Download App

Chapter 2: Kakak Kelas Yang Menyebalkan

Cinta tersenyum mendengar pertanyaan yang diulangi lagi oleh Shaka. Gadis itu kemudian bangkit dan duduk di tepi ranjang. Ia menatap sejenak ke arah Shaka, lalu menarik kedua tangan pemuda tersebut. Cinta pun mengangguk pelan, ia bersedia untuk menjadi kekasih pemuda tersebut karena memang sudah memiliki perasaan yang sama sejak dulu.

"Aku mau, Ka," jawab Cinta merasa malu. Kedua pipinya menyemu merah menahan malu.

Mendengar jawaban dari Cinta, membuat Shaka tersenyum bahagia. Keinginannya untuk menjadikan gadis itu sebagai kekasihnya ternyata bisa terwujud.

"Kamu serius?" tanya Shaka memastikan.

Cinta pun mengangguk guna meyakinkan Shaka atas jawabannya. "Iya serius, apa kau mau aku berubah pikiran?" tanya Cinta menggoda.

Tentu saja, Shaka segera menggeleng cepat. Ia tidak ingin jika gadis itu merubah keputusannya. "Tidak, tidak, jangan. Sungguh, aku sangat bahagia mendengar ini," ujar Shaka yang kemudian segera memeluk tubuh Cinta dengan sangat erat.

Shaka tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, ia terlalu gembira. "Astaga, aku tidak bisa percaya ini. Kau benar-benar mau menjadi kekasihku?" ulang Shaka yang masih belum bisa mempercayai semuanya. Ini seperti sebuah mimpi baginya.

"Iya. Harus berapa kali aku mengatakan padamu?"

"Terus saja katakan, aku sangat menyukainya," sahut Shaka.

Keduanya lalu tersenyum dan tidak lama berselang, bel istirahat ke dua pun telah berbunyi nyaring. Membuat keduanya segera keluar dari dalam UKS untuk segera kembali ke dalam kelas.

***

Sesampainya di kelas, Dinda yang terlihat begitu sangat khawatir pun segera menghampiri CInta yang sedang dituntun oleh Shaka. Keduanya berjalan pelan menuju bangku yang awalnya dikerumuni oleh murid-murid yang lainnya.

"Astaga, Cinta. Kamu nggak apa-apa kan?" tanya gadis berambut sebahu itu kepada sahabatnya. Dinda pun berlari dan membantu Shaka untuk menopang tubuh cinta agar bisa segera sampai pada bangkunya.

"Aku nggak apa-apa kok, Din. Kamu nggak usah khawatir," jawab Cinta sembari tersenyum kepada gadis itu.

"Bye the way, gimana nih. Apa jawaban Cinta buat Shaka?" tanya Beny. Pemuda yang menyandang gelar sebagai ketua di kelas tersebut pun menaik turunkan alisnya mencoa untuk menggoda Cinta dan Shaka. Semua siswa yang ada di sana pun juga ikut penasaran dengan jawaban yang diberikan oleh gadis itu. Namun, alih-alih menjawab, Cinta justru hanya tersenyum tanpa mau memberitahukan apa jawaban yang sudah ia berikan kepada Shaka.

"Mau tahu aja apa mau tahu banget?" goda Cinta kepada seluruh teman-temannya.

"Yah ... nggak seru banget sih," timpal Nindy yang merasa kesal dengan jawaban Cinta. Gadis itu pun memonyongkan bibirnya ke depan.

"Lagian ngapain juga sih tanya-tanya. Orang yang ditanya cuma Cinta doang, kepo banget sih jadi orang," sahut Shaka dengan nada mengejek. "Ya udah deh, aku mau ke kantin dulu ya," ucap Shaka lalu berdiri untuk meninggalkan mereka semua di dalam kelas.

Namun tiba-tiba saja, Cinta menarik pergelangan tangan pemuda itu dengan pelan. "Aku mau ikut," ucap gadis itu sembari berdiri.

"Kamu kan masih sakit?" ucap Shaka yang menolak untuk membiarkan Cinta ikut.

Tapi, gadis itu menggeleng pelan, ia yakin jika kali ini ia sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. "Aku udah mendingan. Lagian aku juga sudah lapar, jadi boleh ya? Please ...," jawabnya memohon.

Shaka pun menghela napas untuk sejenak sebelum akhirnya pemuda itu mengizinkan Cinta untuk ikut bersamanya.

Disepanjang jalan, terdengar bisik-bisik dari beberapa siswa yang mengatakan jika ada seorang kakak kelas tampan yang baru saja pindah ke sekolah ini. Cinta dan Shaka yang mendengar selentingan itu awalnya tidak peduli sampai akhirnya mereka bertemu langsung dengan sang kakak kelas tersebut.

Keduanya tidak sengaja menabrak tubuh seseorang saat sedang berjalan dan tidak fokus karena mendengar selentingan sang kakak kelas yang tampan tersebut.

Brukkk ... tabrakan pun tidak bisa dihindarkan lagi. Cinta terjatuh dan Shaka segera membantu kekasihnya agar bisa berdiri lagi.

"Hei, kalau jalan itu pakai mata jangan pakai dengkul!" seru pemuda tinggi yang terbilang sangat tampan itu. Bagaimana tidak, wajahnya yang blasteran membuat gadis mana pun tidak bisa menolak pesona yang ia berikan. Matanya yang tajam dengan alis yang tebal, hidung mancung, dan berbibir tipis agak kehitaman.

"Sorry," ucap Shaka yang terlalu sopan. Pemuda itu memang tidak suka mencari keributan. Bukan karena ia penakut, hanya saja Shaka lebih cinta damai.

"Sorry ...sorry, baju gue jadi kotor kan," imbuhnya pemuda itu lalu pergi begitu saja meninggalkan Shaka dan Cinta. Pemuda itu pergi tanpa menoleh kembali pada kedua siswa yang telah tidak sengaja menabrak dirinya.

"Itu siapa sih, kok judes banget jadi cowok?" tanya Cinta saat ia sudah berhasil bangun dari jatuhnya karena dibantu oleh Shaka.

Sang kekasih pun hanya bisa mengangkat kedua bahunya, sebab ia pun juga tidak tahu siapa pemuda yang baru saja mereka tabrak. "Nggak tahu, ya udah yuk, kamu nggak apa-apa kan?" tanya Shaka yang begitu terlihat khawatir dengan keadaan Cinta.

Gadis itu menggeleng pelan. "Nggak apa-apa kok," sahut Cinta yang kemudian melanjutkan langkahnya untuk pergi ke kantin.

Di kantin, mereka lagi-lagi bertemu dengan pemuda yang tidak tidak sengaja mereka tabrak saat berjalan melewati koridor sekolah. Namun kali ini berbeda, Cinta dan Shaka mendapati pemuda itu sedang meminta jatah uang dari salah satu murid lain di sekolah.

Ada beberapa anak lain yang juga ikut bergerombol di belakang pemuda itu. Sepertinya ia adalah seorang kakak kelas, sebab bodyguard yang ada di belakangnya rata-rata seangkatan di atas Cinta dan Shaka.

"Itu lagi ngapain sih?" tanya Cinta yang heran dan terkejut mendengar suara bentakan yang berasal dari bangku siswa lain di kantin.

"Sepertinya mereka sedang memalak adik kelas deh," jawab Shaka yang kemudian meminum jus yang sudah ia pesan sebelumnya.

Cinta masih tetap fokus memandang ke arah kerumunan tersebut sampai akhirnya ia membelalak karena pemuda yang sedang diperhatikan olahnya justru sedang menatap ke arahnya. Segera, Cinta pun menunduk agar pemuda itu tidak sampai menyadari perbuatannya.

Namun rasanya sudah terlambat karena kali ini, pemuda itu benar-benar telah memperhatikan dan berjalan menuju ke arahnya dan Shaka yang sedang makan.

'astaga, ngapain dia pakai kesini segala sih?' pekik Cinta gugup. Ia masih berusaha menenangkan diri dengan menyantap bakso yang ada di dalam mangkuk miliknya.

Secara tiba-tiba, pemuda tersebut menggebrak meja dimana Shaka dan Cinta sedang makan sehingga membuat kedua siswa tersebut terkejut karenanya.

"Heh kalian tadi yang sengaja menabrak gue kan?" tanya pemuda itu sembari menelengkan kepalanya guna mengintip wajah Cinta yang sengaja disembunyikan oleh gadis itu.

Cinta menggeleng cepat dalam posisi masih menunduk, sementara Shaka sudah hilang kesabaran. Sikap sopannya siang tadi sama sekali tidak digubris dengan baik oleh pemuda bermulut besar ini.

"Memangnya kenapa?" sahut Shaka yang kemudian berdiri menantang.

Melihat sikap Shaka yang berani, justru membuat Cinta semakin takut. Ia tidak ingin jika sesuatu yang buruk terjadi kepada kekasihnya. Oleh sebab itu, akhirnya dengan cepat Cinta menarik lengan Shaka agar kembali duduk di sampingnya.

Namun, alih-alih mendengarkan permintaan kekasihnya, Shaka justru semakin menantang ke arah sang kakak kelas. Ia sama sekali tidak merasa takut meskipun harus melawan seorang kakak kelas sekali pun.

"Ka, sudah duduk. Ngapain kamu meladeninya," bisik Cinta dan menarik berulang kali lengan Shaka.

"Nggak bisa, Cin. Dia sudah sangat keterlaluan sekarang," sahut Shaka yang menolak permintaab Cinta. Ia hanya berusaha untuk melindungi kekasihnya dari gangguan makhluk baru tersebut di sekolah. "Elo mau apa? Kami sudah meminta maaf baik-baik tapi sikap elo masih nyolot aja," imbuh Shaka kepada pemuda yang berdiri di depannya.

"Elo berani sama gue?" tantang si kakak kelas itu kepada Shaka.

"Kenapa gue harus takut? Sini maju!" seru Shaka yang semakin membusungkan dadanya di depan Satria.

Saat keduanya sudah hampir berkelahi, tiba-tiba saja suara bel kembali terdengar membuat Shaka dan Satria akhirnya urung untuk melakukan adu fisik tersebut. "Ka, sudah bel, aku kita masuk, aku nggak ingin dihukum lagi sama Bu Lintang," pinta Cinta yang segera menarik lengan Shaka menjauh dari Satria.


Load failed, please RETRY

Weekly Power Status

Rank -- Power Ranking
Stone -- Power stone

Batch unlock chapters

Table of Contents

Display Options

Background

Font

Size

Chapter comments

Write a review Reading Status: C2
Fail to post. Please try again
  • Writing Quality
  • Stability of Updates
  • Story Development
  • Character Design
  • World Background

The total score 0.0

Review posted successfully! Read more reviews
Vote with Power Stone
Rank NO.-- Power Ranking
Stone -- Power Stone
Report inappropriate content
error Tip

Report abuse

Paragraph comments

Login