih saat baru bangun tidur. Mau makanpun baru beberapa sendok sudah muntah," jawab Jesica

"Sudah berapa lama?"

"Satu minggu lebih, hampir dua minggulah," jawab Jesica sedikit tidak yakin kapan dia mulai merasakan itu.

"Sudah konsumsi obat apa?"

"Ini." Jesica menunjukkan obat yang biasa dia konsumsi ketika masuk angina dan asam lambungnya naik.

Dokter itu masih melanjutkan pemeriksaaan kepada Jesica. Dia beberapa kali memeriksa pada bagian perut Jesica.

"Maaf, apa anda sudah menikah?" tanya dokter itu dengan mata sedikit mengintimidasi.

"Saya? Menikah? Belumlah, Dok." Jesica merasa aneh dengan pertanyaan dokter itu. Dengan mata yang memicing Jesica mencoba mentelaah apa yang dimaksud dokter itu.

Dokter itu hanya memberikan obat untuk Pereda mual dan pusing. Seperti apa yang di keluhkan oleh Jesica. "Minum hingga habis, jika tidak ada perubahan setelah obat ini habis lakukan pemeriksaan lebih anjut," kata Dokter itu sebelum pergi meninggalkan Jesica. "Baik, Dok."

Setelah dokter itu pergi Jesica memikirkan apa arti dari pertanyaan dokter itu.

"Apa ini artinya…" Jesica teringat kejadian malam itu. "Tapi aku yakin tidak ada papa-apa kok," gumam Jesica. Jesica mengikuti pesan dari dokter itu dengan meminum obat dengan rutin setiap hari. Memang lebih baik daripada sebelumnya. Tapi rasa mual terhadap makanan tidak bisa hilang. Jesica mengalami kesulitan makan karena rasa mual itu.

Lima hari berlalu. Obat yang di berikan dokter itu sudah habi. Tapi masih tidak ada perubnahan yang signifkan. Jesica menghubungi kembali dokter itu melalui kartu nama yang dia berikan sebelum pergi tempo hari.

"Hallo!"

"Ya! Ini siapa?"

"Saya Jesica yang kemarin anda perksa di asrama Gedung tua."

"Oh, iya. Ada pa?"

"obat yang anda berikan sudah habis, tapi tidak ada perubahan yang signifikan. Apa ada sesuatu yang salah degan saya?"

"Apa anda mau melakukan suatu pemeriksaan?" tanya dokter itu.

"Pemeriksaan apa?"

"Urine!"

"Baik!" Jesica menyetujuinya tanpa banyak tanya lagi.

Sore hainya mereka melakukan janjian di kamar milik Jesica. Dokter itu terlihat santai daripada tempo hari saat datang pertama di kamar Jesica. "Ambil urinemu disini," kata Dokter itu dengan tegas dan tanpa basa basi. Masih banyak pertanyaan yang akan dia tanyakan gunanya tes urin ini. Beberapa saat kemudian Jesica keluar dari kamar mandi dan memberikan wadah urin itu kepada dokter itu.

Sreeeekkk!

Dokter itu membuka bungkus tespek di depan Jesica. "Dok!" panggil Jesica dengan pelan. Dokter itu menatap tajan kearaj Jesica. "Itu tesepek?" tanya Jesica dengan mata yang mengintimidaasi.

"Saya akan melakukan tes ini," kata Dokter itu.

"Kenapa? Saya tidak hamil," protes Jesica,

"Bagaimana kamu tahu?"

"Karena saya belum menikah dan tidak pernah melakukan apapun dengan siapapun," jelas Jesi.

Clup…

Tespek itu sudah masuk kedalam wadah urine milik Jesica. Perasaan Jesica menjadi campur aduk. Mengelakpun akan sulit bagi Jesica. Kini mereka berdua hanya meunggu hasil yang menjawab. Dugaan Dokter itu atau keyakinan Jesica yang benar.

"Sudah!" kata Dokter itu seraya meambil tespek itu.

"Apa hasilnya. Dok?" tanya Jesica dengan penasaran.

"Positif," jawab Dokter itu dengan tenang seakan merasa menang. Dokter itu menunjukkan garis dua pada tespek itu.

Bagaikan di sambar petir di sore hari. Jesica memegang tespek itu dengan tangan yang gemetar. Rasa tidak percaya menghampirinya. Dengan mata yang bergetar menahan air mata yang hendak jatuh dari pelupuk matanya. "Bagaimana bisa?" pertanyaan yang keluar dari mulut Jesica.

"Minum obat ini dan lakukan pegecekan secara teratur setiap bulan," kata Dokter itu. Jesica menyeka air matanya.

"T-terima kasih," sahut Jesica dengan datar. Dia memberikan imbalan atas kerja dokter itu dan mengantarnya keluar dari kamar. Setelah memastikan dokter itu pergi, tangis Jesica pecah seketika. "Apa yang harus aku lakukan? Apa yang harus aku katakana sama ibu? APA!!!"

"Ibu!!!" Jesica tidak kuasa dengan keadaanya ini. Dia mengurung diri di dalam kamar dari sahaba-sahabatnya.

"Aku kotor, aku gagal menjadi anak yang di banggakan. Aku gagal menjaga kehormatanku dan keluargku. Apa yang harus aku lakukan?" berulang kali Jesica menanyakan kepada dirinya sendiri tentang keadaan ini. Dua hari Jesica tidak masuk bekerja. Banyak pertanyaan yang hinggap di benak Ramdhan, Mila dan putri.

"Jesica masih nggak masuk ya?" tanya putri.

"Katanya dia masih sakit," jawab Mila. Mila beberapa kali menghubungi gadis itu tapi tidak ada jawaban.

Kenyataan yang dia hadapi kini menjadi puulan berat bagi Jesica. Dunia yang baru dia miliki kni harus hancur karena kesalahannya. Harapan dan kepercayaan keluraganya lenyap seketika. Tidak ada kesempatan yang bisa di ulang. Alih-alih meringankan beban ibunya kini akan menjadi beban baru bagi ibunya saat keluarganya tahu apa yang di alami Jesica kini. Jesica harus tetap mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya dan bayi yang ada di dalam rahimnya kini. Meskipun dia tah ayah dari bayi itu, tapi dia sadar akan posisi dirinya. Baru saja memikirkan akan menemui Billy saja dia dusah merinding, tidak cukup bukti untuk membuktikan bahwa itu anak Billy.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C10
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login