Download App

Chapter 2: 1. Ulang Tahun Kara

Tahun 2022, Oslo, Norwegia

Terjaga di pagi hari seringkali menjadi hal yang paling menyebalkan bagi Kara. Kara bangkit dan mengusap matanya. Ia duduk dan memandang ke seluruh tempat tidur yang ada di dalam ruangan itu. Semuanya tampak kosong, pasti teman-teman sekamarnya sudah lebih dulu keluar untuk pergi ke sekolah. Sedangkan Kara? Dia baru saja menyelesaikan sekolah menengah.

Kara belum menerima beasiswa khusus dari pemerintah untuk masuk ke universitas. Kara meminta waktu satu tahun pada Nyonya Helga, pengasuh mereka di tempat itu karena tidak ada jurusan yang terasa menarik baginya. Nyonya Helga hanya mengangguk, mendukung semua keputusannya.

Di Panti Asuhan Shybelle tempatnya dibesarkan, Kara berbagi kamar dengan tiga orang gadis lain yang usianya berbeda beberapa tahun di bawah Kara. Kara tak pernah benar-benar cocok dengan gadis-gadis itu. Sehari-hari dia justru menghabiskan waktu menolong Nyonya Helga atau bermain dengan anak-anak laki-laki, terutama Edmund yang sudah dikenalnya sejak masih bayi.

Kara melirik ke telepon genggamnya, ia memeriksa layar telepon genggam tersebut. Bukan untuk memeriksa pesan atau panggilan, melainkan hanya menatap angka penunjuk waktu dan tanggal. "Mmmhhh, hari ini lagi," keluhnya.

Hari ini adalah hari ulang tahun Kara yang ke delapan belas tahun. Tapi, apa yang bisa diharapkan di hari ulang tahun oleh seorang yatim piatu yang selama hidupnya tinggal di panti asuhan?

Sebenarnya, Kara tentu tak tahu persis kapan hari kelahirannya yang pasti. Hampir semua anak di panti asuhan Shybelle merayakan hari ulang tahun mereka pada tanggal ketika mereka pertama kali datang ke panti tersebut. Apabila tidak ada keterangan yang pasti mengenai masa kelahiran mereka, maka tanggal lahir mereka dicatat sesuai tanggal kedatangan mereka di panti tersebut.

Sama halnya dengan Kara, delapan belas tahun lalu Kara yang masih berupa bayi merah ditinggalkan di depan pintu panti asuhan tersebut di suatu pagi yang dingin. Sejak itu, Kara tumbuh dan dibesarkan bersama anak-anak lainnya, termasuk Edmund yang datang ke panti itu beberapa hari setelah Kara. Beberapa anak yang beruntung mungkin mendapatkan orangtua angkat yang kemudian membawa mereka, tapi tidak demikian dengan Kara. Dia masih berada di tempat itu, sampai delapan belas tahun setelah hari kedatangannya.

"Kejutan! Selamat ulang tahun!" Suara perempuan paruh baya terdengar dari pintu yang membuka secara tiba-tiba. Kara terperanjat. Bukan lantaran suara itu mengancam nyawanya, namun semata-mata mengancam keterangan paginya yang malas.

"Nyonya Helga, aku sudah mengatakan padamu agar tak perlu bersusah payah seperti ini," ujar Kara pada perempuan yang sedang membawa kue tart dengan lilin ulang tahun di atasnya.

Seorang pemuda sebaya Kara ikut masuk, dia berjalan tepat di belakang Nyonya Helga. Pemuda itu adalah Edmund. Wajah tampannya tampak ceria membawa tiga buah kado yang dibungkus dengan kertas hias warna hitam bergambar bintang kecil. Tidak ada beda pada ketiga kotak kado tersebut, kecuali ukurannya.

Mau tak mau, Kara tertawa menyaksikan aksi mereka yang menari dan menyanyikan lagu ulang tahun karena ingin menghibur Kara.

"Apanya yang bersusah payah? Lagipula, ini adalah ulang tahun terakhirmu di tempat ini, Sayang," ujar Nyonya Helga setelah lagu yang mereka nyanyikan selesai dan Kara sudah meniup lilinnya. Perempuan itu sekarang menunjukkan raut sedih. Kara langsung merasa bersalah.

"Maafkan aku, Nyonya Helga. Aku pasti akan datang mengunjungimu," ujar Kara. Dia tahu mungkin itu hanya akan sekedar janji, Kara mendengar kalau kedua orangtua yang akan datang untuknya berasal dari jauh.

"Aku harap benar-benar seperti itu, Nak." Nyonya Helga menghapus air matanya. Perempuan itu memang sangat sayang kepada Kara. Selain rasa sayang itu, Nyonya Helga juga perempuan yang mudah terbawa perasaan. Perpisahan dengan anak-anak di panti itu akan selalu membuatnya menangis sedih.

Potongan kue ulang tahun pertama tentunya disodorkan Kara pada Nyonya Helga. Dia selalu menyayangi perempuan paruh baya itu. Walaupun Nyonya Helga adalah perempuan paling cerewet yang pernah dikenal Kara, namun Kata tahu kalau semua sikapnya itu berlandaskan ketulusan dan kasih sayang.

Setelah menyuapi Nyonya Helga, Kara memberikan sepotong kue pada Edmund. Tentu saja dia langsung melahapnya tanpa basa basi. "Oh, kau? Bagaimana mungkin kau bisa makan dengan rakus secara konsisten seperti itu?" ejek Kara.

"Sudah-sudah, ayo buka kadonya," ujar Nyonya Helga. Edmund sendiri tak menggubris ejekan Kara kali ini. Dia sadar kalau dirinya dan Kata harus segera bersiap untuk pergi.

Pemuda berambut pirang dengan mata biru langit itu menatap jenaka pada Kara. Tatapannya itu sebenarnya membuat Kara sedikit curiga. 'Apa isi kado ini sebenarnya?' kata Kara di dalam hati.

Kara mengambil salah satu dari kado yang sudah ditaruh Edmund di sampingnya. Gerakan tangannya pelan dan ragu. Hanya tatapan Nyonya Helga lah yang membuatnya kembali yakin kalau tak ada hal mengerikan di dalam kado tersebut.

"Segitu tak percayanya padaku," gerutu Edmund. Dia duduk di kursi, di depan tempat tidur Kara. Sementara, Nyonya Helga duduk di bagian lain tempat tidur itu, sejajar dengan Kara.

"Itu dari Edmund," ujar Nyonya Helga ketika Kara menarik keluar sebuah buku catatan berdesain vintage berikut kartu ucapannya.

"Selamat ulang tahun, Kak," ucap Kara membaca ucapan ulang tahun dari Edmund. Kara lega setidaknya dia tidak menarik keluar mainan ular palsu atau hal aneh lainnya yang pernah diberikan Edmund di hari ulang tahunnya yang sebelumnya.

"Aw, manis sekali." Nyonya Helga tampak senang ketika Kara mengucapkan terimakasih dan memeluk Edmund. Edmund memang sudah seperti saudara baginya. Sebentar lagi Edmund benar-benar akan menjadi saudara karena mereka berdua akan diadopsi secara bersama-sama.

Kado berikutnya berisi topi dan sarung tangan rajut berwarna hitam, sesuai warna favorit Kara. Kado itu dari Nyonya Helga. Kara langsung memeluk perempuan itu sembari mengucapkan terimakasih. Tentu saja Nyonya Helga menyambutnya dengan air mata haru berikutnya.

"Nyonya, aku tak paham bagaimana kau bisa memiliki air mata yang begitu berlimpah? Kau sering sekali menangisi kami. Kadang karena kami nakal, kadang karena kami terlalu manis," celetuk Edmund membuat perempuan itu terkekeh sembari mengacak-acak rambut Edmund.

Satu kado lagi adalah kado yang berasal dari hasil patungan seluruh teman-teman Kara di panti itu. Sebuah hoodie, satu-satunya model baju yang disukai Kara. Kara tersenyum, perasaan tak disukai oleh anak lainnya di panti itu sebenarnya mungkin hanya ilusi Kara, toh semua anak yang ada di panti itu sebenarnya tahu benar tentang apa yang menjadi kesukaan Kara.

Setelah acara ulang tahun kecil-kecilan itu mereka rayakan, Nyonya Helga menyuruh Kara dan Edmund bersiap. Dia mengatakan kalau pasangan yang akan menjemput mereka akan segera datang. Kara dan Edmund hanya mengangguk ketika Nyonya Helga beranjak, namun seketika saling berpandangan ketika Nyonya Helga sudah menghilang di balik pintu kamar Kara.

"Jadi, apa yang kau pikirkan tentang orang tua baru kita itu?" tanya Edmund. Dia mendekat pada Kara, seolah kata-kata yang keluar dari mulutnya adalah sebuah rahasia besar.

Seketika, Kara memasang wajah serius. "Aneh! Mengapa mereka mengadopsi kita? Lihatlah, kita bahkan sudah menginjak usia dewasa muda. Jangan-jangan--"

"Oh, berhentilah, Kara! Jangan menakuti aku." Edmund menatap lekat, mata birunya memang kelihatan sedikit ketakutan.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login